IPCOMC 2019, Usung Isu Transformasi Digital dan Komunikasi 4.0

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Angga Prawiradika Aji, S.IP., M.A (kiri) saat menjadi moderator dari ketiga pembicara IPCOMC 2019 yang terdiri dari Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc (kedua dari kiri), Dr. Norizan Anwar (ketiga dari kiri), dan Prof. Dr. Henri Subiakto, Drs., S.H., M.H (kanan) di Hotel Santika Premier Gubeng pada (01/08). (Foto : istimewa)

UNAIR NEWS – Prodi S2 Media dan Komunikasi tidak henti melangsungkan konferensi internasionalnya yang bergengsi. Untuk yang ketiga kalinya International Postgraduate Conference On Media and Communication (IPCOMC) 2019 mengusung tema “Communication 4.0 : Strengthening Media and Community through Digital Transformation”.

Pembicara yang hadir dalam kegiatan tersebut yaitu Dr. Norizan Anwar (Universitas Teknologi MARA Malaysia), Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc (universitas Hasanudin Makassar) dan Prof. Dr. Henri Subiakto, Drs., S.H., M.H (Universitas Airlangga). Sedangkan peserta yang hadir terdiri dari 58 orang yang berasal dari Jawa Timur, Bandung, Jakarta, Palembang, Riau, Lampung dan Bengkulu.

Acara yang dilangsungkan di Hotel Santika Gubeng Premier, Surabaya pada (01/08) itu dibuka langsung oleh Wakil Dekan 2 FISIP UNAIR Dr. Budi Tuti Rahayu, Dra., M.Si. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa revolusi industri 4.0 adalah tantangan baru.  Tidak hanya dalam teknologi tetapi juga dalam bidang pendidikan. Peserta diajak untuk terlibat dan mengeksplorasi evolusi teknologi dan kemunculan Komunikasi 4.0 di bawah perspektif media dan komunikasi.

Dari tema besar itu, ada beberapa subtema yang menjadi pembahasan dari seminar internasional tersebut. Salah satunya yaitu isu gender dan identitas yang ada di sosial media. Dr. Tuti menilai, dengan adanya perkembangan teknologi isu gender semakin marak direpresentasikan. Kebebasan berpendapat juga semakin cepat tersebar melalui konstruksi-konstruksi yang disimbolkan.

“Media sosial tidak hanya lagi menjadi media pengenalan diri tetapi juga telah menjadi ajang penyebaran ideologi. Semoga dengan acara penting ini, kami berharap dapat memperkuat media dan komunitas melalui transformasi digital,” ungkapnya.

Selain itu Dr. Santi Isnaini, S.Sos., MM mengatakan, di era Revolusi Industri 4.0, pendidikan tinggi harus lebih dari mampu menghasilkan generasi yang kompeten. Sebagai lembaga pendidikan, tentu Prodi S2 Media dan Komunikasi memikul tanggung jawab dalam mencari solusi untuk masalah tersebut. Langkah konkret yang dapat diimplementasikan yaitu melakukan penelitian, diskusi dan publikasi yang berkaitan dengan masalah tersebut.

“Dalam diskusi ini kita semua dapat berbicara lebih lanjut tentang bagaimana perubahan signifikan dalam Komunikasi 4.0 yang memicu bentuk baru komunitas dan representasi budaya. Diharapkan kedepannya kita dapat bergerak maju dan mendiskusikan kolaborasi bersama di masa depan,” ujarnya.

Sementara itu, Prof Hafied mengatakan bahwa kehadiran industri 4.0 telah membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Diantaranya online shopping, online delivery, youtuber, e-marketing dan online advertising. Akan tetapi masyarakat harus menyadari bahwa manusia ini tidak boleh merasa ketergantungan terhadap teknologi tersebut.

“Dampak negatif yang dihadirkan oleh kecanggihan dan kehadiran revolusi industri 4.0 juga mempengaruhi perilaku sosial masyarakat. Oleh sebab itu kita tidak boleh tergantung terhadap teknologi itu,” tambahnya.

Selain diisi oleh pemateri dari tataran nasional maupun internasional, konferensi itu memberi kesempatan kepada para pengirim paper untuk mendiskusikan karyanya serta akan memberi masukan satu sama lain. Diketahui, seleksi paper itu sudah dimulai sejak akhir Maret lalu.  (*)

Penulis : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).