“Mikroflora” Cara Mahasiswa PSDKU Banyuwangi Dorong Geliat Ibu PKK

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
TIM PKM-M PSDKU UNAIR Banyuwangi saat melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu PKK. (Foto: Istimewa)
TIM PKM-M PSDKU UNAIR Banyuwangi saat melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu PKK. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS  – Program Studi Di Luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Airlangga (UNAIR), pada tahun 2019 meloloskan beberapa proposal pendanaan Program kreativitas Mahasiswa (PKM). Salah satu judul proposal yang didanai yaitu “Enterpreneur Pembuatan Mikroflora sebagai Pelet dari Limbah Feses Sapi Kepada Ibu PKK di Singotrunan”. Proposal itu merupakan prosal PKM di bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M).

Kelompok PKM-M ini diketuai oleh Basmala Launa Dewi (FKH 2018) dan beranggotakan empat orang yaitu, Rosdiyanah Ayu Aisiyah Putri (FKH 2017), Virgi Sapta Faradhilla (FKH 2018), Azaria Aldila Khoiriyah (FKH 2018) dan Muhammad Habib Hilal Hamdi (FKH 2018), dibawah bimbingan dosen Ragil Angga Prastiya, drh., M. Si .

Saat dikonfirmasi UNAIR NEWS pada pekan lalu, Basmala Launa Dewi, menjelaskan program tersebut ia dan tim lakukan di kelurahan Singotrunan, Banyuwangi. Program itu, lanjutnya, dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2019.

“Dan model pelaksanaannya dengan cara melakukan pendekatan kepada ibu-ibu PKK kelurahan Singotrunan,” jelasnya.

Mengenai alasan memilih topik tersebut, jelasnya, hal itu berangkat dari banyaknya masyarakat Singotrunan yang berprofesi sebagai peternak sapi dan lele. Tidak hanya itu, yang, menjadi permasalahan adalah hampir semua peternak sapi di Singotrunan tidak mengetahui manfaat dari feses hewan ternaknya. Dari hal itu, lanjutnya, kurangnya pengetahuan peternak tentang pengolahan feses sapi menyebabkan melimpahnya feses sapi yang terbuang dan akhirnya menjadi limbah.

“Jarang sekali kita temukan pemanfaatan yang baik dari feses sapi, padahal jika diolah dengan baik, feses sapi dapat dijadikan sebagai pupuk kandang, biogas, dan pakan ikan,” jelasnya.

Selanjutnya, ia dan tim berupaya memberikan wadah mengenai pengolahan feses sapi yang jarang diketahui masyarakat, bisa berguna sebagai pakan ikan. Pasalnya, pakan merupakan salah satu faktor utama dalam usaha peningkatan produktivitas budidaya ikan, dan menduduki bagian terbesar dari seluruh biaya produksi.

“Kita semua tahu kalau lele tergolong ikan yang rakus, sehingga para peternak lele harus memiliki modal banyak untuk pembelian pakan lele tersebut. Oleh karena itu, inovasi penggunaan pakan dari kotoran hewan ternak sapi menjadi solusi,” jelasnya. “Terlebih, pakan dari jenis ini memiliki nilai gizi yang cukup baik untuk pertumbuhan lele yang tentunya tidak kalah kualitasnya dengan pakan lele yang tersebar di pasaran,” imbuhnya.

Mengenai cara pembuatan, ia menjelaskan bahwa hal itu tidak terlalu susah untuk di lakukan. Bahkan kegiatan pengelolaan itu bisa dijadikan sebagai aktivitas produksi yang berguna untuk meningkatkan produktivitas para Ibu PKK.

Beberapa tahapan yang ia dan tim lakukan yaitu memberikan penyuluhan tentang manfaat feses sapi dan pentingnya pengolahan limbah feses tersebut. Selanjutnya dilakukan penyuluhan kedua tentang lele yang bisa diberikan pakan pakan menggunakan feses sapi. Tahap selanjutnya adalah pembentukan kader.

Setelah pembentukan kader, lanjutnya, akan dilakukan training kepada ibu PKK Desa Singotrunan tentang cara pembuatan pakan lele dengan feses sapi. Kemudian dilakukan evaluasi pertama dengan cara pemberian kuisioner untuk mengetahui berapa banyak pengetahuan ibu PKK tentang feses sapi dan lele.

“Dengan ini kami berharap agar program tersebut menjadi program unggulan di Banyuwangi khususnya di Desa Singotrunan dan dapat dijadikan sebagai komoditas di Desa Singotrunan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).