Benarkah Paparan Radiasi Elektromagnetik dari Ponsel Picu Sejumlah Penyakit Serius?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi radiasi pada ponsel. (Sumber: liputan6)

UNAIR NEWS – Radiasi elektromagnetik dari ponsel sering diklaim berbahaya.Beberapa penelitian bahkan mengungkapkan sejumlah risiko kesehatan yang patut diwaspadai. Namun, pernahkan kita memperhitungkan paparan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan ponsel?

Smartphone atau ponsel pintar memang tidak pernah lepas dari genggaman kita sehari-hari. Meski demikian, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR Sho’im Hidayat, dr., MS menyampaikan, paparan radiasi elektromagnetik dari ponsel termasuk dalam golongan yang paling lemah.

Smartphone, radar, dan televisi, termasuk ke dalam kelompok radio frekuensi. Artinya, energi atau daya rusak yang dihasilkan paling lemah,” ungkapnya dalam wawancara daring beberapa waktu lalu.

Menurut Sho’im, berdasarkan daya rusaknya, setidaknya gelombang elektromagnetik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pertama, dari yang paling tinggi, yaitu Sinar Gamma dengan panjang gelombang sekitar 10-7 meter. Selanjutnya, Sinar X atau Rontgen dan Sinar Ultraviolet.  

Selain itu, terdapat Sinar Tampak, Sinar Inframerah, dan Sinar Gelombang Mikro. Sementara Sinar Radio Frekuensi berada pada tingkat paling rendah dengan panjang gelombang lebih dari 1 meter.

“Pada gelombang elektromagnetik, energi yang dihasilkan tergantung panjang gelombangnya. Sedangkan panjang gelombang ini bervariasi. Inilah kenapa daya rusak suatu gelombang elektromagnetik berbeda-beda,” terang Sho’im.

Sementara itu, terkait sakit kepala yang kerap muncul akibat menggunakan gawai, Sho’im menandaskan bahwa penyebabnya kemungkinan besar bukan radiasi elektromagnetik. Dia melanjutkan, hal itu bisa terjadi karena sikap kerja yang kurang ergonomis. 

Meski begitu, dosen yang akrab disapa Sho’im itu mengungkapkan, beberapa radiasi elektromagnetik perlu diwaspadai. Di antaranya adalah Sinar Rontgen dan Sinar Ultraviolet.

Dia memaparkan, Sinar X atau Rontgen berpotensi mengionkan molekul kimia dalam tubuh. Hal tersebut dapat mengakibatkan mutasi gen yang selanjutnya memicu kanker.  “Ini bisa terjadi kalau paparannya dalam waktu lama, lebih dari 10 tahun. Walaupun kadarnya kecil,” jelas Sho’im.

Di sisi lain, imbuh Sho’im, Sinar Ultraviolet memiliki sejumlah resiko yang menimbulkan kerusakan akut pada mata. “Menatap matahari terlalu lama atau menangkap sinar ultraviolet yang dihasilkan las listrik dapat meningkatkan resiko kerusakan pada mata,” papar dia. 

Pada akhir Sho’im menegaskan bahwa radiasi elektromagnetik yang dihasilkan ponsel tidak mengkhawatirkan. Menurutnya, jika muncul sakit kepala, lebih penting untuk memperbaiki sikap kerja agar lebih nyaman dan tidak membuat otot kaku.

“Gelombang ini (radiasi elektromagnetik dari ponsel, Red) lemah sekali kok. Tidak perlu khawatir,” pesannya. (*)

Penulis : Erika Eight Novanty

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).