IIAI – Assistant untuk Diagnosis Tingkat Hipersensivitas Tubuh

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
PKMKC
TIM PKMKC IIAI saat melakukan eksperimen. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Alergi adalah suatu perubahan daya reaksi tubuh terhadap kontak pada suatu zat (alergen) yang memberi reaksi terbentuknya antigen dan antibodi. Respon imun dalam kasus alergi ini dianggap reaksi yang berlebihan dikarenakan allergen itu sendiri bisaanya tidak berbahaya bagi tubuh. Alergi yang umumnya terjadi adalah hay-fever atau yang bisaa dikenal dengan rhinitis alergi. Rinitis alergi menjadi masalah kesehatan global.

Pengobatan saat ini yang dianggap efektif bagi penderita rinitis alergi adalah imunoterapi. Prinsip dari imunoterapi ini adalah memasukkan allergen yang dilarutkan dan diencerkan berkali-kali sehingga konsentrasinya menjadi sangat rendah ke lapisan terluar darikulit, bisaanya pada lengan. Setiap kali melakukan terapi, penderita harus melalui serangkaian tes guna mengetahui tingkat hipersensitivitas tubuh terhadap alergen yang dimana membutuhkan waktu yang lama serta kurang efisien.

Mengenai hal tersebut, tim PKM-KC yang diketuai oleh Muhammad Amrul Muhafizh melahirkan karya cipta yang berjudul IIAI-Assistant untuk Diagnosis Tingkat Hipersensivitas Tubuh Terhadap Alergen Berbasis Internet of Things. Kepada UNAIR NEWS, Amrul mengatakan bahwa  pengobatan saat ini yang dianggap efektif bagi penderita rinitis alergi adalah imunoterapi.

“Sebelum memulai imunoterapi, penderita harus mengetahui terlebih dulu, alergen apa yang menyebabkan reaksi alergi muncul,” jelasnya.

Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab alergi. Lanjut Amrul, metode pertama adalah uji cukit kulit atau skin prick test. Prinsip dari uji ini adalah memasukkan sejumlah kecil alergen yang sering menjadi penyebab alergi, ke lapisan kulit bagian atas (epidermis). Alergen dimasukkan dengan tusukan jarum pada bagian dalam lengan bawah, kemudian hasilnya akan dibaca dalam waktu sekitar 15 menit.

“Pemeriksa akan menilai reaksi yang muncul dari kulit penderita, seperti ada tidaknya kemerahan, dan berapa ukuran bentol yang timbul,” tuturnya.

Metode kedua, lanjutnya, adalah dengan mengambil sampel darah penderitadan memeriksanya secara langsung untuk mengetahui jenis antibodi spesifik yang terdapat dalam darah penderita tersebut. Prinsip dari imunoterapi ini adalah memasukkan allergen yang dilarutkan dan diencerkan berkali-kali sehingga konsentrasinya menjadi sangat rendah ke lapisan terluar dari kulit, bisaanya pada lengan.

“Kami disini memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut yaitu berupa IIAI-Assistant (Internet Integrated Allergen Immunotherapy Assistant). Alat ini dapat membantu untuk mendiagnosis tingkat hipersensitivitas tubuh terhadap alergen spesifik penderita serta terintegrasi ke internet guna memudahkan pengguna dan tenaga medis untuk melihat hasil terapi yangtelah dilakukan dan memuat jadwal terapi selanjutnya yang harus dilakukan secara rutin,” pungkasnya.

Penulis: TIM PKMKC IIAI

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).