Dosen FKM UNAIR Teliti Urgensi Penggunaan Alat Pelindung Diri di Laboratorium

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Hazard yang berada di lingkungan berpotensi menyebabkan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Tidak terkecuali hazard yang terdapat pada laboratorium, hal ini dikarenakan sumber bahaya yang berada di laboratorium juga dapat menimbulkan bahaya.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga membuktikan fenomena pentingnya penggunaan alat pelindung diri di laboratorium dengan melakukan penelitian mendalam terkait hal tersebut. Kali ini untuk menyelesaikannya, Putri Ayuni Alayya Nur, S.KM., M.KKK menggandeng Dani Nasirul Haqi, S.KM., M.KKK dan mahasiswanya Atiya Thifal Rofifa.

“Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). APD juga harus memenuhi persyaratan agar tidak mengganggu aktivitas pekerja, seperti nyaman dipakai, tidak mengganggu pekerjaan, dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya,” jelas dosen lulusan S2 FKM Universitas Airlangga tersebut.

Otak mendapat informasi, lanjutnya, bahwa terdapat bahaya yang berada di laboratorium, sehingga akan muncul persepsi untuk melindungi diri selama beraktivitas di laboratorium dengan menggunakan APD. Selain itu penggunaan APD lebih jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pada pasal 12 butir b dan disebutkan pula pada pasal 13.

Putri memaparkan, persepsi tergolong sebagai personal factor karena munculnya persepsi ini berasal dari dalam diri individu dengan adanyapengaruh oleh lingkungan. Adanya kepatuhan yang muncul pada setiap individu ini tergolong pada personal factor dalam teori Loss Causation Model ILCI.

“Motivasi penggunaan APD antar pengguna laboratorium dengan pengguna lain bisa saja berbeda, karena sama dengan kepatuhan, motivasi juga terjadi akibat adanya rangsangan sebagai respon individu. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh pengguna laboratorium, maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan APD yang dilakukan oleh individu tersebut,” tambahnya.

Dalam pelaksanaannya, penelitian yang dilakukan Putri dan tim dikategorikan sebagai penelitian non eksperimental. Data penelitian diperoleh dari kuesioner dan melalui wawancara tidak terstruktur untuk mengetahui beberapa bahaya yang terjadi di laboratorium Epidemiologi.

“Responden yang dilibatkan adalah semua mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlanggapada tahun 2018 yang telah menggunakan laboratorium Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, yang berjumlah 32 siswa,” ungkapnya.

Lebih tegas Putri menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan dengan adanya persetujuan dari PT Komite Etika, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UniversitasAirlangga (Nomor Referensi: 38-KEPK 2018).Harapannya penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi terkait persepsi, pengetahuan, kepatuhan, motivasi, regulasi, sikap, dan pengawasan, sehingga dapat menjadi acuan dalam penyediaan APD dan sosialisasi pentingnya penggunaan APD.

Penulis: Dian Putri Apriliani

Editor: Nuri Hermawan

Link :https://medic.upm.edu.my/our_journal/malaysian_journal_of_medicine_and_health_sciences_mjmhs/mjmhs_vol_15_no_3_oktober_2019-52215

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).