Pakar UNAIR: Ketangguhan Masyarakat Menjadi Ujung Tombak Tanggulangi Bencana

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr. Christijogo Soemartono Waloejodr., Sp.An., KAR., selaku Koordinator Program Studi Manajemen Bencana di Sekolah Pascasarjana UNAIR saat menyampaikan paparan. (Foto: M Ali Fauzan)

UNAIR NEWS – Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera. Selain itu, juga tidak dapat dipungkiri bahwa wilayah Indonesia sangat memungkinkan terjadinya bencana. Bahkan, hampir 80 persen wilayah di seluruh Indonesia memiliki potensi bencana.

Menanggapi hal itu, Dr. Christijogo Soemartono Waloejodr., Sp.An., KAR., selaku Koordinator Program Studi Manajemen Bencana di Sekolah Pascasarjana UNAIR angkat bicara. Pada acara Diskusi Seminar Nasional bertajuk Antisipasi dan Penanganan Bencana di Aula Gadura Mukti, Lantai 5, Gedung Manajemen Kampus C UNAIR Selasa (8/10/2019), Christijogo mengatakan bahwa perlunya membentuk masyarakat tanggap akan bancana.

“Diperlukan manajemen bencana yang baik sebagai upaya menanggulangi bencana itu sendiri. Kita perlu melakukan penanggulangan dari prabencana, ketika terjadi bencana dan pasca bencana,” katanya. “Selain itu, masyarakat juga harus tangguh, itu penting,” tambahnya. 

Christijogo memaparkan bahwa masyarakat tanggap bencana dapat dicirikan sebagai masyarakat yang tanggon, tangguh, tangkas, dan trengginas. Tanggap yang dimaksud, lanjutnya, adalah masyarakat yang responsif terhadap perubahan, mampu beradaptasi dan memanfaatkan peluang secara optimal.

Gagasan itu dinilai solutif. Selain itu, juga diperlukan pendekatan klaster dalam tanggap darurat. Pendekatan klaster menjadi salah satu pendekatan koordinatif yang menyatukan semua pihak terkait, baik pemerintah maupun non pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana.

Dia juga mengatakan bahwahampir semua bidang ilmu dan cabang-cabangnya dapat diterapkan dalam penanggulangan bencana. “Bencana adalah multidisiplin ilmu. Hampir semua bidang ilmu masuk dalam aspek utama pengelolaan bencana alam,” ujarnya.“Kita perlu Iptek dan orang-orang profesional, kita perlu cepat dan tepat,” imbuhnya.

Masyarakat yang tanggap akan bencana juga diharapkan menjadi solusi untuk menurunkan risiko bencana. Selanjutnya, penanggulangan bencana juga menjadi tantangan bagi civitasakademika. “Kita tidak lagi memikirkan apa yang akan dilakukan, tetapi bagaimana melakukannya (Menanggulangi bencana, Red),” pungkasnya.

Terakhir, Christijogoberpesan perlunya menyiapkan langkah-langkah untuk penanggulangan bencana.“Marilah kita beralih, bukannya menakuti bencana, tetapi harus menyiapkan disasterriskreductionsupaya yang kita semua inginkan tidak ada korban, bahkan nol korban,” tandasnya. (*)

Penulis: Erika EightNovanty

Editor: Feri FenoriaRifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).