Obati Osteoporosis pada Tulang Rahang. Begini Caranya !

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Republika

Kehilangan gigi yang diakibatkan oleh pencabutan ataupun trauma merupakan faktor yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, baik dari segi fungsi maupun estetika. Oleh karena itu, penggantian gigi yang hilang menjadi cara yang dapat ditempuh untuk mengembalikan fungsi pengunyahan dan estetika seseorang.

Gigi tiruan didesain untuk menjadi gigi tiruan cekat maupun lepasan yang masing-masing memiliki indikasi. Banyak penderita yang menginginkan gigi tiruan yang cekat atau tidak bisa dilepas karena faktor estetis dan penderita menganggapnya lebih praktis. Salah satu jenis gigi tiruan yang saat ini banyak diminati yaitu implant gigi berbahan dasar titanium yang ditanamkan ke dalam tulang rahang dan kemudian dipasang mahkota tiruan.

Implant gigi, walaupun banyak diminati penderita, tidak semua rahang penderita dapat dipasangi implant. Terdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum seorang dokter gigi melakukan pemasangan implant gigi. Beberapa faktor tersebut antara lain kondisi kepadatan tulang rahang dan penyakit sistemik yang diderita. Kondisi kepadatan tulang rahang penderita menentukan apakah dapat dipasangi implant gigi atau tidak. Kepadatan tulang yang berkurang sangat membutuhkan perlakuan khusus untuk meningkatkan kepadatan tulangnya. Selain kepadatan tulang, faktor lain yang memengaruhi adalah adanya penyakit sistemik yang diderita, seperti diabetes mellitus dan osteoporosis. Penyakit osteoporosis dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya disebabkan oleh menopause. Menopause yang dialami oleh wanita usia lanjut menyebabkan berkurangnya hormon esterogen sehingga membuat tulang menjadi keropos, termasuk pada tulang rahang.

Kondisi tulang rahang yang keropos dapat diberi suatu perawatan untuk menambah kepadatan tulangnya. Salah satunya dengan menambah suatu bubuk tulang pada bekas pencabutan gigi maupun diatas tulang rahang sebelum dilakukan operasi pemasangan implant gigi. Saat ini banyak dikembangkan pula metode lain untuk menambah kepadatan tulang sebelum dilaksanakan pemasangan implant gigi yaitu dengan sel punca.

Sel punca merupakan sel primitif yang dapat berubah menjadi berbagai macam sel pembentuk jaringan dan organ tubuh. Sel punca dapat berasal dari sumsum tulang, tali pusat, dan lain-lain. Sel ini memiliki kemampuan untuk memperbarui dan berubah menjadi berbagai macam sel, termasuk berubah menjadi sel-sel tulang. Potensi dari sel punca ini diharapkan dapat membantu penyembuhan berbagai macam jaringan di dalam tubuh, termasuk tulang rahang. Sel punca tersebut dipanen kemudian diberi perlakuan khusus sebelum dapat diaplikasikan untuk terapi pada berbagai jaringan ditubuh. Pada penelitian ini kami meneliti karakterisitik fenotip dan potensi osteogenik dari sel punca yang berasal dari tali pusat dan membran amnion.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor karakter fenotip dari sel punca yang berasal dari tali pusat dan membran amnion pada berbagai fase pembelahan dan menentukan fase pembelahan mana yang paling cocok untuk dapat diaplikasikan sebagai agen osteogenik nantinya. Karakter fenotip ialah suatu sifat organisme yang merupakan hasil dari interaksi antara genetic dan faktor lingkungan. Karakter fenotip yang diteliti adalah CD90, CD105, CD73. Penelitian ini telah disetujui secara etik oleh Komite Etik RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Prosedur isolasi dilakukan di Pusat Penelitian Stem Cell Universitas Airlangga.

Isolasi sel punca dilakukan dengan prosedur khusus, kemudian diteliti karakteristik fenotipnya pada pembelahan ke 4-7 dengan metode flow cytometry. Setelah ditanam di media dan difiksasi, kemudian diberi antibodi primer CD90, CD105, dan CD73. Sedangkan untuk meneliti potensi osteogenik, dilakukan pada kultur sel yang dibiakkan di medium osteogenik dan pada pembelahan ke 5; setelah durasi 21 hari, kemudian diberi pewarna Alizarin Red (merah), dan dilakukan observasi dengan mikroskop. Sel-sel yang telah terdiferensiasi dan mengandung deposit kalsium yang merupakan karakteristik dari osteoblas, akan tampak berwarna merah. Sehingga data jumlah sel yang berwarna merah dapat diolah secara statistik.

Pemeriksaan untuk melihat efek osteogenik dari sel punca yang berasal dari tali pusat maupun membran amnion dilakukan dengan melihat penanda pembentukan sel tulang baru, yaitu RUNX2. Sel punca pada pembelahan ke 5 diberi label antibodi primer kemudian diamati pada mikroskop dengan fluoresensi. Kemudian data yang diperoleh diolah secara statistik.

Hasil statistik setelah pewarnaan dengan Allizarin Red  menunjukkan bahwa jumlah sel punca yang berasal dari membran amnion dan tali pusat yang berdiferesiasi menjadi sel-sel tulang sel tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan pada pemeriksaan penanda pembentukan tulang RUNX2 pada mikroskop dengan fluorosensi, penanda RUNX2 lebih tinggi didapatkan pada sel punca yang berasal dari tali pusat daripada yang berasal dari membran amnion.

Dengan demikian, meskipun berasal dari donor yang sama, sel punca yang berasal dari tali pusat memiliki potensi menjadi sel-sel tulang lebih tinggi secara statistik daripada yang berasal dari membran amnion. Penelitian ini membuktikan bahwa sel punca yang berasal dari tali pusat dan membran amnion memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berubah menjadi sel-sel tulang. Perlu penelitian lebih lanjut dan uji klinis sebelum dapat diaplikasikan untuk terapi pada manusia sehingga dapat meningkatkan pembentukan tulang baru dan osteointegrasi untuk pemasangan implant pada pasien osteoporosis.

Penulis : Penulis : Dr. Nike Hendrijantini., drg., MKes., Sp.Pros (K)

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat di:

https://europepmc.org/abstract/pmc/pmc6688306

Hendrijantini, Nike; Hartono, Poedjo. Phenotype Characteristic and Osteogenic Differentiation Potential of Human Mesenchymal Stem Cells Derived From Amnion Membrane (HAMSCs) and umbilical cord (HUC-MSCs). Acta Inform Med 27(2): 072-077

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).