Alumni FKM UNAIR dari Mancanegara Urun Rembuk Hadapi Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ratih Wirapuspita, S.K.M., M.PH (PhD Student di Department of Public Health & Primary Care, Faculty of Medicine & Health Science, Ghent University, Belgia) ketika menyampaikan materinya pada Cangkruan Online #2 IKA UNAIR Komisariat FKM. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Ikatan Alumni (IKA) Universitas Airlangga (UNAIR) Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) kembali menggelar diskusi daring dengan topik “Cerita Alumni di 6 Negeri Menghadapi Pandemi Covid-19” pada hari Minggu (3/5/20). Diskusi berlangsung melalui aplikasi zoom meeting yang disiarkan secara langsung melalui channel YouTube FKM UNAIR.

Diskusi yang diikuti sekitar 300 orang peserta tersebut menghadirkan narasumber alumni FKM UNAIR dari lintas angkatan yang sedang studi di 5 negara, yaitu Australia, Georgia, Thailand, Belgia dan Hungaria.

Cerita pertama diawali negeri sendiri yaitu Indonesia, yang disampaikan oleh Tutut Indra Wahyuni, S.K.M., M.Kes yang menjabat sebagai Kasubdit Penyehatan Pangan, Direktorat Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Tutut yang terlibat dalam Pembahasan Permenkes PSBB dan penyusunan berbagai pedoman terkait Covid-19 itu menceritakan bagaimana kesiapan DKI Jakarta menyiapkan pelaksanaan kebijakan PSBB dengan cepat, berupa pedoman dan hal yang harus diperhatikan selama PSBB.

“Pemerintah DKI Jakarta juga mengajak komunitas di tingkat RT/RW dalam menanggulangi penyebaran Covid-19 dengan menyiapkan pedoman dan panduan teknisnya,” ungkap Tutut.

Sesi diskusi kemudian dilanjutkan oleh Andini Pramono, S.K.M., M.Kes yang saat ini tengah menempuh studi Ph.D di Australian National University, Canberra, Australia. Ia menyebutkan tentang bagaimana pemerintah Australia dan negara bagian Canberra merespon Covid-19.

Beberapa lesson learn yang cukup baik yaitu bagaimana respon cepat pemerintah Australia mengantisipasi Covid-19, yakni dengan melakukan komunikasi efektif dan konsisten. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah cukup baik, didukung dengan tingkat literasi kesehatan masyarakat yang baik pula.

Cerita pandemi berlanjut ke Negara Hungaria di Eropa Tengah, yang disampaikan oleh Abdu Naf’an, S.K.M (M.Sc in Public Health Student, University of Debrecen, Medical School, Hungaria). Di Hungaria, kebijakan pembatasan disosialisasikan secara massif melalui iklan di TV, sosial media, dan tansportasi umum.

Menurut Abdu, pembatasan aktivitas di Hungaria berkaitan dengan Covid-19 disertai dengan penerapan denda. Dampak sosial dan ekonomi juga terasa di Hungaria, PHK massal, beberapa industry hospitality juga terdampak, sekolah dan kampus juga dihentikan sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Kemudian, bergeser ke Belgia, tepatnya di Kota Ghent, terdapat Ratih Wirapuspita, S.K.M., M.PH (PhD Student  di Department of Public Health & Primary Care, Faculty of Medicine & Health Science, Ghent University, Belgia). Ratih merupakan alumni FKM UNAIR yang saat ini menjadi dosen FKM di Universitas Mulawarman Samarinda.

Ratih mengatakan bahwa denda diterapkan mulai dari uang hingga hukuman penjara selama tiga bulan hingga dua tahun bagi yang melanggar kebijakan lockdown. Stigma dan diskriminasi tidak nampak di Ghent.

Support dari masyarakat cukup baik, dengan saling memberikan bantuan, baik masker kain maupun donasi makanan dan finansial bagi para pelajar dan mahasiswa,” ujar Ratih.

Di Negara Thailand disampaikan oleh Budi Eko Siswoyo, S.K.M., M.PH (PhD Student, Mahidol University, Salaya, Thailand | Researcher, International Project and Research Unit, Mekong Basin Disease Surveillance Foundation Bangkok – Thailand). Menghadapi pandemi Covid-19, pemerintah Thailand menerapkan beberapa kebijakan, selain pembatasan (curfew) baik international dan domestic transmission, pemerintah juga menyiapkan sistem pelayanan kesehatan Covid-19, kampanye hidup sehat, dan skema jaminan sosial dan ekonomi bagi masyarakat terdampak.

Lalu, negara terakhir yang berkesempatan cerita tentang pandemi Covid-19 adalah Negara Georgia, oleh Argita Dyah Salindri, S.K.M., M.PH (PHD Student, Georgia State University, Atlanta, USA) yang saat ini sedang studi di National Center for Tuberculosis and Lung Disease, Tbilisi, Georgia. Kasus pertama ditemukan pada 27 Februari 2020 (imported case), dan pada tanggal 28 Maret ditemukan kasus local transmission.

Pada tanggal 21 Maret 2020 dinyatakan negara dalam kondisi darurat, yang diberlakukan sampai dengan 21 April 2020, namun diperpanjang sampai tanggal 22 Mei 2020. Dengan memberlakukan kebijakan pembatasan (nationwide curfew, regional lockdown and movement restriction) serta kampanye stay at home dan penggunaan masker.

Dari diskusi tersebut, IKA FKM UNAIR merumuskan beberapa rekomendasi terkait penanganan Covid-19. Belajar dari cerita dan pengalaman dari 5 negara lain, maka diharapkan rekomendasi itu dapat diterapkan di Indonesia untuk menekan angka Covid-19. (*)

Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah

Editor : Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).