Jamur Aspergillosis pada Kulit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh caiherang

Penyakit jamur Aspergillosis pada kulit relatif jarang terjadi dan biasanya gejalanya yang khas sangat sedikit diketahui. Aspergillosis kulit dapat merupakan infeksi primer atau sekunder. Aspergillosis kulit primer biasanya terjadi pada tempat cedera di kulit, misalnya terjadi pada atau di dekat lokasi injeksi intravena, di lokasi inokulasi traumatis, dan di lokasi yang ditutup verban atau penutupan luka, pada luka bakar, atau pada luka operasi tertutup. Aspergillosis kulit sekunder hampir selalu terjadi pada pasien dengan sistem imun yang lemah dan keterlibatan kulit terjadi karena penyebaran melalui aliran darah dari tempat primer atau penyebaran yang berdekatan dari jaringan terinfeksi yang mendasarinya. 

Laporan kasus yang jarang terjadi, yaitu seorang pasien pria yang berumur 56 tahun dengan kondisi imunitas yang baik, datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Dr Soetomo dengan keluhan utama luka dan pembengkakan di kaki kiri sejak 1 tahun yang lalu, yang semakin memburuk dalam waktu 2 bulan terakhir. Pasien ini memiliki riwayat tersiram air panas di kaki kirinya 1 tahun yang lalu dan menjadi bengkak dengan banyak luka di permukaannya. Pasien sering menggaruk luka tersebut dengan obat herbal untuk mulut, mengolesi dengan minyak tawon dan sulfur. Pasien juga pernah ke dokter umum dan diberi obat antibiotik tablet dan krem serta rawat luka menggunakan cairan salin dan kassa framicetin, tetapi luka tetap tidak membaik. Pada pemeriksaan fisik  didapatkan pada kaki kiri terdapat tumor dengan permukaan verukosa berdiameter 10 cm, perabaan keras dengan luka multipel berdiameter 5cm, dan bercak kehitaman diseluruh pinggiran yang tidak rata. Pemeriksaan kalium hidroksida menunjukkan konidiofor bercabang dan hifa bercabang yang sesuai dengan Aspergillosis sp. Dari pemeriksaan kultur ada pertumbuhan berwarna hijau gelap beludru. Temuan pada pemeriksaan mikroskop dari bahan kultur tersebut menunjukkan adanya jamur Aspergillus fumigatus. Pemeriksaan kultur darah menunjukkan tidak ada pertumbuhan jamur. Hasil tes cepat HIV diperoleh negatif. Pasien diobati dengan tablet Itraconazole 2 x 200 mg selama 12 minggu dan memperoleh hasil yang memuaskan. 

Spesies Aspergillus adalah suatu jamur saprofit yang ditemukan pada bahan organik yang membusuk. Infeksi dapat terjadi melalui menghirup spora atau organisme langsung masuk ke tubuh melalui luka. Lesi kulit terjadi dari hasil inokulasi langsung spora aspergillus pada tempat luka. Lesi biasanya terjadi pada kaki dengan gambaran berupa papul kemerahan dan pustul dimana menjadi luka sampai menjadi jaringan parut. Pada pasien ini terdapat riwayat luka dan bekerja pada lingkungan yang basah yang kemungkinan menjadi sumber spora jamur. Lingkungan yang lembab akan membuat jamur berkembang biak. Kelembaban dalam ruangan meningkatkan risiko pertumbuhan jamur. Interaksi yang kompleks antara perilaku penghuni  dan lingkungan diperkirakan mempengaruhi konsentrasi jamur dalam ruangan dan penyebarannya.

Pengobatan menggunakan itraconazole pada aspergillosis kulit melalui mekanisme aksi dengan menghambat sitokrom P-450-dependent demethylation pada pembentukan ergosterol  pada sel membrane jamur. Itraconazole diserap baik secara oral dan karena bersifat lipofilik akan diakumulasi pada jaringan lebih tinggi disbanding dalam plasma. Bioavaibilitas obat ini meningkat jika diminum dengan makanan berrlemak tapi dapat berkurang karena asam lambung. Tidak ada perbedaan terapi pada pasien dengan kondisi imunitas baik maupun buruk. Pada kasus ini baik hasilnya dengan pengobatan iktrakonazole selama 12 minggu.

Aspergilosis kulit primer adalah kondisi yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Pada pasien dengan kondisi imunitas buruk akan terkait dengan meningkatnya angka mortalitas. Diagnosis dini pada aspergillosis kulit primer adalah kunci utama mendapatkan hasil terapi yang baik. 

Penulis : dr.Trisniartami Setyaningrum,Sp.KK

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.pagepress.org/journals/index.php/dr/article/view/8089

Aspergillus fumigatus as an agent of cutaneous aspergillosis in immunocompetent patient: A rare case

Trisniartami Setyaningrum, Karina Dyahtantri Pratiwi 

Department of Dermatology and Venereology, Faculty of Medicine, Universitas Airlangga / Dr. Soetomo General Hospital, Surabaya, Indonesia

DOI https://doi.org/10.4081/dr.2019.8089

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).