Stres pada Hewan Kurban Pengaruhi Kualitas Daging

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber gambar: Tribun News

UNAIR NEWS – Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang Jawa Timur 1 menyelenggarakan pengabdian masyarakat berupa seminar. Kegiatan yang berfokus kepada persiapan menjelang Idul Adha 1440 H tersebut diadakan di Ruang Tandjung Adiwinata Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) Sabtu (20/7/19).

Pada materi “Dampak Stres terhadap Kualitas Daging pada Pemotongan Hewan Kurban” Prof. Dr. Suwarno, drh., M.Si menjabarkan beberapa macam dan faktor yang dapat mengakibatkan hewan kurban menjadi stres dan menurunnya kualitas daging yang dihasilkan.

“Macam stres antara lain stres akibat transportasi, fisik, temperatur kelembaban, penyakit, dan pakan,” sebut Prof Suwarno, Ketua PDHI cabang Jawa Timur 1 yang juga Wakil Dekan III FKH UNAIR.

Lebih dalam Prof Suwarno menjelaskan, transportasi menjadi faktor penting yang menyebabkan stres pada hewan. Sebab, masih terdapat penjual yang mengirimkan hewan tanpa memperhatikan kenyamanan hewan selama perjalanan. Selain itu, jenis makanan yang tidak semestinya diberikan turut menjadi salah satu penyebab.

“Kurangnya pengetahuan mengenai cara pengiriman hewan yang baik dan pemberian pakan yang tidak sesuai, salah satunya sapi diberikan dedaunan,” tambahnya.

Soal temperatur dan kelembaban ideal untuk menghindari stres pada hewan, Prof Suwarno menyebut, suhu terlalu panas akan menyebabkan hewan menjadi hiperthermia. Sementara suhu yang terlampau rendah dapat menyebabkan hipothermia pada hewan.

“Suhu yang disarankan pada saat persiapan sebelum penyembelihan antara 22 -29 derajat celcius,” ujar Prof Suwarno.

Wakil Dekan FKH UNAIR tersebut menambahkan, tingkat stres pada hewan sebelum penyembelihan dapat dilihat dari warna daging setelah melui proses pemotongan.

“Semakin hitam warna daging, menandakan hewan kurban dalam keadaan stres pada saat sebelum penyembelihan,” sebutnya.

Selain temperatur dan kelembaban, nilai pH juga menjadi faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjaga kualitas daging agar tetap baik. Salah satu himbauan dari Prof Suwarno adalah dengan tidak membiarkan daging terpapar udara terlalu lama.

Prof. Suwarno saat memberikan materi “Dampak Stres terhadap Kualitas Daging pada Pemotongan Hewan Kurban” di Ruang Tandjung Adiwinata FKH UNAIR, Sabtu (20/7/19). (Foto: Humas FKH)

“Salah satu cara menjaga pH daging tetap baik pada pH 7,0 -7,2 dengan meletakkan daging di tempat tertutup dengan sirkasi udara secukupnya,” ucapnya.

Jika ditemukan pada pemeriksaan Ante – Mortem, lidah yang menjulur dan keluarnya liur (salivasi), suhu tubuh meningkat, sering minum dan kencing, serta gelisah dan pada pemeriksaan Post – Mortem terdapat, hasil perubahan warna dan pH daging, merupakan tanda hewan dalam keadaan stres.

“Untuk menentukan stres pada hewan, perlu dilakukan pemeriksaan Ante dan Post Mortem pada hewan,” pungkasnya. (*)

Penulis : Faisal Dika Utama

Editor.  : Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).