Apa yang Mempengaruhi Pola Makan Anak Indonesia?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi pola makan anak. (Sumber: dream)

Pola pemberian makanan pada anak memiliki keterkaitan dengan angka stunting dan pencegahan kematian. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak usia balita akibat kekurangan gizi kronis yaitu yang terjadi sejak seribu hari pertama kehidupan. Dengan memberikan makanan yang beragam pada anak dapat mencegah 13% kejadian stunting.

Studi dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa keberagaman makanan dan pemberian ASI terutama di Indonesia timur belum optimal. Usia anak dan kualitas layanan pemeriksaan kehamilan berhubungan dengan keragaman makanan, konsumsi makanan hewani dan pemberian ASI.  Ibu dengan status ekonomi menengah ke atas menyapih bayinya lebih awal dan memberikan bayinya beragam jenis makanan baik dari sumber nabati maupun hewani. Keadaan ini mungkin dikarenakan ibu yang memiliki status tersebut lebih memilih untuk menyediakan stok susu formula dan memiliki waktu terbatas untuk menyusui.

Sementara, ibu pada kelompok status ekonomi kebawah lebih menunda memberikan makanan hewani, baik karena jangkauan harga maupun dari segi kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya keberagaman jenis makanan untuk bayi.  Selain partisipasi kerja, tingkat pengetahuan ibu yang tinggi juga berhubungan dengan semakin beragamnya makanan, termasuk makanan hewani, yang diberikan kepada anak.

Tingginya angka kunjungan pemeriksaan kehamilan dan konsultasi saat pemeriksaan tersebut berhubungan dengan lebih beragamnya pangan yang dikonsumsi. Seringnya kunjungan ke layanan pemeriksaan kehamilan dan adanya konsultasi dapat menambah kewaspadaan ibu mengenai asupan gizi yang diberikan pada anaknya dan dapat menambah wawasan ibu mengenai asupan apa saja yang dianjurkan untuk diberikan pada anak.

Ibu dengan anak yang banyak dan tinggal di wilayah pedesaan lebih banyak yang memberi makanan pada anak yang sesuai dengan usia anak. Kepemilikan lahan jterlihat berhubungan dengan rendahnya konsumsi produk hewani. Keluarga yang memiliki lahan mungkin lebih memilih untuk menjual hasil ternak daripada untuk dikonsumsi sendiri.

Pemerintah Indonesia perlu fokus untuk program peningkatan status gizi pada anak, khususnya di Indonesia timur. Program harus terfokus pada keberagaman pangan, dan konsumsi produk hewani pada keluarga miskin, dan pemberian ASI ekslusif dan meneruskan memberi ASI setelah enam bulan pada keluarga yang lebih berada. Peningkatan kualitas pemeriksaan kehamilan dan setelah lahir perlu ditingkatkan supaya lebih maksimal dalam memberikan edukasi gizi pada ibu. Adanya konsultasi saat pemeriksaan ini dapat menambah pengetahuan ibu atau pengasuh mengenai asupan makanan untuk anak.

Diperlukan juga program yang mendukung untuk ibu yang bekerja, misalnya dengan menyediakan fasilitas menyusui di lingkungan kerja. Program untuk transfer informasi kepada ibu oleh kelompok-kelompok perempuan juga diperlukan. Selain itu diperlukan peningkatan kualitas layanan kehamilan dan nifas dengan memberikan sesi konsultasi gizi anak.  Hal tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan pola pemberian makanan anak yang lebih baik.

Penulis: Susy K. Sebayang

Informasi lebih lengkap tentang riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/mcn.12889

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).