Lawan Aktivis Sejatinya adalah Kesewenang-Wenangan
UNAIR NEWS – Sebetulnya, lawan dari seorang aktivis bukanlah sebuah jabatan ataupun kedudukan, namun lawan aktivis sejatinya adalah kesewenang-wenangan. Mengutip
UNAIR NEWS – Sebetulnya, lawan dari seorang aktivis bukanlah sebuah jabatan ataupun kedudukan, namun lawan aktivis sejatinya adalah kesewenang-wenangan. Mengutip
Judul : Teori Hukum Integratif Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif Penulis : Prof.Romli Atmasasmita,S.H., LL.M.
Judul : Menyibak Kebenaran Eksaminasi Terhadap Putusan Perkara Irman Gusman Editor : Pitan Daslani Penerbit : Badan Penerbit
Hal ini menyebabkan pihak yang lemah bargaining positition-nya hanya memiliki pilihan untuk menerima atau menolak kontrak tersebut (take it or leave it).
Buku ini seharusnya bisa mengkaitkan dengan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi yang notabene sebagai final interpretation of constitution, sehingga dapat mengkaji green constitution di Indonesia secara holistis. Dimana bukan hanya dalam UUD Negara Republik Indonesia, namun juga tafsiran menurut Mahkamah Konstitusi.
Manusia seolah lupa, bahwa alam yang dirusak itu, sejatinya adalah tempat mereka bernaung dan berpulang. Dalam rangka mencegah kerusakan alam yang sudah semakin parah dan merestorasi kerusakan alam yang luar biasa, maka diperlukan upaya hukum yang luar biasa pula. Dari hal tersebut, maka lahirlah strict liability.
Lentera malam baru saja padam.
Aku tenggelam di alam diam.
Dan sulit terpejam.
Dalam dinginnya malam.
Aku bungkam, tak bergumam
Pada senja kesumba Aku bersenandika di puncak ancala. Menyaksikan debur ombak bergelombang menuju bibir pantai. Menggulung indah layaknya merempuh musuh
Saat ini problematika banyak orang ialah sering dihinggapi berbagai emosi negatif, seperti gangguan kecemasan, iri hati, mudah tersinggung, marah-marah, dan lain-lain. Padahal, emosi negatif dapat menyebabkan turunnya kesehatan mental. Apabila terus dibiarkan, hal tersebut akan menjauhkan seseorang dari kebahagiaan.
Buku karya M Aan Mansyur ini didedikasikan untuk Film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang rilis tahun 2016. Seluruh isi puisi menggunakan sudut pandang Rangga, sosok yang memendam rindu kepada Cinta. Terpisah oleh ruang dan waktu, jarak antara Rangga dan Cinta terwujud dalam kesunyian, kesepian, dan kesendirian.