Tiga Hal yang Perlu Diperhatikan Milenial saat Memulai Startup

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Bisnis startup kini tengah menjadi tren bisnis di kalangan milenial. Start-up menjadi jalan bagi siapa saja yang ingin merintis karir bisnis tanpa harus memiliki asset. Namun, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai bisnis start-up agar tidak menemui kegagalan.

Founder dan CEO Innocircle Initiative Anis Saadah, HC., dalam Youth Coorperation Seminar KOPMAWEEK membeberkan faktor kegagalan suatu start-up. Anis mengatakan faktor kegagalan startup bukanlah modal, melainkan kesalahan market needs.

“Bukan modal yang menjadi alasan pertama gagalnya start-up, tapi karena kesalahan market needs. Mereka membuat suatu produk atau jasa yang tidak dibutuhkan oleh pasar,” ungkapnya.

Anis menyebut banyak milenial yang memiliki ide kreatif, tapi ide tersebut tidak menjawab kebutuhan pasar. “Banyak ide yang kreatif sekali, tapi pasar tidak mau membayar atau menggunakan produk itu. Jadi, semisal kalian bikin ide sekeren apapun harus ada orang yang mau membayar atau menggunakan jasa tersebut,” jelas Anis.

Syafril Riza, founder Today Solution and Passion Enthusiast, yang turut menjadi pembicara dalam seminar tersebut juga menyebut hal yang sama. Menurut Syafril, milenial belum bisa memetakan kebutuhan konsumen.

“Mereka belum bisa mapping kebutuhan konsumen yang sebenarnya itu apa sih dan kadangkala mereka hanya sekadar menjawab keinginan sesaat konsumen, tapi tidak menyelesaikan permasalahan mendasar konsumen,” terangnya dalam seminar KOPMAWEEK di Aula Fadjar Notonegoro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR, Jumat (25/10/2019).

Faktor kedua yang perlu diperhatikan, yaitu teamwork. Dalam membangun start-up, tutur Anis, harus ada tiga komponen dengan berbagai kemampuan. “Teamwork ini yang paling krusial. Jadi, start-up itu harus terdiri dari berbagai skill. Ada 3 komponen, yaitu hacker, hipster, dan hustler,” ujarnya.

Kecenderungan gagal, lanjutnya, karena mereka berasal dari latar belakang yang sama. “Kalau anak ekonomi semua itu tidak bisa bikin start-up sendiri, butuh misalnya kerja sama dengan anak ITS yang mereka tahu programming kemudian bikin aplikasi, fitur-fiturnya atau website,” imbuhnya.

Yang terakhir, berpikir out of the box dalam menyusun rencana bisnis. “Ketiga, dalam menyusun rencana bisnis itu usahakan untuk melihat betul tren kondisi saat ini. Berpikirlah out of the box. Jangan menggunakan model bisnis kuno, sekarang sudah 4.0,” pungkasnya.

Perlu diketahui, Youth Coorperation Seminar merupakan rangkaian acara dari KOPMAWEEK yang diselenggarakan oleh Koperasi Mahasiswa FEB UNAIR. Seminar tersebut mengangkat tema “Membentuk Sociopreneur Milenial yang Berdaya Saing Global Melalui Koperasi,”. Selain seminar, ada KOP-MEET yang menjadi forum berkumpulnya koperasi mahasiswa se-Surabaya. (*)

Penulis: Lailatul Fitriani

Editor: Feri Fenoria

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).