Dokter Spesialis Mata UNAIR : Jangan Menunda Pemakaian Kacamata pada Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh duniasmartvidoran

UNAIR NEWS – Seiring dengan kemajuan teknologi, jumlah populasi anak yang mengalami kelainan refraksi seperti rabun jauh atau miopi semakin meningkat, sehingga hal tersebut mengharuskan mereka untuk mengenakan kacamata. Namun seringkali orang tua menunda pemakaian kacamata pada anak dengan alasan umur anak yang masih belia. Lantas apa akibat dari penundaan pemakaian kacamata pada anak?

dr. Mohamad Nurdin Zuhri, Sp.M., Dokter Spesialis Mata Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) menyebutkan bahwa penundaan pemakaian kacamata pada anak dapat menurunkan fungsi saraf mata, sehingga hal itu menyebabkan mata malas atau amblyopia seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

“Pada masa anak-anak terjadi pertumbuhan saraf mata dan retina, sehingga dibutuhkan sinyal objek yang baik agar tidak menurunkan fungsi saraf mata ketika ia beranjak dewasa,” ungkap dokter yang akrab dipanggil Nurdin itu.

Lebih lanjut Nurdin menjelaskan kacamata merupakan alat bantu penglihatan yang bertujuan untuk membantu anak agar dapat melihat objek dengan lebih jelas. Kacamata dapat membuat bayangan yang dihasilkan oleh mata jatuh tepat pada retina (titik penglihatan mata, red). Maka dari itu diharapkan penglihatan yang didapatkan oleh anak penderita miopi sama dengan anak dengan penglihatan mata normal.

“Jika anak tidak memakai kacamata, maka ia perlu usaha yang ekstra untuk melihat suatu objek, nah itu tidak baik untuk saraf mata yang lama kelamaan dapat menyebabkan mata malas atau amblyopia,” tandasnya yang juga sebagai alumni program pendidikan spesialis mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR).

Mata malas atau amblyopia adalah suatu gangguan ketika penglihatan tidak akan pernah jelas seperti orang normal meskipun sudah menggunakan kacamata minus, hal itu dikarenakan adanya gangguan saraf mata dan juga bagian otak yang berfungsi menerjemahkan sinyal dari saraf mata tersebut.

“Mata malas itu ketika ia disuruh membaca snellen chart, ia tidak bisa membaca sampai bawah, pakai ukuran kacamata berapapun sudah tidak bisa lagi,” tuturnya yang juga mengabdi di Klinik Mata Utama (KMU) Gresik.

Lebih lanjut Nurdin menuturkan bahwa orang tua tidak perlu khawatir saat anak memakai kacamata, jika menurut anak pemakaian kacamata adalah suatu hal yang cukup mengganggu, salah satu terapi agar terbebas dari kacamata adalah operasi lasik.

“Tidak perlu khawatir jika anak-anak menggunakan kacamata, saat ia sudah berumur 18 tahun pilihannya adalah lasik, asal saraf mata kondisinya bagus,” ungkapnya.

Pada akhir, Nurdin menjelaskan bahwa di luar negeri operasi lasik dianggap sebagai hadiah ulang tahun, karena 18 tahun merupakan usia awal diperbolehkan operasi lasik. Hal itu disebabkan karena pada usia tersebut kondisi anatomi mata telah terbentuk dengan sempurna. 

“Biasanya umur dilakukan lasik itu minimal 18 tahun, sehingga banyak orang yang tidak sabar menunggu usia tersebut. Oleh karena itu operasi lasik mereka anggap sebagai hadiah ulang tahun,” tutupnya. 

Penulis: Adelya Salsabila Putri

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

Scroll to Top