Khofifah Indar Parawansa : Nilai Keilmuwan Prof Soetandyo Berperan dalam Visi Misi Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
KHOFIFAH Indar Parawansa Gubernur Jatim saat memberi sambutan dalam acara Puncak Dies Natalis FISIP Unair ke-42 di Aula Garuda Mukti, Gedung Rektrorat Kampus C Uiversitas Airlangga pada Sabtu (19/11/2019). (Foto: Aditya Gita Rohmatullah)

UNAIR NEWS – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan “FISIPrecious” sebagai puncak selebrasi Dies Natalis ke-42. Perayaan Dies Natalis FISIP tersebut dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada Sabtu (19/11/2019) di Aula Garuda Mukti, Gedung Rektrorat Kampus C UNAIR.

“Pada saat saya di Kementerian Sosial dan Pemerintah Provinsi paling tidak ada sepuluh sambutan dan saya selalu menyebut dua kali nama Prof. Soetandyo. Interaksi saya dengan beliau sangat interaktif untuk meminta beliau menularkan ilmunya,” tutur Khofifah Indar Parawansa dalam sambutanya.

Khofifah mengaku bahwa hingga kini ilmu dari Prof Soetandyo masih diterapkannya ketika menjabat sebagai Gubernur Jatim. Khofifah menyebut dirinya sering mengutip perkataan Prof Soetandyo dalam setiap sambutannya.

“Visi Pemerintah Provinsi Jawa Timur sangat-sangat Prof. Seotandyo, isinya bagaimana kita mewujudkan masyarakat Jawa Timur yang adil, sejahtera, unggul, berakhlak, bermentalkan pola pemerintahan yang partisipatoris inklusif,” ujarnya.

Salah satu ilmu yang sangat diingat Khofifah yakni tentang perubahan dalam hidup. Untuk itu, Khofifah mengaku selalu bersinergi dan tidak segan berkenalan dengan ilmu baru.

“Hidup adalah perubahan, yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Setiap saya mengutip itu selalu saya sampaikan bahwa dulu adalah ajaran Prof. Soetandyo. Saya mungkin jarang berinteraksi dengan beliau di FISIP namun do’a saya selalu mengiringi beliau,” tuturnya.

Selain itu, Khofifah yang juga merupakan alumnus FISIP UNAIR ini mengaku cukup sering mengundang Prof Soetandyo untuk memberikan materi di organisasi PMII hingga IPPNU. Tak hanya itu, Khofifah juga mengingat bagaimana Prof Soetandyo menyampaikan pentingnya civil society. Hal ini lah yang terus diingat Khofifah.

“Dulu berbicara civil society di era orde baru itu sebetulnya sesuatu yang banyak orang sungkan, pintu itu seolah-olah tertutup. Nah pada posisi itulah Prof Soetandyo sebetulnya sedang membuka pikiran banyak orang, bukan hanya Fisip UNAIR atau Jawa Timur, tapi siapa saja yang berinteraksi secara pemikiran dengan beliau, saya rasa pasti akan mendapatkan pengayaan anti kemiskinan yang luar biasa,” pungkasnya.

Hingga kini Prof. Soetandyo sebagai guru besar pendiri FISIP akan terus terkenang dan ilmu yang ditularkan pada mahasiswa senantiasa menjadi bekal pembangunan. (*)

Penulis : Rissa Ayu F

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).