Fenomena Perdagangan Rokok Sekitar Sekolah di Denpasar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh CNN Indonesia

Perdagangan rokok di Indonesia sangat terbuka.  Rokok dapat dibeli dengan mudah bahkan oleh anak dan remaja di bawah umur.  Semakin tinggi kepadatan pengecer rokok semakin mempermudah akses rokok dan dapat menjadi halangan dalam mengendalikan konsumsi tembakau. Namun demikian, belum ada studi yang menggambarkan bagaimana penjualan rokok di sekitar sekolah.  Sebuah studi kerjasama antara Universitas Udayana, Universitas Airlangga dan University of Sydney pada tahun 2018 memetakan para pedang rokok di sekitar sekolah yang ada di Denpasar.

Pemetaan dilakukan dengan open data kit (ODK) di seluruh kecamatan di Denpasar kecuali pada gang yang hanya bisa dilalui oleh 1 motor saja.  Dari hasil survey terpetakan 4.114 pengencer rokok di Denpasar. Jenis pengecer rokok paling banyak ditemukan adalah kios kemudian diikuti toko serba ada / mini market. Kepadatan pengecer rokok di Denpasar adalah 32,2/km2 dan 4,6 per 1000 populasi. Setengah dari seluruh 43 kelurahan/desa di Denpasar memiliki kepadatan pengecer tembakau di atas 5,2 per 1000 populasi dan kepadatan lebih dari 33,9 pengecer/km2. Pengecer rokok cenderung ditemukan dalam jumlah lebih tinggi di daerah yang lebih padat, berkaitan dengan akses jalan dan keberadaan perumahan.

Sementara itu terdapat rata-rata 1 pengecer dalam radius 100 m dari sekolah dan 9 pengecer dalam radius 250 m.    Outlet rokok terdekat ke sekolah ditemukan hanya berjarak 2,9 m.  Bahkan ada 1 sekolah yang memiliki 44 pengecer dalam jarak 250 m dan 111 retailer dalam jarak 500 m.   Sekolah dasar lebih banyak yang memiliki outlet rokok dalam radius 25 m dan 50 m daripada sekolah menengah pertama ataupun sekolah menengah atas. Temuan penting lainnya dari hasil studi ini adalah pada pengecer dalam radius 250 m dari sekolah, setengah lebih pengecer mengaku menjual rokok pada anak muda dengan penjualan rokok paling banyak dalam bentuk satuan / eceran. Pengecer rokok cenderung menjual rokok pada anak muda berdasarkan jarak sekolah. Pengecer rokok yang memiliki jarak jauh dari sekolah lebih kecil kemungkinannya menjual rokok pada anak muda, namun hal ini hanya signifikan pada jarak terjauh lebih dari 500 m dari sekolah.

Peraturan penjualan rokok belum diatur di Indonesia, sehingga penjualan rokok dapat ditemui di mana-mana dan menjual rokok pada anak muda semakin menjadi hal yang biasa. Outlet rokok yang mudah ditemukan menjadi paparan promosi rokok dan meningkatan persepsi ketersediaan rokok. Anak muda dapat mengakses rokok di sekitar sekolah maunpun di lingkungan mereka. Pemerintahan Indonesia perlu memperkuat lagi pengendalian rokok, utamanya menegakkan larangan penjualan pada anak muda dan perlu adanya aturan mengenai pengecer rokok untuk mengurangi akses rokok pada kaum muda.

Penulis: Susy K. Sebayang

Hasil studi ini telah diterbitkan pada Jurnal Tobacco Inducted Disease yang dapat dilihat pada link berikut: http://www.tobaccoinduceddiseases.org/Cigarette-retailer-density-around-schools-and-neighbourhoods-nin-Bali-Indonesia-A,110004,0,2.html

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).