Faktor yang Mempengaruhi Resiko Terjadinya Karies pada Penderita HIV/AIDS di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang populer dikenal sebagai HIV/AIDS adalah tantangan masalah kesehatan masyarakat terbesar di Kota Surabaya, terutama wilayah Sememi, yang memiliki angka terbanyak penderita HIV/AIDS dan merupakan populasi kunci. Pada 2016, sebanyak 7.146 kasus penderita HIV dan 305 kasus AIDS dilaporkan terjadi di Jakarta. Orang yang menderita HIV/AIDS, sesuai namanya, akan mengalami penurunan sistem pertahanan tubuh atau imun dan beberapa perubahan molekuler dalam tubuhnya akibat infeksi virus HIV, termasuk peningkatan resiko terjadinya karies gigi di rongga mulutnya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya karena terjadi pembesaran (ukuran) kelenjar saliva (air liur), serta penurunan fungsi kelenjar saliva, yang mengakibatkan saliva flow yang rendah dan meningkatkan kejadian karies gigi.

Penurunan CD4 + T lymphocytes pada penderita HIV/AIDS mengakibatkan penurunan aliran air liur (saliva flow rate), sehingga dapat meningkatkan kolonisasi bakter di rongga mulut, terutama untuk bakteri yang bersifat kariogenik (menimbulkan karies). Saliva atau air liur mempengaruhi tiga elemen yang mengakibatkan terjadinya karies gigi: gigi, plak, dan substrat. Saliva berperan dalam proses self cleansing atau pembersihan rongga mulut dari sisa makanan. Jika aliran saliva rendah, maka fungsi self cleansing akan terganggu.

Dengan adanya landasan teori bahwa kejadian karies gigi juga dipengaruhi oleh faktor infeksi virus HIV, seharusnya menjadikan tingginya angka kunjungan pasien HIV/AIDS ke poli gigi yang ada di Puskesmas Sememi. Pada penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, menunjukkan tingginya angka kejadian karies pada pasien di Puskesmas Sememi. Namun, berdasar data yang diambil pada 2017, hanya 12.5% dari keseluruhan populasi penderita HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Sememi yang tercatat melakukan pemeriksaan dan perawatan gigi di poli gigi Puskesmas Sememi. Tujuan penelitian yang dilakukan di wilayah Puskesmas Sememi, Surabaya, ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Studi ini dilakukan pada ODHA (positif) yang sedang dalam pembinaan oleh Puskesmas Sememi. Dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk melihat status karies gigi pada responden, juga dilakukan pengambilan sampel saliva (air liur) untuk melihat kecepatan aliran air liur. Responden juga diminta untuk mengisi kuesioner seputar perilaku dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dan juga pengetahuan dasar mengenai infeksi virus HIV. Kemudian, dilakukan analisa data berdasarkan hasil yang didapatkan.

Sebanyak 56.3% dari responden tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang baik (minimal tamat SMA), 56.25% responden mengalami penurunan aliran saliva, 62.5% memiliki prevalensi karies yang tinggi, 75% memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyakit HIV/AIDS, dan 43.85% memiliki sikap dan kebiasaan yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Jika dilihat dari hasil yang didapatkan, tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut responden sudah baik. Tetapi, angka prevalensi kariesnya masih tinggi.

Perilaku, pengetahuan, dan kebiasaan yang baik ini berbanding terbalik dengan jumlah karies yang terjadi. Hal ini kemungkinan dikarenakan kebiasaan responen dalam mengkonsumsi alkohol, merokok, efek dari obat-obatan yang dikonsumsi, serta reaksi sistem imun responden itu sendiri.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa walaupun memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan tentang HIV/AIDS yang baik, tidak cukup untuk mencegah terjadinya karies gigi. Faktor yang berperan salah satunya adalah aliran saliva, yang memang fungsinya cukup terganggu pada penderita HIV/AIDS. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan nantinya dapat membantu meningkatkan angka kunjungan ODHA ke poli gigi sehingga tidak ada lagi kasus karies gigi pada ODHA yang tidak tertangani. Selain itu, dapat menigkatkan pengetahuan dan motivasi ODHA untuk terus menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

Penulis: Dr. Retno Palupi, drg., M.Kes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di http://actamedicaphilippina.org/article/10733-factors-influencing-dental-caries-in-hiv-aids-patients

Palupi R, Sosiawan A, Sabdho Wening GR, Ramadhani A. Factors Influencing Dental Caries in HIV/AIDS Patients. Acta Med Philippina 2019;53(5):412-416

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).