Amankah Jamur yang Kita Konsumsi ?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Beritatagar

Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia dengan makanan yang berasal dari produk pertanian dan perkebunan. Salah satu bidang pertanian dan perkebunan yang saat ini sedang berkembang adalah jamur. Jamur menjadi salah satu bahan pangan alternatif dengan kandungan protein hampir setara dan melebihi protein pada daging ayam dan daging merah. Hal ini menjadikan komoditi konsumsi jamur menjadi terus meningkat. Tapi apakah kita pernah berpikir bahwa jamur yang kita beli dipasaran sudah sesuai dengan klaim namanya? Apakah kita pernah meragukan keaslian produk kita konsumsi ? Ya, terkadang kita hanya asal membeli di pasar tradisional maupun modern. Kadang pun kita tidak tau apakah jamur yang sama selalu benar benar sama.

Bagi masyarakat, yang terpenting adalah jamur yang dipilih masih segar dan bentuknya sesuai seperti ciri kebanyakan. Namun apakah kesesuaian jamur yang hanya dikenali berdasarkan ciri kasat mata benar-benar sesuai? Tidakkah ada jamur yang mirip namun namanya berbeda? Padahal saat ini sangat banyak beredar bahan makanan berbasis jamur. Bahkan saat ini telah banyak pula dijumpai produk olahan siap saji dan produk pengobatan berbahan dasar jamur.

Selama ini masyarakat khususnya yang tinggal di daerah perkotaan memilih jamur berdasarkan ciri morfologi dan “percaya” kesesuaian nama jamur berdasarkan label yang tertera. Surabaya menjadi salah satu kota besar dengan nilai konsumsi jamur yang cukup tinggi. Berbagai jenis produk jamur segar dan olahannya dapat dengan mudah dijumpai disekitar Surabaya. Namun hingga saat ini masih belum banyak laporan terkait kesesuaian jamur konsumsi sesuai dengan klaim namanya. Padahal dalam bidang ilmu Mikologi dapat dijumpai jamur-jamur yang sangat mirip namun setelah diperiksa lebih lanjut jenisnya berbeda. Dan telah menjadi hal lazim pada bidang ekspor-impor bahan makanan untuk memeriksa kualitas bahan makanan sampai level molekulernya. Oleh karena itu perlu diketahui kesesuaian jenis jamur dan ketiadaan kontaminan yang sering kita konsumsi. Guna meyakini produk konsumsi kita sesuai dengan klaim tanpa ada kontaminasi jenis jamur yang lain.

Semakin banyak produk jamur yang beredar dipasaran harus pula disertai dengan uji kesesuaian produk dan tidak adanya kontaminasi. Beberapa penelitian telah dilakukan sebagai upaya verifikasi jenis jamur dan perlindungan hak konsumen. Hal ini menjadi menarik karena kita dapat mengetahui apakah jamur yang kita konsumsi selama ini adalah jamur yang benar dan sama jenisnya meskipun kita dapatkan dari tempat dan merek yang berbeda. Hasilnya cukup mengejutkan karena dari delapan jenis jamur segar dan olahan yang diuji menunjukkan kecocokan lebih dari 90%. Ditinjau dari segi kesamaan marga, jamur-jamur yang beredar dipasaran sudah sesuai hanya saja pada jamur yang sama dijumpai sedikit perbedaan. Hal itu disebabkan oleh jenis jamur berbeda dan menjadi komoditi yang berbeda pula. Seperti pada jamur kuping yang dijumpai pada pasar tradisional berhasil teridentifikasi sebagai Auricularia polytricha cultivar Apw8. Sedangkan jamur kuping yang ditemukan di pasar modern teridentifikasi sebagai Auricularia polytricha cultivar Sanyou.

Hal yang menarik lainnya adalah jamur Shitake yang berhasil diidentifikasi pada penelitian ini. Ketiganya memiliki jenis yang sama walaupun tidak memiliki kemiripan yang sama pada level molekuler. Nilai kemiripan jamur Shitake berkisar antara 93-98%. Hasil ini menjadi informasi penting terkait kesesuaian dan keamanan produk berbasis olahan jamur. Serta diharapkan dapat menjadi perlindungan bagi hak–hak konsumen agar sesuai dengan label yang tertera pada kemasan. Namun masih sangat perlu penelitian lebih lanjut untuk berhasil mengungkap seluruh jenis dan produk olahan yang berbahan dasar jamur. Siapkan diri kita pada era baru klaim produk hingga level molekuler. Lindungi hak kita dengan cara meyakinkan produk–produk jamur sebelum dikonsumsi.

Penulis : Intan Ayu Pratiwi

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=9469&iid=271&jid=3

Intan Ayu Pratiwi*, M. Hilman F. Amin and Bambang Irawan, DNA barcoding for identification of commercial fresh and processed mushroom-based products in Surabaya, Eco. Env. & Cons. 25 (April Suppl. Issue): 2019; pp. (S40-S45). Copyright@ EM International. ISSN 0917–765X.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).