Mimpi Buruk Perusahaan di Indonesia Tentang Turnover Intention

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh dictio community

Turnover intention lebih menakutkan daripada turnover. Setiap perusahaan pasti mengharapkan karyawannya bekerja dengan baik, perusahaan mengharapkan karyawannya fokus bekerja di perusahaan dengan mencurahkan segenap kemampuannya, pengetahuannya, keahliannya dan waktunya. Fokus kerja karyawan akan terganggu pada saat karyawan mempunyai niat untuk pindah bekerja ke tempat lain (turnover intention). Turnover intention merupakan masalah yang sangat serius bagi perusahaan, karena turnover intention akan menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan, menyebabkan pengeluaran biaya yang sangat besar bagi perusahaan. Turnover intention akan menyebabkan produktivitas rendah, motivasi kerja renda,  disiplin rendah, moral kerja rendah, dan juga menyebabkan kecelakaan kerja. Bagi banyak perusahaan turnover intention lebih menakutkan daripada turnover. Karyawan dengan turnover intention berarti hati dan jiwanya sudah tidak berada di perusahaan, hanya raganya saja yang masih berada di perusahaan dan tinggal menunggu waktu untuk pindah ke perusahaan lain. Karyawan yang hati dan jiwanya sudah tidak berada di perusahaan bisa dipastikan kinerjanya tidak akan baik dan sangat merugikan perusahaan.

Turnover intention

Sumber daya manusia merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk keberhasilan suatu perusahaan baik perusahaan berskala besar atau kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan sumber daya manusia dalam perusahaan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan atau kemunduran perusahaan tersebut. Pada saat ini, tingginya tingkat turnover intention telah menjadi masalah serius bagi banyak perusahaan. Bahkan beberapa Human Resource Manager  mengalami frustasi ketika mengetahui bahwa proses rekrutmen yang telah berhasil merekrut karyawan baru yang dapat dipercaya dan berkualitas pada akhirnya ternyata menjadi sia-sia karena karyawan yang baru direkrut tersebut memilih pekerjaan di perusahaan lain. Perusahaan harus berusaha agar turnover intention tidak terlalu tinggi. Karena semakin tinggi turnover di suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan, baik biaya pelatihan yang telah diinvestasikan kepada karyawan, maupun biaya rekrutmen.

Turnover Intentionkaryawan adalah keinginan karyawan untuk melakukan pengunduran diri permanen secara sukarela(voluntary) maupun tidak sukarela (involuntary) dari suatu perusahaan. Voluntary turnover atau quit merupakan keputusan karyawan untuk meninggalkan perusahaan secara sukarela, sebaliknya, involuntary turnover atau pemecatan menggambarkan keputusan pemberi kerja untuk menghentikan hubungan kerja dengan seorang karyawan.Bagi banyak perusahaan turnover intention lebih berbahaya daripada turnover karena karyawan denganturnover intention sudah tidak fokus dalam bekerja dan hati dan jiwanya sudah tidak berada di perusahaan tersebut dan tinggal menunggu bom waktu untuk pindah kerja ke perusahaan lain.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berusaha menggali informasi dari informan dengan cara melakukan wawancara secara mendalam (in-dept-interview) untuk menggali informasi yang berhubungan dengan turnover intention, akibat turnover interntion dan cara mengatasi agar tidak terjadi turnover intention. Reponden dalam penelitian ini adalah Human Resource Manager yang tergabung dalam Grup Diskusi Management Sumber Daya Manusia di Jawa Timur, Indonesia yang terdiri dari 50 Human Resource Manager dari berbagai macam perusahaan yaitu manufactur, perbankan, rumah sakit, kantor konsultan, dan training provider. Wawancara secara mendalam(in-dept-interview) terhadap 50 Human Resource Manager dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung (tatap muka), dengan menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam wawancara yang relatif lama. Hasil dari wawancara dicatat dan direkam dengan menggunakan alat perekam.

Hasil analisis menunjukkan bahwa turnover intention lebih berbahaya dengan turnover karena turnover intention berarti karyawan masih bekerja di perusahaan.Karyawan ini sudah tidak mempunyai motivasi kerja, pikirannya sudah tidak fokus dan hatinya sudah tidak di perusahaan dan hanya tinggal menunggu waktu saja untuk keluar dari perusahaan. Turnover intention akan menyebabkan produktivitas rendah, motivasi kerja rendah,  disiplin rendah, moral kerja rendah, dan juga menyebabkan kecelakaan kerja.

Untuk mengurangi turnover intention perusahaan perlu menciptakan program-program untuk karyawan produksi (blue collar worker) dan program untuk staf (white collar worker). Untuk karyawan produksi (blue collar worker), perusahaan harus memberikan gaji paling sedikit sebesar ketentuan upah  minimum yang berlaku di suatu daerah, memberikan social welfare berupa BPJS Ketenagakerjaan yang terdiri dari  jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun. Perusahaan mengikutkan karyawan pada program BPJS Kesehatan. Untuk karyawan level staf ke atas (white collar) perusahaan perlu mempertimbangkan untuk memberikan gaji dan benefit yang sesuai dengan standar gaji dan benefit di labor market untuk industri sejenis. Disamping itu perusahaan perlu memberikan insentif keuangan dan pendidikan. Status sebagai karyawan kontrak juga seringkali memicu turnover intention. Untuk itu perusahaan dalam periode waktu tertentu perlu meningkatkan status karyawan kontrak menjadi karyawan tetap.

Penulis:Anis Eliyana

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://produccioncientificaluz.org/index.php/opcion/article/view/31886/33135

Joko Suyono, Anis Eliyana, and Dwi Ratmawati (2020), The Nightmare of Turnover Intention for Companies in Indonesia.Opcion, Ano 36, Regular No.91 (2020).

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).