Mengenal Perbedaan Transparansi Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional Berbasis Internet

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh hipwee

Komunikasi dari sisi manajemen perusahaan adalah salah satu penentu kepercayaan pada industri perbankan. Selain itu, bank adalah lembaga pengubah aset yang sebagian besar asetnya adalah uang publik. Karena itu, bank sangat bergantung pada kepercayaan untuk mempertahankan eksistensinya. Dalam sektor keuangan, pengungkapan informasi adalah masalah utama. Hal ini disebabkan adanya asimetri informasi antara bank dan deposan dapat menyebabkan kebangkrutan karena kehilangan kepercayaan.

Salah satu sarana komunikasi perusahaan dengan pemangku kepentingan dalam memberikan informasi, termasuk kinerja sebagai lembaga bisnis adalah mempublikasikan laporan keuangan. Selain itu, laporan keuangan juga berperan sebagai upaya perusahaan untuk melakukan transparansi guna mengurangi konflik keagenan yang mungkin timbul antara perusahaan dan para pemangku kepentingan mereka karena potensi asimetri informasi yang terjadi. Konflik ini akan menyebabkan biaya agensi yang berasal dari tiga hal yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pemangku kepentingan untuk memantau tindakan perusahaan, biaya dikeluarkan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa perusahaan tidak akan mengambil tindakan yang dapat membahayakan pemangku kepentingan, dan mengurangi tingkat kesejahteraan perusahaan dan pemangku kepentingan karena hubungan agensi.

Indonesia adalah negara yang menggunakan kerangka kerja sistem perbankan ganda. Indonesia menghadirkan layanan perbankan alternatif bagi masyarakat untuk meningkatkan jangkauan pendanaan untuk sektor ekonomi nasional dari dana deposan, dan perbankan syariah dan konvensional secara sinergis bekerjasama. Selain itu, sebagaimana dilaporkan oleh Bank Indonesia di situs resminya, Indonesia memiliki jumlah terbesar lembaga keuangan Islam di dunia. Berdasarkan data dari OJK jumlah pangsa pasar perbankan syariah pada tahun 2017 adalah 5,44 persen. OJK meyakini bahwa industri keuangan syariah mampu berkembang secara berkelanjutan dan memainkan peran penting dalam perekonomian nasional, baik untuk memenuhi tuntutan masyarakat untuk produk dan layanan industri keuangan Islam, serta untuk memenuhi kebutuhan pembangunan nasional.

Studi ini menilai kualitas IFR bank syariah dan konvensional di Indonesia dan kemudian membandingkan keduanya. Hipotesis dalam penelitian ini didukung oleh data penelitian, bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen antara kualitas IFR antara keduanya. Dengan hasil bahwa bank konvensional memiliki kualitas yang lebih baik daripada bank syariah. Alasan dari hasil penelitian tersebut adalah karena perbedaan yang signifikan dalam konten dan komponen ketepatan waktu, dimana bank konvensional lebih baik dari bank syariah. Hal ini terjadi karena pada kenyataanya 90,91 persen bank syariah di Indonesia bukan perusahaan go public sehingga tidak dapat memberikan informasi terkait saham yang memiliki nilai kontribusi potensial sebesar 7,96 persen. Sebaliknya dalam teknologi dan komponen dukungan pengguna ada perbedaan yang tidak signifikan. Ini berarti, terkait dengan layanan kepada pengguna bank syariah dan konvensional sama kualitasnya.

Penentuan tingkat transparansi pengungkapan yang tinggi atau rendah belum memiliki standar khusus. Tetapi jika nilai transparansi mencapai 37 persen, kualitasnya dapat dikatakan tinggi. Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa dalam hal transparansi melalui IFR, bank syariah di Indonesia masih cukup kompetitif dengan bank konvensional. Namun, bank konvensional memiliki kualitas lebih baik daripada bank syariah. Hal ini disebabkan ukuran perusahaan Bank konvensional memiliki ukuran yang jauh lebih besar daripada bank syariah. Ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma natural dari total aset, jelas menunjukkan jarak ukuran perusahaan antara dua jenis perbankan. Sebagaimana dikonfirmasi oleh beberapa penelitian, bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap transparansi.

Bank yang lebih besar cenderung mengungkapkan informasi perusahaan di internet lebih baik daripada yang lebih kecil. Teori keagenan mendukung analisis ini karena bank yang lebih besar mengalami asimetri informasi yang lebih besar daripada bank yang lebih kecil dan ini menyiratkan biaya agensi yang tinggi. Kemudian, mereka akan memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan pelaporan keuangan dengan baik sebagai bentuk pengurangan konflik keagenan dibandingkan dengan yang lebih kecil. Kemudian, jika dibahas lebih lanjut, perbedaan signifikan dalam komponen konten dan ketepatan waktu, bank konvensional memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada bank syariah secara signifikan. Ini terjadi karena 10 dari 11 bank syariah yang dinilai bukan perusahaan go public, sehingga tidak ada informasi tentang saham yang bisa diungkapkan. Berdasarkan indeks penilaian, jika informasi saham diungkapkan dengan baik maka akan berpotensi untuk memberikan kontribusi nilai sebesar 7,96 persen. Di sisi lain, hasil yang tidak signifikan pada kualitas teknologi komponen dan dukungan pengguna antara bank syariah dan bank konvensional, dapat diartikan bahwa keduanya telah menyediakan layanan pelaporan berbasis internet yang kompetitif.

Penulis : Dr. Taqiyah Dinda Insani

Informasi detail tentang tulisan ini dapat dilihat di

https://www.researchgate.net/publication/335720992_ISLAMIC_BANK_VS_CONVENTIONAL_BANK_THE_DIFFERENCES_OF_MANAGEMENT_COMMUNICATION_TO_STAKEHOLDERS_USING_INTERNET_FINANCIAL_REPORTING

Taqiyah Dinda Insani, Tika Widiastuti, Imron Mawardi, Debrina Farrah Anova. 2019. Islamic Bank Vs Conventional Bank: The Differences of Management Communication to Stakeholders Using Internet Financial Reporting. DOI: 10.18510/hssr.2019.7433

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).