Dua Kampus Diskusikan Sistem Mawapres dan PKM

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ketua Garuda Sakti UNAIR (kiri) menerima kenang-kenangan dari Menteri Ristek BEM PENS. (Foto: Fida Aifiya)

UNAIR NEWS – Departemen Riset dan Teknologi (Ristek) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) menyambangi Garuda Sakti Unniversitas Airlangga dalam program Studi Banding. Acara berlangsung pada Sabtu, (19/10/ 2019) di Aula Student Center.

Garuda Sakti adalah badan otonom di UNAIR yang membantu Direktorat Kemahasiswaan dalam mengurus Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres). Di PENS, tugas ini diemban oleh Departemen Ristek BEM.

Dalam studi banding itu, koordinator PKM dan koordinator Mawapres baik dari Garuda Sakti maupun Ristek BEM PENS membeberkan sistem yang diterapkan dalam memanajemen per-PKM-an dan per-Mawapres-an di masing-masing perguruan tinggi. Baik Garuda Sakti maupun Ristek BEM PENS saling mempelajari sistem satu sama lain.

Pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 32 bulan Agustus 2019 lalu, UNAIR naik ke peringkat 5 PIMNAS setelah sebelumnya mendapat peringkat 8. Pada 2019, kurang lebih 37 PKM lolos didanai. 15 di antaranya lolos ke PIMNAS. Sementara pada 2018, dari 110 PKM didanai, hanya 7 tim yang lolos ke PIMNAS.

Peningkatan jumlah tim yang lolos PIMNAS dan kenaikan peringkat UNAIR tak lepas dari sistem PKM di UNAIR itu sendiri. Tahun ini, ada beberapa perubahan dalam pembinaan tim-tim yang lolos didanai. Pembinaan dibuat lebih intens, sehingga hasilnya lebih maksimal.

PENS dan UNAIR sama-sama mengirim 15 tim ke PIMNAS 32 Agustus lalu. UNAIR mendapat peringkat lima, sementara PENS mendapat peringkat 10. Tetapi tidak adil membandingkan keduanya lewat peringkat saja, karena kebanyakan mahasiswa PENS membuat jenis PKM yang sama, yaitu PKM-KC dan PKM-T.

Sebelas tim PENS yang lolos ke PIMNAS 32 akhirnya banyak yang bersaing dengan rekan sendiri, sehingga perolehan medali tidak maksimal.

Berbeda dengan PENS, masalah PKM UNAIR bukan pada pemerataan, melainkan pada minat mahasiswa membuat PKM. Sehingga meskipun SDM UNAIR tergolong besar jika dibandingkan dengan PENS, jumlah PKM yang terkumpul belum maksimal.

Tentang Mawapres, kurang lebih sistem di UNAIR dan PENS mirip-mirip. Bedanya, di UNAIR lebih banyak tingkatan seleksi. Juga pada durasi inkubasi mawapres di PENS berlangsung selama delapan bulan, sementara di UNAIR hanya tiga bulan.

Dalam acara itu disinggung juga kabar burung bahwa UNAIR akan menjadi tuan rumah PIMNAS 33 tahun 2020 nanti. Ditanya demikian, ketua Garuda Sakti, Afif Anshori tersenyum. “Setahu saya itu belum fix, tapi kalau jadi tuan rumah, Insyaallah UNAIR siap,” pungkasnya. (*)

Penulis: Fida Aifiya

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).