Beban Keluarga Pengaruhi Kemampuan Rawat Pasien Gangguan Jiwa Berat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi keluarga mendampingi pasien gangguan jiwa. (Sumber: alodokter)

Skizofrenia atau gangguan jiwa berat merupakan penyakit yang mempengaruhi cara berpikir, emosi, dan perilaku seseorang. Keberadaan seseorang yang mengalami gangguan jiwa dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi keberlangsungan keluarga itu sendiri. Ketidakmampuan keluarga untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi tersebut menyebabkan keluarga tidak dapat merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dengan baik.

Berbagai penyebab seperti tingkah laku dari pasien skizofrenia yaitu berbicara tidak logis dan mudah marah tanpa sebab terhadap orang lain dan lingkungan, ketidakmampuan merawat diri sendiri, pandangan negatif masyarakat bahwa sakit mental itu perlu dijauhi, memunculkan konflik yang tinggi dalam keluarga. Keluarga menghadapi berbagai permasalahan terkait dengan keuangan, emosional, fisik dan sosial yang merupakan beban bagi keluarga. Kegagalan keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa yang sudah pulang dari rumah sakit sering menyebabkan kekambuhan dan kembali dirawat di rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa beban yang dirasakan keluarga mempengaruhi kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Keluarga yang terlibat dalam penelitian adalah pengasuh utama yang memiliki hubungan kekeluargaan, tinggal satu rumah dengan anggota keluarga yang sakit sedikitnya satu tahun, setiap hari selalu menemani dan memenuhi seluruh kebutuhan anggota keluarga yang gangguan jiwa.

Beban keluarga merupakan sejumlah dampak yang dirasakan oleh anggota keluarga yang lain akibat anggota keluarga yang sakit dan mempengaruhi situasi emosi keluarga. Keluarga merasakan stres, bingung, cemas, dan malu. Keluarga sering bertanya bagaimana cara merawat anggota keluarga yang gangguan jiwa, kapan bisa sembuh, dan mengapa perilakunya tidak wajar seperti marah tanpa ada sebab, menolak untuk makan, minum dan tidak mau mandi dalam waktu yang lama. Beban yang dirasakan keluarga dalam rentang rendah, sedang, hingga tinggi.

Beban lain yang juga dirasakan keluarga adalah kelelahan keluarga yang tinggi karena harus menemani setiap saat, menyebabkan keluarga tidak bisa tidur dengan jumlah yang cukup setiap malam. Kelelahan yang dialami sering menyebabkan penurunan kesehatan anggota keluarga yang lain. Selain itu keluarga harus memikirkan dan mempersiapkan sejumlah dana untuk pengobatan jangka panjang, biaya pergi ke rumah sakit untuk control, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian yang telah dilakukan menjelaskan bahwa dari berbagai jenis beban tersebut, yang paling tinggi tingkatannya adalah beban terkait perasaan atau emosional keluarga selama merawat.

Situasi emosi keluarga mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat. Salah satu kemampuan keluarga adalah mengambil dan membuat keputusan terkait perawatan dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk proses penyembuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga tidak mengizinkan anggota keluarga yang gangguan jiwa untuk meninggalkan rumah, memisahkan dari masyarakat, atau menempatkan mereka di kamar khusus tidak jauh dari rumah.

Keputusan yang diambil keluarga terkait perawatan dipengaruhi oleh pemahaman keluarga tentang penyebab gangguan jiwa, masih ada yang berpikir bahwa penyebab gangguan jiwa adalah  roh halus, mistis dan penyihir, sehingga beberapa keluarga membawa penderita gangguan jiwa ke pengobatan tradisonal seperti dukun, ahli agama dan tokoh masyarakat sebelum akhirnya dibawa ke pelayanan kesehatan jiwa seperti puskesmas atau rumah sakit jiwa.

Selain itu, keluarga mengalami kesulitan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan. Pengobatan jangka panjang yang harus dijalani penderita gangguan jiwa menyebabkan keluarga merasa jenuh, sulit menerima kondisi yang dialami anggota keluarga yang sakit, termasuk menghormati dan memupuk sikap tanggung jawab sebagai pemberi perawatan di keluarga. Keluarga sering kesulitan mengendalikan emosi. Situasi tersebut dan menyebabkan anggota keluarga yang gangguan jiwa merasa tidak nyaman dan pada akhirnya berisiko untuk mengalami kekambuhan.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa keluarga yang merawat pasien dengan gangguan jiwa lebih merasakan berbagai beban secara emosional sehingga menurunkan kemampuan keluarga untuk merawat, terutama ketika untuk membuat keputusan dan menciptakan  lingkungan yang mendukung untuk proses pemulihan. Perawat perlu mengembangkan sebuah pendekatan yang dapat membantu keluarga untuk mengurai perasaan malu, cemas dan tertekan, sehingga keluarga lebih mempunyai pemikiran untuk menerima kodisi pasien gangguan jiwa. Pendekatan yang bisa dilakukan oleh perawat dapat dikemas dalam bentuk psikoedukasi keluarga dengan mengelola beban yang dirasakan sehingga dapat menjalankan tugas merawat anggota keluarga yang gangguan jiwa dengan baik. (*)

Penulis: Winda Kusumawardani, Ah.Yusuf, Rizki Fitryasari, Lailatun Ni’mah, Rr. Dian Tristiana

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat di:https://www.researchgate.net/publication/337208319_Family_Burden_Effect_on_the_Ability_in_Taking_Care_of_Schizophrenia_Patient

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).