Dekan FIB UNAIR Presentasikan Budaya Pesugihan di Belanda

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Diah Ariani Arimbi saat melakukan presentasi dengan topik pesugihan kembang sore, di Leiden, Belanda. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) Diah Ariani Arimbi, S. S., M,A., Ph.D. baru saja terbang ke Leiden, Belanda. Diah, sapaan karibnya, terbang ke Leiden, Belanda, untuk mengikuti “International Convention of Asia Scholars” (ICAS) ke-11. Acara itu berlangsung pada 15-20 Juli 2019.

Forum ICAS ke-11 itu lebih menekankan diskusi panel meja bundar, pidato utama, pameran kerajinan, festival film documenter, dan pameran buku studi Asia. Melalui semua kegiatan ini, ICAS berhasil menyatukan para cendekiawan Asia dan budayawan dari seluruh dunia untuk berinteraksi secara langsung.

Dalam kesempatan ini, Diah mempresentasikan materi dengan topik pesugihan kembang sore di Tulungagung. Topik yang diangkat pada konferensi itu merupakan hasil penelitian bersama dua dosen Bahasa dan Sastra Inggris (Sasing). Namun pada konferensi tersebut, Diah menyampaikan presentasi mandiri.

“Keikutsertaan saya yang ketiga ini untuk lebih membahas budaya lokal yaitu pesugihan di Tulungagung,” ungkapnya via telepon.

Hasil dari presentasinya itu akan termuat dalam jurnal ilmiah. Termuatnya dalam jurnal yang terakreditasi juga akan menaikkan peringkat UNAIR di World Class University (WCU).

Tidak hanya menaikkan peringkat UNAIR dalam WCU, jurnal yang terpublikasi mampu menjadi khazanah ilmu pengetahuan di dalam kampus. Karya Diah yang berjudul “Reading Contemporary Indonesian Muslim Wowen Writers” merupakan hasil presentasi di ICAS pada 2009 yang berhasil dibukukan oleh Amsterdam University Press, yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Airlangga University Press tahun 2018.

DIAH Ariani Arimbi, S. S., M,A., Ph, D. (kiri) saat berada di Leiden, Belanda mengikuti ICAS 11. (Dok. Pribadi)

“Pada tahun 2009, karya saya tentang penulis perempuan muslim Indonesia adalah hasil dari ICAS yang dibukukan,” ujarnya.

ICAS 11 memiliki keuntungan terhadap para akademisi. Salah satu keuntungan itu adalah  memiliki banyak peluang jejaring (networking). Jejaring yang dapat dimaksimalkan adalah kemungkinan untuk berbagi penelitian, dan bertemu dengan penerbit.

Mengutip dari laman ICAS 11, jumlah peserta yang hadir sebanyak 1.750  orang. Jumlah tersebut meliputi ahli di setiap disiplin ilmu. Sosial-Humaniora menjadi fokus tema ICAS ke-11. Topik  seperti memikirkan kembali Pendidikan, transformasi agama, postkolonial, demokrasi, neoliberalisme, dan  sejarah intelektual menjadi bahasan menarik dalam konferensi. (*)

Penulis: Aditya Novrian

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).