Risiko Paparan Bahan Kimia di Laboratorium

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh memular.net

Education Bureau mengadakan survei pada tahun 2011/2012 terkait kecelakaan di laboratorium sekolah pada 401 sekolah menengah. Dari hasil survey tersebut didapat hasil bahwa terdapat 348 kasus kecelakaan laboratorium yang dilaporkan dan 328 orang yang terluka akibat kecelakaan tersebut. Laboratorium kimia menempati urutan kedua sebagai tempat yang paling banyak terjadi kecelakaan kerja di sekolah.

Laboratorium merupakan tempat kerja yang memiliki potensi sumber bahaya yang dapat menimbulkan risiko terjadinya gangguan keselamatan dan kesehatan kerja seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pada laboratorium analisis, banyak terdapat bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan. Kualitas upaya kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting untuk menghindari atau meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kerja. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan analisis risiko kesehatan dan keselamatan kerja.

Risiko yang ada di laboratorium analisis adalah berkaitan dengan bahan utama yang digunakan yaitu bahan kimia. Laboratorium ini memiliki banyak potensi bahaya yang dapat menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi pengguna laboratorium. Kegiatan yang dilakukan dalam laboratorium ini adalah untuk membuat reagen dan praktikum menganalisis gugus fungsional. Bahan kimia yang digunakan dalam praktikum yang dapat berpotensi sebagai sumber bahaya meliputi HNO3 pekat, fenol, H2SO4 pekat, etanol, dan eter.

Risiko akibat paparan praktikum pembuatan reagen yang menggunakan HNO3 pekat ada 5. Risiko yang pertama adalah iritasi kulit akibat tumpahan bahan kimia yang mengenai kulit. HNO3 pekat dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, iritasi mata akibat terkena percikan, iritasi saluran pernafasan, bahkan dapat menyebabkan kerusakan paru, membran mukosa saluran pernafasan atas, kulit dan mata bila terpapar terus menerus.

Risiko penggunaan fenol dalam kegiatan praktikum di laboratorium ini adalah menyebabkan iritasi pada kulit dan mata akibat terkena tumpahan atau percikan zat. Risiko pengunaan H2SO4 pekat meliputi dapat mengakibatkan iritasi jika terkena kulit dan mata secara langsung, menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, luka bakar pada kulit, dan dapat menimbulkan kerusakan membran mukosa pada mata, mulut dan saluran pernafasan.

Penggunaan Etanol dalam kegiatan praktikum dapat berisiko timbulnya nyala api akibat cairan dan uap, dapat mengakibatkan iritasi saluran pernafasan, mata dan kulit. Eter juga dapat berisiko timbulnya nyala api akibat cairan dan mengakibatkan iritasi kulit, mata, saluran pencernaan, dan saluran pernafasan.

Risiko bahaya yang paling tinggi adalah percikan atau paparan bahan kimia HNO3 pekat, fenol, dan H2SO4 pekat. Ketiga bahan kimia merupakan bahan kimia yang apabila terkena kulit berpotensi menyebabkan luka bakar pada kulit. Ketiga bahan kimia ini sering digunakan dalam keseharian sebagai salah satu bahan praktikum. Pengguna laboratorium sering teledor dan kurang berhati-hati saat melakukan praktikum sehingga ketiga bahan kimia di atas tersenggol dan terjatuh yang kemudian dapat menimbulkan percikan dan terpapar pada kulit pengguna laboratorium.

Penggunaan bahan kimia pada laboratorium analisis adalah hal yang harus dilakukan sehingga bahaya yang ada akibat penggunaan bahan kimia tersebut harus disosialisasikan dengan baik pada pengguna laboratorium. Hal ini agar pengguna laboratorium tidak melakukan kesalahan dalam memperlakukan bahan kimia sehingga risiko yang ada dapat terjadi dan membahayakan kondisi kesehatan dan keselamatan pengguna laboratorium. Perlu adanya standar khusus bagi pengguna agar mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan demi terciptanya laboratorium analisis yang aman.

Kegiatan praktikum harus dilakukan sesuai dengan prosedur kerja yang ada dan dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan tindakan yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja pengguna. Petunjuk untuk melakukan kegiatan yang efektif dalam melakukan praktikum juga harus diberikan sebelum melakukan kegiatan praktikum. Penggunaan alat pelindung diri juga harus ditekankan pada seluruh pengguna laboratorium. Alat pelindung diri minimal yang digunakan meliputi sarung tangan karet sintesis dan jas laboratorium dengan panjang lengan sampai pergelangan tangan. Penggunaan alat pelindung diri ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari paparan atau percikan bahan kimia baik dalam bentuk cair, padat, maupun gas, sehingga dapat meminimalkan dampak dari bagian tubuh yang terkena paparan atau percikan bahan kimia.

Penulis: Putri Ayuni Alayyannur, S.KM., M.KKK

Judul artikel scopus: 

Risk Analysis of Occupational Safety and Health in Pharmaceutical Analysis Laboratory in Indonesia

Link terkait artikel di atas: http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijfmt&volume=13&issue=3&article=085

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).