Ekstrak Daun Tin untuk Percepat Penyembuhan Luka

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi buah tin. (Sumber: liputan6)

Luka merupakan suatu kerusakan abnormal pada sel kulit yang diikuti dengan terganggunya struktur dan fungsi jaringan normal sebagai akibat dari luka memar, luka lebam, luka robek, luka koyak, atau luka lecet. Luka di dalam rongga mulut dapat terjadi apabila dilakukan pencabutan gigi, gingivektomi maupun flap surgery (wound excision). Inovasi terhadap penggunaan obat herbal atau tradisional saat ini banyak dilakukan karena lebih mudah didapat, ekonomis, dan memiliki efek samping yang rendah.

Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang tanaman yang digunakan sebagai obat untuk mempercepat penyembuhan luka. Salah satu tanaman obat yang dapat dimanfaatkan adalah daun tin (Ficus carica Linn.). Pohon tin banyak dibudidayakan di Indonesia terutama di Jawa Timur. Daun tin mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, tannin, alkaloid, dan saponin.Senyawa pada daun tin ini diketahui memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antivirus, dan antibakteri.

Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu, fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodeling. Penelitian ini mengamati jumlah makrofag, fibroblas dan kolagen pada proses penyembuhan luka pada hari ke 3 dan hari ke 7, pada saat ini proses penyembuhan luka masih berada pada fase inflamasi dan fase proliferasi. Makrofag memiliki peran penting pada penyembuhan luka, dan mempunyai kemampuan untuk memproduksi faktor yang menstimulasi angiogenesis dan fibroplasias.

Sel fibroblast merupakan sel yang paling umum ditemui pada jaringan ikat dan mensintesis beberapa komponen matriksekstraseluler (kolagen).

Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus, dibagi menjadi kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak daun tin dan  kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun tin. Hewan coba di insisi dan tidak diberi ekstrak daun tin, dieksekusi pada hari ke 3 dan ke 7 sebagai kelompok kontrol. Hewan coba di insisi diberi ekstrak daun tin, dieksekusi pada hari ke 3 dan ke 7 sebagai kelompok perlakuan. Pemberian ekstrak daun tin dilakukan setiap hari sekali. Sebelum dilakukan insisi hewan coba disuntik menggunakan kombinasi ketamine HCl and diazepam. Semua luka insisi pada hewan coba dibalut dengan plester luka (hypafix)  untuk mencegah terjadinya infeksi dan  kontaminasi dari luar.

Jaringan diambil dan dimasukkan dalam tabung higienis larutan buffer formalin 10%, jaringan dimasukkan dalam parafin cair selama 2×24 jam. Pemotongan blok parafin dilakukan dengan rotary microtome dengan ketebalan 4 µm. Pewarnaan haematoksilin eosin (HE) dilakukan pada jaringan untuk penghitungan jumlah fibroblast dan makrofag. Pewarnaan menggunakan Masson’s Trichome (MT) dilakukan untuk mengamati ketebalan kolagen.

Pemberian ekstrak daun tin pada luka insisi meningkatkan jumlah sel makrofag dan fibroblast. Peningkatan  tersebut menunjukkan bahwa adanya percepatan aktivasi dan infiltrasi makrofag pada jaringan yang luka serta mempercepat fase inflamasi. Selain sel makrofag, terjadi juga peningkatan proliferasi sel fibroblast akibat pelepasan growth factor yang meningkat dan penurunan sitokin pro inflamasi oleh makrofag sehingga mempercepat penyembuhan luka. Ekstrak tersebut mengandung berbagai senyawa aktif flavonoids, terpenoids, and tannins yang mempunyai aktivitas antiinflamasi. (*)

Penulis : Intan Nirwana

Link: http://www.jkimsu.com/jkimsu-vol8no3/JKIMSU,%20Vol.%208,%20No.%203,%20July-September%202019%20Page%2066-74.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).