Menilik Wirausaha Rumah Kapas Karya Mahasiswa Kedokteran

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS ­– “Awalnya dulu saya membuat baju dengan sistem pre-order, namun tiba-tiba saya ingin mencoba bisnis ini lebih serius. Makanya pada tahun 2014 saya bersama Maria Ami Stella dan M. Ali Irsyad mendirikan bisnis konveksi dengan nama Rumah Kapas,” ungkap Rachmat Agung Widodo alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR).

Seiring dengan berkembangnya Rumah Kapas, Rachmat dan teman-temannya menggandeng M. Nauval El Ghiffary, Asyfi Dwinanda, dan Anang Wahyudi untuk bergabung pada tahun 2018. Hingga saat ini total tim dari Rumah Kapas terdiri atas 28 orang dengan pembagian divisi masing-masing.

Menurut Rachmat, dirinya mendirikan bisnis tersebut dengan tujuan menebar manfaat seluas mungkin kepada sesama. Hal itu disebabkan cara mengabdi kepada masyarakat dapat dilakukan dengan banyak cara. Termasuk menjadi dokter sekaligus berwirausaha. Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW.

“Saat ini saya masih aktif di kedokteran, tetapi untuk mengabdikan diri lebih besar lagi, saya membangun bisnis. Karena untuk menjadi besar itu tidak bisa dilakukan sendiri, maka saya membangun tim,” ujarnya.

Pelanggan awal Rumah Kapas adalah teman dekat Rachmat di kampus. Seiring berjalannya waktu pasar bisnisnya mulai menyebar luas hingga ke luar negeri. Rachmat pernah mengekspor barangnya ke Singapura dan Jerman, meskipun secara legal masih tergolong standar.

Visi Rumah Kapas adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain garmen terbesar di dunia. Sebab, terdapat latar belakang shifting industry, bonus demografi, dan sebagainya, maka Rumah Kapas memiliki visi yang visioner.

“Saat ini terdapat dua orang tim kami yang belajar di China untuk menyelesaikan hambatan yang kami hadapi. Kami juga membangun aplikasi yang nantinya menjadi platform koneksi konsumen dan produsen garmen di Indonesia,” kata Rachmat.

Rumah Kapas juga menjalankan seluruh urusan garmen dan tekstil, serta dibagi menjadi 3 divisi. Yakni, penjualan kain, kaos polos, dan konveksi. Untuk lima tahun ke depan, gudang tetap beroperasi dengan terus menambah efektivitas. Tim Rumah Kapas berencana untuk menjual tinta sablon, benang, dan semua hal dalam dunia garmen.

“Dalam berbisnis yang terpenting visinya, kalau tidak punya visi bisa lelah dan malas dalam perjalanannya. Tapi kalau ada visi pasti bisa menjadi fondasi kuat untuk bertahan dan lebih maju. Maka dari itu sebagai wirausahawan wajib membuat visi yang visioner dan mampu kita jalankan dengan baik,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Wildan Suyuti Editor : Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).