Pengembangan Obat Antivirus DBD Secara In-Vitro

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh kumparan.com

Virus Dengue (DENV) adalah penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, serta endemis di daerah tropis dan sub-tropis, seperti Indonesia. Wabah virus dengue terjadi di Indonesia pertama kali yaitu pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, hingga akhirnya menyebar keseluruh wilayah di Indonesia. Virus dengue terdapat 4 macam tipe, yaitu Virus Dengue Tipe 1 (DENV-1), Virus Dengue Tipe 2 (DENV-2), Virus Dengue Tipe 3, DENV-3, dan Virus Dengue Tipe 4 (DENV-4), serta telah dilaporkan penemuan Virus Dengue Tipe 5 (DENV-5) di Serawak, Malaysia. Kini, vaksin dan antivirus untuk manusia belum disetujui secara klinis, meski telah ada upaya besar untuk mencapai tujuan ini. 

Senyawa kompleks dilaporkan menunjukkan aktivitas fungisida, bakterisida, dan antivirus. Aktivitas antivirus melawan DENV merupakan alternatif penting untuk karakterisasi dan pengembangan obat-obatan. 

Cis-platin merupakan senyawa kompleks yang digunakan sebagai obat antikanker pertama yang mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 1960-an. Namun, senyawa kompleks berbasis platinum tersebut menimbulkan efek samping pada dosis tertentu dan memberikan resistensi obat selama proses terapi. Hal ini memicu adanya pengembangan  penemuan senyawa kompleks baru berbasis non-platinum, dengan harapan dapat meningkatkan sifat farmakologi, mengurangi efek samping, dan mendapatkan target spesifik obat yang berbeda, seperti logam Nikel(II), logam Tembaga(II), logam Seng(II), dan sebagainya.

Logam Seng(II) merupakan komponen mikronutrien penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia setelah besi. Pada penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa logam Seng(II) dapat menghambat pertumbuhan virus dengue tipe 2 dan sel kanker payudara.  Sedangkan, senyawa morin merupakan senyawa polifenol telah dipelajari secara ekstensif aktivitas farmakologinya untuk mengatasi gangguan kesehatan pada manusia, dengan efek samping yang sedikit. 

Pada penelitian Sucipto dkk. pada tahun 2017 di Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga melaporkan bahwa senyawa kompleks Kobalt(II)-Morin dapat menghambat pertumbuhan virus dengue tipe 2 pada konsentrasi 3,08 µg/ml.  Pengembangan obat ini diuji cobakan pada sel Vero yaitu sel dari ginjal African Green Monkey yang terinfeksi virus dengue tipe 2 dan senyawa kompleks Seng(II)-Morin mempunayi aktivitas penghambatan pertumbuhan virus dengue tipe 2 pada konsentrasi 2,00 µg/ml. 

Penelitian tersebut masih mempunyai kelemahan dalam pengaruh senyawa kompleks Seng(II)-Morin terhadap sitotoksisitas pada sel inangnya. Selain menghambat pertumbuhan virus dengue tipe 2, senyawa kompleks tersebut juga membunuh sel Vero sebagai sel inang pada penelitian tersebut. Berdasarkan ulasan di atas, maka dapat simpulkan bahwa perlu dilakukan pemilihan logam yang tepat untuk pengompleksan suatu senyawa pada penelitian selanjutnya agar senyawa kompleks tidak bersifat toksik atau membunuh sel inang.

Penulis: Teguh Hari Sucipto, S.Si., M.Si.

Judul Artikel: Anti-dengue type 2 virus activities of zinc(II) complex compounds with 2-(2,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7-trihydroxycromen-4-one ligands in Vero cells

Informasi detail tentang artikel ilmiah ini dapat dilihat di:

https://e-journal.unair.ac.id/IJTID/article/view/10851/7538

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).