Pentingnya Fiksasi Kepala Saat Operasi pada Pasien Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh alodokter

Untuk posisi pasien yang ideal dan aman selama operasi, fiksasi menggunakan pin banyak digunakan untuk menjaga kepala dan leher pasien dalam posisi stabil. Selain itu juga penting untuk akurasi yang optimal. Komplikasi yang terkait langsung dengan aplikasi ini jarang terjadi, tetapi tetap ada potensi mengancam jiwa. Ada beberapa kasus komplikasi yang dilaporkan pada orang dewasa dan anak-anak. Penggunaan yang aman pada anak-anak belum didefinisikan secara jelas, oleh karena itu penggunaan perangkat ini umumnya tidak direkomendasikan pada balita. Namun demikian, keamanan dan pedoman untuk mengaplikasikannya pada anak yang lebih tua pun juga belum sepenuhnya diketahui.

Fiksasi dengan pin adalah perangkat fiksasi kepala standar yang banyak digunakan, berbagai modifikasi juga telah dikembangkan, dirancang sedemikian rupa untuk memfiksasi bagian luar tengkorak. Jenis pin yang umum digunakan di Indonesia adalah Sistem Mayfield dan Sugita. Sistem Mayfield menyediakan fiksasi kepala dengan 3-pin dan memungkinkan penyesuaian gaya dengan sekrup torsi hingga sekitar 40 kg. Sistem Sugita adalah tipe fiksasi setengah lingkaran dengan fiksasi tengkorak 4-pin dan setiap sekrup harus dipasang secara terpisah.

Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa indikasi untuk penggunaan pin yang aman pada anak-anak tidak terdefinisikan dengan baik. Dari tinjauan literatur, usia di mana fiksasi pin untuk operasi tengkorak dapat dianggap sepenuhnya aman belum dijelaskan. Berry dkk., dalam penelitian mereka, telah mensurvei praktik di antara ahli bedah saraf pediatrik mencatat bahwa tidak ada pedoman yang jelas untuk penggunaan fiksasi kepala pada anak-anak meskipun ada komplikasi yang pernah dilaporkan, meskipun tidak banyak (namun signifikan). Untuk memberikan kontribusi dalam bidang ini, sebuah laporan kasus dan tinjauan literatur dilakukan oleh Parenrengi dkk., (2019) dari Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, penelitian yang telah diterbitkan dalam International  Journal  of  Surgery  Case  Reports ini melaporkan adanya kasus komplikasi yang tidak biasa pada seorang gadis berusia 11 tahun yang mengalami fraktur tengkorak bilateral dan hematoma epidural yang luas akibat penggunaan perangkat fiksasi Mayfield. Selain itu, penulis juga meninjau faktor risiko yang ada, penatalaksanaan medis, prognosis pasien dan mengusulkan rekomendasi untuk aplikasi pada pasien anak untuk menghindari komplikasi yang tidak perlu.

Hasil tinjauan literatur menunjukkan bahwa komplikasi terkait dengan penggunaan pin fiksasi kepala cukup jarang mulai dari 0,65% hingga 1,1%. Pencarian melalui PubMed, Google Scholar, dan Science Direct dengan menggunakan beberapa kata kunci yaitu: “perangkat Mayfield”, “fiksasi kepala”, “fraktur tengkorak”, dan “hematoma epidural” untuk menemukan jurnal dan artikel terkait. Data untuk pasien dewasa dipisahkan dari data pediatrik dan digunakan untuk analisis umum tetapi tidak dipertimbangkan dalam analisis tertentu. Komplikasi yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah fraktur tengkorak dan hematoma epidural. Keragaman ketebalan tengkorak yang mengalami perkembangan kemungkinan merupakan faktor terpenting yang menyebabkan semakin banyak komplikasi pada anak-anak.

Dalam sebuah survei di antara 605 ahli bedah saraf pediatrik tentang komplikasi pin, 164 responden diantaranya mengalami beberapa komplikasi dan dua komplikasi paling umum adalah fraktur tengkorak yang tertekan (59 dari 89) (66%) dan hematoma epidural (43 dari 89) (49%). Dalam tinjauan literatur, hanya terdapat 21 kasus yang dilaporkan dalam literatur Inggris dari tahun 1982 hingga 2018. Hanya ada 8 kasus fraktur tengkorak saja dan 13 kasus fraktur tengkorak dengan hematoma epidural. Tujuh belas dari 21 pasien memerlukan prosedur bedah yang terpisah dengan 5 kasus (29 persen) membutuhkan eksplorasi dan peningkatan fraktur depresi. Sebelas kasus (65%) membutuhkan operasi dan pengangkatan gumpalan darah.

Pada akhirnya, fraktur tengkorak dan hematoma epidural pada anak-anak perlu dipertimbangkan sebagai kemungkinan komplikasi dari aplikasi fiksasi kepala tipe pin dengan beberapa di antaranya merupakan kejadian yang parah dan bahkan mengancam jiwa. Perangkat fiksasi kepala pada kelompok pediatrik perlu digunakan dengan sangat hati-hati, dan satu-satunya cara untuk menghindari komplikasi adalah dengan menghindari penggunaan pin pada pasien. Dalam kasus penggunaan pin yang diperlukan untuk imobilisasi kepala, setiap ahli bedah saraf harus mewaspadai faktor risiko, jenis alat, teknik yang aman untuk aplikasi dan manajemen komplikasi ketika itu terjadi. Bagaimanapun, identifikasi yang cepat dan manajemen yang tepat dari komplikasi yang jarang ini biasanya menghasilkan hasil yang baik seperti pada kasus dilaporkan dalam tinjauan literatur di atas.

Penulis : Asra Al Fauzi, MD, MM, PhD, FICS, IFAANS

Detail tulisan riset ini dapat dilihat di :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31445499

Parenrengi MA, Adhiatmadja F, Arifianto MR, Apriawan T, Fauzi AA, Servadei F. 2019. Bilateral skull fracture with massive epidural hematoma secondary to pin-type head fixation in a pediatric patient: Case report and review of the literature.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).