Self-Efficacy Berpengaruh pada Indeks Massa Tubuh Lansia dengan Diabetes

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Bonus demografi yang terjadi di Indonesia menyebabkan peningkatan populasi lansia. Di sisi lain meningkatkan prevalensi diabetes mellitus tipe 2 (disingkat diabetes). Populasi lansia di Indonesia di prediksi mencapai 36 juta jiwa pada 2025. Prevalensi diabetes sendiri meningkat dari 1,1 persen menjadi 2,3 persen dalam 5 tahun, 50 persen di antaranya lansia dan meningkatkan risiko kematian dini hingga 5-kali, kematian akibat komplikasi penyakit jantung 4-kali bahkan 20-kali lebih besar risiko kematian akibat komplikasi penyakit ginjal.

Faktor risiko utama dari diabetes diketahui adalah obesitas sehingga pada lansia diabetes, menjaga status indeks massa tubuh penting untuk mengontrol gula darah. Penelitian yang telah dilakukan berfokus pada aspek perilaku untuk mau beraktivitas fisik dan mengatasi halangan untuk beraktivitas fisik, dan pola perilaku sedentari  kaitannya dengan indeks massa tubuh lansia diabetes.

Penelitian pilot ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jagir, Kota Surabaya, pada lansia yang sudah didiagnosis mengalami diabetes. Lansia yang masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari masuk sebagai kriteria. Penelitian yang berfokus pada perilaku lansia masih belum banyak dilakukan, terutama pada kelompok spesifik dengan kondisi diabetes.

Self-efficacy atau keyakinan diri untuk melakukan aktivitas fisik dan mengatasi rintangan untuk beraktivitas dinilai menggunakan kuesioner terstruktur dengan skala likert 10 – 100. Semakin yakin seorang lansia untuk beraktivitas dan mengatasi rintangan, semakin tinggi nilai yang diberikan. Dari 56 responden, 71,4 persen seorang perempuan; 46,4 persen lulusan SD; 82,2 persen sudah pensiun, dengan rata-rata usia 66,8 tahun dan jumlah anak 3.

Status gizi lansia diabetes berdasar indeks massa tubuh, sebesar 15 persen lansia overweight dan 56 persen obesitas. Prevalensi ini mendukung hipotesis di awal bahwa obesitas merupakan faktor utama dari diabetes.

Hal tersebut bisa dilatarbelakangi oleh adanya tumpukan jaringan lemak, terutama pada bagian perut dan peningkatan produksi adipokin. Penjelasan lebih lengkap tertera pada naskah publikasi. Kemudian, lebih lanjut juga didapatkan hasil bahwa tingkat aktivitas fisik lansia berkaitan dengan indeks massa tubuh.

Setidaknya, 89 persen lansia memiliki tingkat aktivitas fisik dalam kategori ringan. Hal tersebut mungkin berkaitan dengan banyaknya lansia yang overweight dan obesitas sehingga lebih susah untuk bergerak. Lansia dengan diabetes yang tidak aktif secara fisik memiliki risiko lebih tinggi untuk kematian akibat penyakit kardiovaskular. Selain itu, kebiasaan tidak beraktivitas fisik juga berkaitan dengan kontrol gula darah yang lebih buruk.

Rendahnya aktivitas fisik lansia diabetes juga berkaitan dengan aktivitas sedentari yang tinggi. Aktivitas sedentari merupakan kegiatan yang lebih banyak dilakukan dengan duduk, seperti mengobrol, menonton TV, bermain HP, dsb. Lansia pada penelitian ini sebanyak 59 persen menghabiskan waktu sedentari >3 jam/hari.

Hal tersebut secara signifikan juga meningkatkan indeks massa tubuh. Berdasar penelitian lainnya disebutkan bahwa penurunan aktivitas sedentari sebanyak <3 jam/hari dapat meningkatkan harapan hidup hingga 2 tahun. Dilihat dari elf-efficacy atau tingkat keyakinan, rata-rata nilai lansia yakin untuk dapat beraktivitas fisik cukup baik (59,13), sedangkan keyakinan untuk mengatasi hambatan sebesar 52,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya lansia lebih yakin untuk beraktivits fisik daripada memikirkan hambatan yang mungkin muncul ketika akan melakukan aktivitas fisik.

Hal menarik lain yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah kita mengetahui apa saja hambatan yang dianggap oleh lansia menjadi hambatan terbesar untuk bisa beraktivitas fisik. Pertama, yaitu lansia merasa tidak nyaman melakukan aktivitas fisik, lalu hambatan selanjutnya beberapa lansia baru saja sembuh dari masalah kesehatan, merasa cemas, pekerjaan rumah yang terlalu banyak sehingga tidak sempat beraktivitas fisik, dan masalah personal. Dengan penelitian ini, intervensi dapat dilakukan dengan berfokus pada eliminasi hambatan yang dirasakan oleh lansia sehingga lansia bisa dengan mudah melakukan aktivitas fisik setiap hari atau minimal 3 – 5 kali per minggu.

Penulis: Qonita Rachmah, S.Gz., M.Sc(Nutr&Diet)

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di Journal of Preventive Medicine & Public Health

https://www.jpmph.org/journal/view.php?doi=10.3961/jpmph.19.003

Rachmah, Q., Setyaningtyas, S. W., Rifqi, M. A., Indriani, D., Nindya, T. S., Megatsari, H., … & Kriengsinyos, W. (2019). Self-efficacy to Engage in Physical Activity and Overcome Barriers, Sedentary Behavior, and Their Relation to Body Mass Index Among Elderly Indonesians With Diabetes. J Prev Med Public Health52, 242-249. DOI: https://doi.org/10.3961/jpmph.19.003

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).