Semangat Penyandang Disabilitas Ikuti UTBK di UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
HURIYAH Dhawy Febrianti saat mengikuti UTBK didampingi Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., dan Agung selaku penanggungjawab IT di ruang PIPS Kampus C UNAIR Surabaya (4/5/2019. (Foto : Alifian Sukma)

UNAIR NEWS – Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2019 memasuki sesi kesembilan pada Sabtu (4/5/2019). Namun ada yang berbeda dengan pelaksanaan UTBK Universitas Airlangga (UNAIR) kali ini.  Hal itu terlihat dari keikutsertaan peserta penyandang tunanetra yang ditempatkan di ruang ujian Pusat Inovasi Pembelajaran dan Sertifikasi (PIPS).

Huriyah Dhawy Febrianti, seorang peserta dari SMAN 8 Surabaya berkebutuhan khusus tunanetra. Dalam pelaksanaan UTBK, UNAIR menyediakan aplikasi khusus peserta difabel dengan menggunakan scan reader. Perempuan kelahiran Surabaya itu memang mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar.

Keistimewaannya sebagai penyandang tunanetra tidak lantas membuat Febri menjadi patah semangat. Ia berkeinginan untuk berkuliah di UNAIR dengan memilihi jurusan Sastra Indonesia sebagai pilihan pertama dan Sastra Inggris sebagai pilihan kedua. Selain itu ia juga berkeinginan menjadi seorang penulis dan editor. Sehingga ia harus tetap harus berusaha untuk mewejudkan cita-cita tersebut.

Febri mengungkapkan bahwa dalam melaksanakan UTBK, pendampingan dan fasilitas yang diberikan oleh UNAIR dilakukan dengan sangat baik. “Pendampingan yang baik seperti ini harus tetap dipertahankan. Penyandang disabilitas membutuhkan pendampingan yang baik seperti ini,” jelasnya.

Febri berharap, jika kelak ia diterima di UNAIR. Ia sangat menginginkan tidak adanya perlakuan yang berbeda dengan mahasiswa umum lainnya.  Hal itu senada dengan yang diungkapkan Irene, seorang ibu dari anak berkebutuhan khusus. Irene berharap, selaku anak berkebutuhan khusus, Febri mendapat tempat yang sama di universitas. Febri berhak melanjutkan sekolah dan berhak menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri (PTN).

“Yang saya harapkan dari pemerintah adalah pendampingan. Pendampingan di tempat pendidikan Febri. Dukungan dari pemerintah di bidang pendidikan. Pemerintah mendukung terutama di bidang fasilitas,” Jelas Irene.

Sementara itu, Agung selaku penanggungjawab IT ruang UTBK menuturkan bahwa dalam menjawab soal, penyandang tuna netra melakukan semuanya sendiri. Pendampingan sangat diperluakan untuk membantu persoalan teknis.

“Secara umum peserta mengerjakan semuanya sendiri,” tambahnya. (*)

 

Penulis : Alicia Juanita

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).