Kurangi Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, RSUA Jalani Akreditasi Internasional

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Direktur RSUA Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD., K-PTI.FINASIM saat presentasi di hadapan surveyor dan seluru staf dan tenaga medis RSUA. (Foto: Binti Q. Masruroh)

UNAIR NEWS – Sebanyak delapan surveyor dari lembaga akreditasi Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) datang ke Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga (RSUA) pada Selasa (14/5). Pembukaan survey akreditasi SNARS edisi 1 itu dihadiri oleh para pimpinan UNAIR dan RSUA, surveyor, dan tenaga medis serta staf di RSUA.

Selama empat hari terhitung mulai hari ini hingga 18 Mei nanti, para surveyor ini akan melakukan penilaian akreditasi internasional yang telah diajukan oleh RSUA.

Direktur RSUA Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD., K-PTI.FINASIM mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang berusaha untuk bisa menyesuaikan dengan visi dan misi UNAIR. Yakni, dapat menjadi rumah sakit berstandart internasional dalam hal pelayanan, pendidikan, dan penelitian.

Sebagai direktur, pihaknya saat ini mendorong RSUA untuk dapat terus maju dan berkembang. Dengan pengajuan akreditasi internasional ini, harapannya, ke depan masyarakat Indonesia cukup berobat dalam negeri dan tidak harus ke luar negeri.

“Cukup (berobat, Red) di Inonesia saja. Selain membawa kepercayaan diri, memenuhi, dan memberikan pelayanan yang baik, juga pasti lebih murah, lebih efisien,” terang Prof Nasron.

Perihal akderitasi internasional ini, Prof Nasron memercayakan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sebagai badan akreditasi dalam negeri bukan tanpa alasan. Sebab, masyarakat yang berobat juga masyoitas masyarakat Indonesia.

Hasil akreditasi ini rencananya akan keluar maksimal satu minggu setelah survey dilakukan. Prof Nasron menambahkan, harapannya, jika RS sudah berstandart internasional, maka akan didorong untuk bisa mencapai national and global tourism. Artinya, masyarakat luar negeri yang rata-rata berkunjung ke Indonesia 2,5 juta lebih dalam satu tahun, akan berobat ke RSUA jika membutuhkan pelayanan kesehatan.

“Kami juga ingin menjadi daya dongkrak yang bagus untuk institusi induk kita, UNAIR. Sehingga ini menjadi kerbanggaan civitas UNAIR, RS UNAIR menunjukkan mutu tinggi dan berkualitas bagus,” ucap Prof Nasron.

Meski terhiung muda –baru memasuki tahun ke tujuh-, Prof Nasron mengatakan bahwa RSUA berupaya untuk terus berubah dan berbenah. Hal ini diakuinya tidak memiliki banyak kendala karena didukung oleh tenaga muda yang kreatif dan inovatif. Pun, pimpinan UNAIR juga mendukung penuh berkembangnya RSUA.

“Terjadi sinergi positif antara pimpinan universitas, dewan pengawas, direktur, direksi, manajer, kepala instalasi, kepala unit, semua sinergi untuk bahu membahu mewujudkan misi dan bahu membahu bertanggungjawab untuk melaksanakan manajemen RS ini,” paparnya.

Tahun 2019 ini, pelayanan di RSUA rata-rata mencapai 1500-1600 pasien. Ini jumlah yang cukup tinggi mengingat RSUA yang masih berusia relatif muda. Meski belum memberikan pelayanan pada hari Minggu, namun hal ini sedang dipikirkan oleh para pembuat kebijakan.

“Ke depan kalau tenaga kita sudah mumpuni, kita buka hari Minggu. Sehingga makin besar manfaat RS bagi masyarakat,” papar Prof Nasron.

“Kami berharap RS UNAIR lulus dan lolos akreditasi internasional ini. Kalau lulus, akan jadi RS PTN pertama di Indonesia (yang terakreditasi internasional, Red),” tambahnya. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).