Meminimalisir Toksisitas dari Bahan Dasar Dentin Bonding

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi dentin bonding. (Sumber: Slide Share)

Dentin bonding adalah suatu agen yang digunakan sebagai bahan untuk menggabungkan restorasi komposit dengan jaringan gigi, khususnya dentin. Dentin bonding biasanya digunakan bersamaan dengan resin komposit untuk mengurangi terjadinya mikroleakage antara bahan tumpatan dengan permukaan gigi, dan meningkatkan retensi/perlekatan resin komposit. Dentin bonding sangat penting digunakan pada lesi karies maupun non-karies yang melibatkan permukaan dentin yang luas, serta pada area-area yang tidak didukung enamel yang cukup, seperti area servikal gigi.

Macam-macam bahan dasar dentin bonding yang biasa digunakan adalah HEMA, 4-META, EPDM, MMA, TEDGMA, dan masih banyak lagi yang lainnya. Salah satu bahan dasar dentin bonding yang ramai digunakan adalah 4-META (4-metakriloiloksietil trimelitatanhidrid) karena sifat retensinya yang baik. Selain bahan dasar 4-META, dentin bonding juga memiliki komponen penting yaitu pelarut (solvent), yang berfungsi membantu mengencerkan monomer4-META dan memfasilitasi penetrasi monomer kedalam dentin. Pelarut yang paling sering digunakan dalam adalah etanol, aseton, dan air.

Dalam pengaplikasian klinisnya, semua jenis bahan yang apabila nantinya akan diaplikasikan pada jaringan hidup harus memiliki biokompatibilitas yang baik. Artinya, bahan tersebut dapat diterima oleh tubuh, tidak toksik, dan tidak membahayakan jika diaplikasikan pada jaringan hidup. Sementara itu, terdapat sejumlah fenomena klinis yang terjadi bahwa terdapat nyeri post-operatif setelah penumpatan dengan resin komposit yang didahului oleh pengaplikasian dentin bonding.

Beberapa jurnal dan penelitian terdahulu menyebutkan bahwa monomer sisa dari polimerisasi bahan bonding yang tidak sempurna diduga menjadi salah satu penyebab adanya nyeri post-operatif. Lama-kelamaan, dapat menyebabkan selfibroblas yang berada pada jaringan dentin dan pulpa gigi mengalami kematian/nekrosis.

Adanya dugaan monomer 4-META mengakibatkan efek terhadap jaringan hingga menyebabkan kematian sel dan suatu fenomena klinis seperti yang telah dijelaskan di atas diketahui karena monomer 4-META memiliki gugus hidroksil(-OH) yang merupakan bentuk dari senyawa reaktif radikal bebas yang sering disebut ROS (Reactive Oxygen Species). Radikal bebas dalam sel menyebabkan terjadinya kerusakan DNA yang akan berdampak pada gangguan aktivitas sel sehingga menyebabkan kematian sel.

Di sisi lain, pelarut (solvent) juga berperan penting dalam difusi monomer pada jaringan gigi. Aseton sebagai pelarut memiliki kekurangan dalam menetralisir radikal bebas yang dihasilkan oleh monomer 4-META. Aseton dikatakan memiliki kapasitas ikatan hidrogen yang lemah sehingga mekanisme antioksi dan mengikat radikal bebas juga tidak terjadi secara optimal.

Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui sifat toksis bahan dentin bonding 4-META berpelarut aseton terhadap sel fibroblast jaringan pulpa gigi.Toksisitas pada selfibroblas dilihat dari adanya jumlah sel yang mengalami kematian sel atau nekrosis. Sifattoksik suatu bahan kimia biasanya dinyatakan dalam LC50 (Lethal Concentration). Dilakukan ujitoksisitas terhadap bahan dasar dentin bonding 4-META berpelarut aseton untuk mengetahui konsentrasi toksik bahan dentin bonding 4-META berpelarut aseton yang dapat menyebabkan 50% kematian sel fibroblast pulpa gigi (LC50).

Kultur sel fibroblast pulpa berasal dari gigi premolar manusia yang ditanam dalam media dan diinkubasi dalam inkubator. Sel kemudian ditransfer kedalam plate 96 well laluditetesi 100 µl dentin bonding berbahan dasar4-META berpelarut aseton dengan berbagai konsentrasi (5000 µg/ml; 2500 µg/ml; 1250 µg/ml; 625 µg/ml; 312,5 µg/ml; 156,25 µg/ml; 78,12 µg/ml; 39,06 µg/ml; 19,53 µg/ml; dan 9,76 µg/ml) dandua well tidak diberi perlakuan sebagai kontrol.

Ujisitotoksisitas dilakukan dan persentase kematian selfibroblas dihitung menggunakan rumus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian sel fibroblas sebesar 50% (LC50) adalah konsentrasi 1250 µg/ml. Hal ini dapat diartikan bahwa konsentrasi toksik bahan dasar dentin bonding 4-META berpelarut aseton adalah pada konsentrasi lebih dari atau sama dengan 1250 µg/ml. Sedangkan konsentrasi di bawah 1250 µg/ml merupakan konsentrasi yang aman untuk sel fibroblast pulpa gigi.

Dengan mengetahui konsentrasi toksik minimal dari bahan dentin bonding ini, maka para dokter gigi dan peneliti selanjutnya diharapkan mengetahui konsentrasi yang aman dari bahan dasar dentin bonding 4-META berpelarut aseton yang digunakan sebagai dentin bonding. Serta diharapkan penelitian ini akan dapat menjadi pedoman bagi para dokter gigi untuk memilih bahan dentin bonding mana yang lebih aman untuk jaringan dentin dan sekitarnya sehingga dapat meminimalisir toksisitas yang ditimbulkan dari bahan dasar dentin bonding. (*)

Penulis : Adioro Soetojo, Dewi Purnama, Cecilia G.J Lunardhi, Ira Widjiastuti

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.jioh.org/article.asp?issn=0976-7428;year=2019;volume=11;issue=4;spage=191;epage=196;aulast=Soetojo

Adioro Soetojo, Dewi Purnama, Cecilia G.J Lunardhi, Ira Widjiastuti (2019). Cytotoxicity Test of 4-Methacryloxyethyl Trimellitic Anhydride–based Dentine Bonding Material Using Acetone Solution in Dental Pulp Fibroblast. Journal of International Oral Health, 11(4): 191-196; DOI:10.4103/jioh.jioh_32_19

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).