Bermula dari Dorongan Kakak Tingkat, Hana Ikuti Student Exchange ke Osaka

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dari kiri, Salwa Putri Qurrotuaini (jilbab navy blue), Alfira Nailatul Izzah (jilbab coklat tua), Faiza Rahma Ebnudesita (jilbab hijau pupus), dan Hana Aqilah Nur Imania (jilbab hitam) bersama pimpinan Konsulat Jenderal Republik Indonesia Osaka, Mirza Nurhidayat dan istri (tengah). (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Belajar di negeri orang, awalnya bukan menjadi prioritas utama bagi Hana Aqilah Nur Imania atau akrab disapa Hana. Namun, kesempatan tersebut justru datang tanpa ia duga melalui program seleksi mahasiswa unggulan yang diselenggarakan oleh institusi tempatnya menuntut ilmu, yakni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga.

“Kebetulan, tahun lalu fakultas mengadakan seleksi mahasiswa unggulan. Ketika itu, saya masih duduk di semester tiga, jadi masih belum memiliki banyak pencapaian sehingga merasa belum layak mendaftar. Tetapi atas kehendak Allah SWT, saya dipertemukan dengan seorang kakak tingkat. Dia kemudian mendukung saya agar mencoba,” kata Hana.

Dukungan dari kakak tingkat membuat mahasiswi kelahiran Bontang itu merasa tertantang untuk menjajal. Ia lantas mendaftar seleksi berupa pembuatan karya tulis ilmiah, serta mengurus berkas administrasi seperti transkrip Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), sertifikat toefl, dan curriculum vitae (cv) hingga akhirnya lolos ke tahap berikutnya.

Long short story, saya berhasil lolos ke tahap presentasi karya tulis ilmiah serta wawancara billingual. Alhamdulillah, pada tahap akhir, saya bisa menjadi juara pertama. Atas pencapaian tersebut, fakultas memberikan reward yaitu kesempatan exchange ke Research Institute for Microbial Disease (RIMD) milik Osaka University, Jepang,” ceritanya.

Hana Aqilah Nur Imania (jilbab merah) dan Faizah Rahma Ebnudesita (jilbab coklat) sedang berfoto bersama rekan-rekan pelajar asing di depan Research Institute for Microbial Disease (RIMD), Osaka University, Jepang. (Foto: Istimewa)

Namun, Hana tidak sendiri, ia bertolak ke negeri berjuluk matahari terbit itu bersama dua orang juara program seleksi mahasiswa unggulan lainnya beserta Duta Favorit FK UNAIR 2018. Yakni, Faiza Rahma Ebnudesita, Salwa Putri Qurrotuaini, dan Alfira Nailatul Izzah. Mereka berempat menetap di Osaka selama tiga minggu, sejak 22 Juli sampai 10 Agustus.

“Saat berada di Osaka, kami dibagi menjadi dua kelompok penelitian. Saya berpasangan bersama Faiza, mempelajari topik mengenai Bordetella spp. di Departemen Molecular Bacteriology. Sementara Salwa dan Alfira di Departemen Virology membahas seputar Rota Virus. Di sana, kami mendapat banyak pengalaman, ibarat air hujan,” ungkap Hana.

Gadis penyuka nasi kuning itu menjelaskan sedikit mengenai topik yang dipelajarinya. Menurut Hana, Bordetella spp adalah bakteri pathogen yang menginfeksi saluran pernapasan. Salah satu spesies yang kerap didiskusikan di sana adalah bakteri penyebab batuk rejan (Whooping Cough) pada manusia, Bordetella pertussis. Pencegahan bakteri itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan vaksin Diphteri Pertussis Tetanus (DPT).

“Pada dua minggu pertama di laboratorium, saya dan Faiza sudah dilibatkan dalam sebuah eksperimen untuk mempurifikasi Dermonecrotic toxin (DNT) yang merupakan senyawa protein sebagai faktor virulensi pada bakteri Bordetella. Lalu melihat aktivitasnya di sel lain bernama MC3T3-E1. Kami dibimbing oleh Prof. Yasuhiko Horiguchi,” terangnya.

Alfira Nailatul Izzah (jilbab hitam) dan Salwa Putri Qurrotuaini (jilbab putih) sedang berfoto bersama rekan-rekan pelajar asing di depan Research Institute for Microbial Disease (RIMD), Osaka University, Jepang. (Foto: Istimewa)

Sementara itu, Salwa, turut membagikan ceritanya selama mempelajari Rota Virus di Departemen Virology yang dipimpin oleh Prof. Takeshi Kobayashi. Ia menjelaskan bahwa Rota Virus merupakan penyebab diare pada anak bayi dan balita. Di tempat itu, Salwa dan Alfira juga dibimbing untuk mengetahui pengembangan dari vaksin, proses PCR-DNA, pemisahan protein, kloning DNA pada bakteri, membaca electrophoresis, dan sebagainya.

Selain mendapatkan banyak pengalaman dan wawasan, mereka berempat sangat kagum dengan laboratorium di Osaka University. Sebab, setiap laboratorium, termasuk RIMD memiliki fasilitas mumpuni dan dana yang mendukung seluruh urusan penelitian. Bahkan, institusi berwajib seperti kementerian kesehatan di Jepang serta berbagai lembaga ilmiah terkait sangat getol untuk mendukung berbagai penelitian kesehatan yang ada di Osaka University.

“Jadi peneliti di sini tidak punya alasan untuk tidak melakukan riset. Kalau dibandingan dengan Indonesia, secara spesifik saya masih belum tahu banyak, dari superfisialnya  saja sudah kelihatan ya. Tetapi saya berharap, semoga ke depan penelitian di Indonesia kian berkembang. Kampus kita sendiri memiliki Institute of Tropical Desease (ITD). Ini dapat menjadi langkah awal yang baik bagi perkembangan di bidang penelitian,” tutup Hana. (*)

Penulis : Nabila Amelia

Editor    : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).