Kartu Rekam Medis untuk Bakau

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
ilustrasi oleh suara palu

Walaupun ada asuransi kesehatan, kalau harus memilih maka orang pasti akan memilih mencegah menderita karena sakit. Namun tidak banyak orang yang tahu cara mencegahnya. Kalau ingin menyehatkan orang maka lingkungannya juga harus dijamin sehat. Sayangnya tidak ada kartu sehat untuk lingkungan, yang ada biasanya kartu tidak sehat. Untuk menyatakan seorang sehat ada pemeriksaan kesehatan lantas ada kartu rekam medis dan kemudian diikuti surat keterangan sehat. Bagaimana dengan kesehatan lingkungan? Sebagaimana orang yang memiliki banyak organ di tubuhnya seperti hati, jantung, ginjal dan sebagainya, lingkungan pun demikian. Oleh karena itu surat keterangan sehat juga harus dibuat berdasar kesehatan anggota lingkungan tertentu. Setelah semua anggota lingkungan punya surat keterangan sehat barulah dinyatakan status kesehatan lingkungan tersebut. Persis seperti kalau kita kontrol kesehatan, semua diperiksa, darah ginjal, jantung, baru dokter membuat surat keterangan sehat. Salah satu organ lingkungan yang penting terutama di daerah pantai adalah hutan bakau yang nama kerennya adalah mangrove

Hutan bakau memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sebab hutan ini dapat menjadi pelindung dari gempuran gelombang yang besar sehingga orang yang tinggal di desa di balik hutan itu dapat merasa aman. Desa di balik hutan ini maksudnya dilihat dari arah laut, bukan dari arah darat. Hutan bakau juga menjadi tempat berbiaknya ikan, udang organisme lainnya, selain itu juga sebagai tempat berlindungnya para udang serta ikan yang masih anak-anak itu. Kalau para anak ikan dan udang ini dapat dijaga kemanannya, baik aman pasokan makanannya maupun aman dari gangguan pembunuhnya, maka dapat diharapkan akan terbentuk generasi ikan dan udang yang tangguh dan banyak. Barulah para manusia memanfaatkannya. Tetapi semua itu hanya dapat terjadi bila bakaunya sehat.

Kalau tidak sehat maka ia tidak dapat melindungi manusia. Bakau sebagaimana mahluk hidup lainnya juga dapat sakit. Salah satu yang dapat menurunkan kesehatan bakau adalah hewan yang menempel pada batangnya, golongan hewan yang seperti ini disebut biofouling. Tidak sebagaimana hewan, bakau seperti tumbuhan lainnya tidak dapat membentuk antibodi, yaitu zat yang dapat menahan serangan penyakit. Namun pada bakau terdapat jazat renik yang tumbuh hidup di dalamnya yang dapat membantunya bertahan terhadap serangan penyakit. Jazat renik ini bakteri dan jamur dan karena hidupnya di dalam tumbuhan maka disebut bakteri dan jamur endofitik. Bila organisme biofouling dan endofitik berada dalam keseimbangan maka bakau itu tetap dapat hidup, dengan demikian keseimbangan antara keduanya dapatlah digunakan sebagai indikator kesehatan bakau. Namun kesehatan bakau juga ditentukan oleh makanan atau nutrisinya. Nutrisi yang baik dapat menyebabkan bakau tumbuh subur, sedang nutrisi jelek atau kekurangan maka bakau dapat menjadi kerdil. Dengan demikian untuk menyatakan suatu tumbuhan bakau sehat atau tidak dapat dilihat dari kombinasi antara tingginya, banyaknya biofouling yang menyerang dan banyaknya endofitik yang hidup di dalam tumbuhan tersebut. Hasil hitungan dinyatakan dalam suatu indeks yang disebut mangrove healthy condition (MHC) index

Penghitungan indeks ini telah dilakukan di Tongas, Propobolinggo; Ngingas, Pasuruan; dan Pankati Kutang, Lamongan pada bulan Agustus-September 2018. Hasilnya, kesehatan individual batang bakau di ketiga lokasi tersebut bervariasi. Di Tongas berkisar antara 0-8,5; di Nguling antara 2,5-10,75; di Pantai Kutang 4,25-10. Namun MHC bukanlah satu-satunya indeks kesehatan bakau. Masih ada indeks lain yang cara menghitung dan jenis datanya berbeda. Oleh karena itu kesehatan bakau di ketiga lokasi juga perlu diuji dengan indeks lainnya sebagai second opnion.

Penulis: Bambang Irawan

Berikut link terkait artikel ilmiah populer tersebut:

http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=9684&iid=276&jid=3

Artikel ilmiah populer ini disarikan dari artikel yang dipublikasikan di Jurnal Internasional Q4:1Bambang Irawan*, 1Fatimah, 1Intan Ayu Pratiwi, 1Moch. Affandi, 2Ketut Wikantika, 3Lilik Budi Prasetyo and  1Thin Soedarti. Development of mangrove healthy condition (MHC) index based on their symbiotic organism, Eco. Env. & Cons. 25 (July Suppl. Issue): 2019; pp. (S37-S42). Copyright@ EM International. ISSN 0 9 7 1 -765X.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).