Simpan Beku Sel Telur, Harapan Bagi Perempuan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by Sains Sindonews

Angka kejadian infertilitas (ketidaksuburan) di masyarakat semakin meningkat. Peningkatan ini juga terjadi pada masyarakat yang mencari pengobatan infertilitas melalui teknik reproduksi berbantu (bayi tabung). Perkembangan teknologi ini mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir sejak dipublikasikan pertama kali kelahiran bayi dari teknologi bayi tabung pada tahun 1978. Penggunaan peralatan yang lebih canggih, teknik penggerjaan, teknologi penunjang berkembang sangat pesat, diantaranya adalah teknik simpan beku. Teknik simpan beku ini meliputi simpan beku embrio, sel sperma,dan sel telur, bahkan saat ini sudah dikembangkan simpan beku jaringan  ovarium dan jaringan testis.

Simpan beku saat ini menjadi harapan bagi orang-orang yang belum memerlukan penggunaan sel sperma atau sel telur untuk saat ini, akan tetapi akan menggunakan pada waktu mendatang. Pasien kanker ovarium atau kanker testis yang akan menjalani pengobatan perlu dilakukan penyelamatan terhadap sel telur atau sel sperma bahkan jika memungkinkan jaringan ovarium atau jaringan testis sebelum mendapat terapi agar bisa digunakan suatu saat kelak. Angka kejadian kanker yang semakin tahun bergeser ke arah penderita usia muda tentunya sangat terbantu dengan teknologi ini. Penderita kanker usia muda yang belum menikah atau masih ingin menambah keturunan bisa memanfaatkan teknologi ini agar suatu saat bisa memiliki keturunan sendiri.

Simpan beku embrio saat ini lebih banyak dilakukan. Pasangan yang mengikuti program bayi tabung, apabila memiliki kelebihan embrio dapat disimpan, untuk dapat digunakan suatu saat nanti tanpa harus mengulang proses dari awal. Pemanfaatan embrio beku ini tentu akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pasangan tersebut apabila ingin mempunyai anak kembali. Simpan beku embrio ini dapat menyebabkan permasalahan yang cukup pelik apabila terjadi sesuatu dengan pasangan suami istri tersebut, karena pada dasarnya embrio adalah milik pasangan suami istri, bukan milik salah satu diantara keduanya. Sebagai contoh, apabila pasangan suami istri tersebut bercerai atau salah satu meninggal bagaimana dengan nasib simpanan embrio yang mereka punya? Apabila pasangan suami istri tersebut sudah merasa cukup dengan anak yang mereka punya saat ini, bagaimana nasib simpanan embrio mereka? Karena permasalahan etik yang cukup pelik pada simpan beku embrio maka diupayakan cara untuk dapat melakukan simpan beku pada sel benih yaitu pada sel sperma atau sel telur. Sel benih sejatinya adalah milik penuh seorang individu, sehingga dia yang akan bertanggung jawab terhadap sel benih tersebut.

Simpan beku sel sperma lebih dahulu berkembang, bahkan jauh sebelum teknik bayi tabung berkembang. Sifat sel sperma yang minim air mudah untuk dibekukan. Sel sperma juga telah menyelesaikan siklus meiosisnya untuk menjadi sel yang memiliki kromosom separuh jumlah kromosom manusia sehingga materi genetik yang ada didalamnya relatif stabil. Jumlahnya yang banyak memudahkan untuk mendapat pilihan apabila ada beberapa yang gagal untuk dibekukan.

Simpan beku sel telur berkembang kemudian karena sifatnya yang lebih sulit untuk dibekukan. Sel telur memiliki bentuk yang besar, merupakan salah satu sel terbesar dalam tubuh manusia, kandungan air yang dimiliki sel telur sangat banyak tidak sebanding dengan rasio luas permukaannya yang menimbulkan kesulitan tersendiri ketika sel telur dibekukan. Proses pembekuan membutuhkan penggantian air dengan zat kimia tertentu yang akan melindungi sel telur dari kerusakan, sayangnya zat kimia ini beracun apabila ikut dalam metabolisme sel telur. Penggantian air dalam sel telur dengan zat kimia ini harus berlangsung cepat agar semua air terganti tapi sel telur belum sempat bermetabolisme, sehingga ketika sel telur dibekukan dalam cairan nitrogen yang bersuhu -1960C sel telur dapat dibekukan dengan selamat untuk suatu saat dapat dipergunakan kembali. Penggantian kandungan air dalam sel telur dengan zat kimia jika tidak berlangsung sempurna akan menyebabkan sel telur rusak. Air yang dibekukan akan membentuk kristal es, suatu struktur yang tajam, yang akan merusak sel telur itu sendiri. Permasalahan pada sel telur selanjutnya adalah fase sel telur yang meliputi sel telur yang matang dan belum matang. Sel telur yang matang telah menyelesaikan fase meiosisnya untuk menjadi sel dengan jumlah kromosom separuh jumlah kromosom manusia sementara sel yang belum matang masih memiliki kromosom utuh (46 kromosom) yang belum siap untuk dilakukan pembuahan. Sayangnya jumlah sel telur matang ini pada wanita sangat terbatas, umumnya hanya satu setiap bulan, oleh karena itu dibutuhkan cara agar dapat menyimpan sel telur lebih banyak.  Sel telur yang belum matang jumlahnya relatif banyak, apabila sel ini berhasil dibekukan akan memberikan harapan yang lebih besar untuk dapat digunakan suatu saat nanti.

Simpan beku sel telur dalam keadaan belum matang memberi harapan besar bagi wanita untuk menyelamatkan kesuburannya.

Penulis : Zakiyatul Faizah, dr., Mkes

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada :

https://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet/article/view/59490

Zakiyatul Faizah dan Raden Haryanto Aswin. 2021. Ekspresi Transforming Growth Factor-b dan Growth Differentiation Factor-9 Oosit Domba yang Divitrifikasi Sesudah dan Sebelum Maturasi In Vitro.  Jurnal Veteriner, Vol. 22 No. 1 : 109-115. DOI: 10.19087/jveteriner.2021.22.1.109

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp