Minat dan Bakat Patut Jadi Pertimbangan Masuk Kuliah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
DOSEN Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Dr. Wiwin Hendriani S.Psi., M.Si. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Minat dan bakat adalah dua hal yang seringkali terlambat kita sadari kehadirannya. Padahal, keduanya patut menjadi pertimbangan dalam merencanakan masa depan, termasuk ketika memilih jurusan perkuliahan.

Sebelumnya perlu dipahami bahwa minat dan bakat adalah dua hal yang sangat berbeda. Bakat diartikan sebagai potensi atau kemampuan yang bersifat spesial. Yaitu faktor bawaan yang menjadi kekuatan dan ciri khas individu.

Sedangkan minat berhubungan dengan sesuatu yang bersifat passion. Yaitu hal-hal yang disukai atau membuat antusias. Minat tak jarang juga diidentikkan dengan hobi, meski sebenarnya berbeda.

Menurut Dosen Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Wiwin Hendriani S.Psi., M.Si., ketika berbicara mengenai proyeksi sukses, komposisi minat dan bakat sedapat mungkin perlu diupayakan seimbang. Sebab, jelasnya, potensi kemampuan tanpa diiringi minat, hasilnya tidak akan optimal untuk meraih sukses.

Begitu pun sebaliknya. Minat yang besar tanpa bakat yang memadai akan menyulitkan seseorang ketika menghadapi tantangan yang besar.

“Jadi, bakat aja tanpa minat, nggak optimal orang mencapai sukses karir. Minat aja tanpa ada bakat yang cukup, itu juga tidak akan optimal,” terangnya melalui sambungan telepon pada Senin (1/2/2021). 

Untuk itu, dosen yang akrab disapa Wiwin itu menambahkan, proses identifikasi minat dan bakat harus dilakukan sedini mungkin. Setidaknya terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui minat dan bakat.

Pertama, bakat dapat diidentifikasi dengan mencermati berbagai aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Dari sekian banyak yang dikerjakan, area aktivitas mana yang hasilnya konsisten baik dari waktu ke waktu. “Ketika kita bagus melakukan suatu hal secara konsisten dari waktu ke waktu, itu adalah petunjuk ada bakat di situ,” jelasnya.

Potensi diri tersebut, sambungnya, dapat dikuatkan dengan meminta pendapat dari teman yang mengenal kita dengan baik. Apakah ia juga melihat hal yang sama.

Sedangkan minat, tuturnya, ditunjukkan dengan beberapa reaksi yang lebih mudah disadari. Misalnya ketika kita merasa betah berlama-lama melakukan sesuatu, menikmati setiap prosesnya, atau memiliki inisiatif untuk terus menggali maupun mencari informasi mengenai hal tersebut.

Jika minat dan bakat sudah disadari, selanjutnya tentu perlu dipupuk. Dalam hal ini, Wiwin mengungkapkan langkah sederhana dengan membuat catatan harian mengenai kemampuan yang kita miliki. Menurutnya, hal itu akan sangat membantu.

Selain itu, yang paling penting, bakat perlu dilatih terus-menerus. “Nah, untuk selalu menyadari setiap detail potensi yang dimiliki, bakat-bakat ini ada perlunya dituliskan. Karena kemampuan memori kita, termasuk mengingat kondisi diri kita sendiri itu ada kalanya terbatas,” jelas dia. 

Wiwin menandaskan bahwa kesadaran akan minat maupun bakat, akan berperan besar bagi persiapan karier. Selain itu, rencana untuk masa depan menjadi lebih terarah.

“Selama masih berada di jenjang pendidikan ini (jenjang kuliah, Red), tidak ada kata terlambat untuk mengenali diri sendiri. Mulai dari sekarang refleksikan hal-hal yang membuat nyaman, disukai, dan di area mana saja kita menunjukkan kemampuan yang bagus setiap harinya,” tandasnya. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).