Begini Cara Agar Tidak Terjebak dalam Toxic Relationship

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pada artikel sebelumnya telah dipaparkan mengenai toxic relationship dan apa saja dampak yang dapat ditimbulkan. Pada artikel kali ini, Dr. Primatia Yogi Wulandari, M.Si., Psikolog berbagi informasi terkait penyebab mengapa orang cenderung bertahan di dalam toxic relationship. Lantas, bagaimana cara menghadapi toxic relationship?

Setidaknya terdapat dua penyebab orang cenderung bertahan dalam toxic relationship. Pertama, ada optimisme bahwa pasangan bisa berubah. Biasanya hal ini terjadi setelah pihak yang dominan melakukan atau mengatakan hal yang negatif, lalu meminta maaf. Pada situasi ini, pasangan sangat mungkin memaafkan dan berharap ada perubahan.

“Hanya saja, bila ternyata permintaan maaf itu tidak diikuti dengan perubahan perilaku yang positif, maka sebenarnya yang dilakukan oleh pihak yang dominan adalah memanipulasi pasangannya, yang merupakan ciri dari salah satu toxic relationship,” ungkapnya.

Lalu kedua, adanya ketakutan akan sendirian (fear of loneliness) juga dapat menjadi penyebab orang bertahan di dalam toxic relationship. Mereka tidak yakin dengan apa yang terjadi apabila mereka keluar dan lepas dari hubungan yang tidak sehat itu.

Terlebih, bila hubungan tersebut melibatkan orang lain, seperti keberadaan anak-anak, maka pertimbangan untuk mempertahankan dapat menjadi satu-satunya solusi.

Namun, beberapa hal dapat dilakukan agar tidak terjebak dalam toxic relationship. Yakni, mengenali tanda-tandanya dan mengakui bahwa seseorang berada di dalam toxic relationship. Lalu, mencintai diri sendiri. Dan kemudian, membangun hubungan sehat.

Kenali Tanda-tanda

Hal yang perlu dilakukan pertama adalah mengenali tanda-tandanya dan mengakui bahwa seseorang berada di dalam toxic relationship. Hal itu penting, dikarenakan banyak orang yang sebenarnya sudah sadar bahwa mereka berada di toxic relationship namun menyangkalnya.

“Satu hal yang utama adalah dia harus sadar dan mengakui bahwa dirinya berada pada toxic relationship. Selama tidak ada pengakuan tersebut, maka akan susah untuk keluar dari jebakan relasi itu,” ujarnya.

Mencintai diri sendiri

Berikutnya yang perlu dilakukan adalah mencintai diri sendiri. Perasaan bahwa dirinya berharga dan patut mendapatkan lebih baik perlu ditanamkan. Karena biasanya, pihak yang dominan akan melakukan atau mengatakan berbagai hal terkait dengan kelemahan-kelemahan yang dimiliki pasangannya.

“Oleh karenanya, kekuatan untuk bisa lepas dari hubungan yang tidak sehat ini adalah menghargai diri sendiri terlebih dahulu,” ucapnya.

Berfokus pada kelebihan dan bukan kelemahan yang dimiliki, bisa dibantu dengan melakukan pencatatan atau menanyakan pada orang lain. Dengan memfokuskan pada kelebihan, diharapkan akan muncul optimisme dan percaya diri bahwa ia dapat secara mandiri melakukan hal-hal yang lebih baik, daripada berkutat pada toxic relationship.

Dapat juga dibantu melalui tenaga-tenaga profesional seperti psikolog untuk menemukan dan mempercayai kekuatan sehingga dapat menjalani hidup secara mandiri. Atau bisa juga dibantu dengan membaca kisah-kisah mereka yang berhasil survive dari relasi-relasi yang merugikan.

Membangun hubungan sehat

Ketika pertama kali menjalin hubungan, perlu diingat bahwa hubungan yang sehat seharusnya dibangun. Yakni hubungan yang saling mendukung, saling menyayangi, dan saling menguatkan. Dengan demikian, agar tidak terjerumus, lebih baik diamati terlebih dahulu sebelum menjalin hubungan yang lebih serius.

Mengamati tentang bagaimana reaksi dari pasangan ketika menghadapi situasi konflik ataupun situasi yang tidak jelas. Apakah ada keinginan untuk meminta pendapat dan menghargai perasaan pasangan, atau justru cenderung menyalahkan pasangan dan langsung mengambil keputusan tanpa mempedulikan hal lain.

“Bila pola reaksi atau respon yang sama ditunjukkan berulang-ulang, lebih baik segera mengambil jarak, dari pada berisiko untuk terjebak di dalam toxic relationship yang lebih serius,” tegasnya. (*)

Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah

Editor : Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).