UNAIR dan MIKTA Buka Ruang Dialog 5 Negara Bahas Ekonomi Kreatif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Mengejar target masuk 500 besar World Class University, Universitas Airlangga semakin menunjukkan tajinya dengan mengadakan dialog multilateral yang diinisiasi oleh UNAIR, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Ekonomi Kreatif, serta MIKTA. MIKTA adalah singkatan dari Mexico, Indonesia, South Korea, Turkey, dan Australia yang merupakan kerja sama informal lima negara anggota G20.

Acara yang digelar di Aula Garuda Mukti pada Senin (4/11/19) tersebut dibuka Wakil Rektor I UNAIR, Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM yang menyatakan bahwa dialog tersebut menjadi wujud langkah nyata UNAIR untuk berkontribusi dalam perkembangan ekonomi kreatif. Sementara itu, Agustaviano Sofjan, Direktur Pengembangan, Ekonomi, dan Lingkungan Kementerian Luar Negeri menekankan tentang pentingnya dialog MIKTA.

“Dialog ini kita gunakan bersama untuk memperkenalkan MIKTA kepada banyak pihak, khususnya kepada para mahasiswa. Karena kerja sama ini berfokus pada banyak sektor dengan banyak benefit pula,” ungkapnya.

Pada dialog tersebut didatangkan enam ahli maupun akademisi yang bergelut di bidang ekonomi kreatif. Michelle Kuan asal Australia mengungkapkan bahwa sosial media memiliki pengaruh dan kekuatan yang begitu besar pada masyarakat. “Melalui sosial media aku membagikan influence terkait beauty, lifestyle, produk make-up ku. Di sana aku berbagi pengaruh dan berbisnis,” kata make-up artis profesional di industri fashion Australia tersebut.

Sementara itu, Calvin Kim perwakilan Korea Selatan membagi ilmunya mengenai bagaimana membuat konten yang berorientasi dengan budaya dan wilayah. “Bagi saya jika kamu ingin membangun dan memulai ekonomi kreatif, coba aktif di Youtube. Di sana, kalian bisa melihat berbagai ide yang di satu sisi juga bisa menghasilkan profit,” ungkap CEO KakaoTalk dan Space# Indonesia tersebut.

Selain Kübra Ulutaş asal Turki yang berbagi dari sisi akademisi melalui via videoconference, Prof. Rachmah Ida, di samping itu menambahkan mengenai pentingnya hubungan antara edukasi dan pengembangan ekonomi kreatif. Prof Rachmah menekankan pada kesenjangan yang terjadi antara tenaga dan fasilitas pendidik dengan jumlah pelajar ekonomi kreatif.

“Kita ambil contoh di Ilmu Komunikasi UNAIR, untuk dosen yang ahli di bidang perfilman itu hanya satu. Padahal mahasiswa ilkom sendiri ada 500 orang. Sedangkan di FEB tenaga pendidik untuk ekonomi kreatif juga masih minim,” kata profesor pertama bidang media FISIP UNAIR.

Menyadari perlunya peningkatan sumber daya dan penyokong ekonomi kreatif, maka melalui dialog tersebut Prof. Rachmah mengharapkan mahasiswa mampu memperluas peluang dan koneksi terhadap industri ekonomi kreatif baik dalam bidang seni, teknologi, maupun akademik. Adriana Bello dan Carlos Bolado Munoz, produser dan sutradara film dan TV asal Mexico menekankan bagaimana industri film dan hiburan dibentuk sebagai wujud ekonomi kreatif yang patut untuk diperhitungkan.

“Sehalnya yang diungkapkan Prof. Rachmah, edukasi dalam ekonomi kreatif itu penting. Edukasi bagaimanapun akan memperbesar peluang kesuksesan. Karena di industri perfilman salah satu hal yang penting adalah story telling. Hal yang pada dasarnya dimiliki oleh semua orang dari semua tempat, namun diperlukan pengetahuan untuk meramunya menjadi istimewa,” ungkap nominator Academy Award lewat film dokumenter Promises tersebut.

Adriana turut menimpali bahwa ekonomi kreatif pada dasarnya memang sering masih tersisihkan, khususnya apabila telah berhubungan dengan politik. “Dialog ini penting untuk membuka mata kita tentang ekonomi kreatif, bahwa ini saatnya kita get involved.” (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).