Anak Muda Miliki Peran Lawan Covid-19 dengan Cara Kreatif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Theresia Indah Budhy S, drg., M.Kes.,Akp.,D.CIBTAG saat berbincang-bincang dengan Dr. Diana Rahmasari, S.Psi., M.Si, Seno Bagaskoro, dan Agnes Santoso membahas cara anak muda lawan Covid-19. (Foto: SS Youtube UNAIR)

UNAIR NEWS – Seusai perayaan hari raya idul fitri 1442 H, pasien Covid-19 semakin melonjak seiring dengan adanya varian baru versi delta, serta masyarakat yang mulai abai terhadap protokol kesehatan. Pasalnya lonjakan kasus tersebut tidak hanya mengancam orang tua, namun juga mengancam kawula muda dari segala aspek kehidupan. Melihat fenomena tersebut Pusat Pengembangan Media dan Kehumasan (PPMK) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan live series bertajuk Muda Lawan Covid pada Selasa (29/6/2021) di Channel Youtube UNAIR.

Prof. Dr. Theresia Indah Budhy S, drg., M.Kes.,Akp.,D.CIBTAG, selaku pakar imunologi UNAIR mengatakan kasus lonjakan Covid-19 saat ini lebih berbahaya dibandingkan dengan Maret 2020, hal tersebut disebabkan adanya virus varian baru yang bermutasi secara massif. 

“Kasus sekarang ini lebih berat sebab ada double variant virus, sehingga salah satu cara yang harus dilakukan adalah meningkatkan sistem imun, selalu menjalankan protokol kesehatan, dan menggalakkan program vaksin,” ungkapnya.

Lebih lanjut Dr. Diana Rahmasari, S.Psi., M.Si selaku alumni Fakultas Psikologi UNAIR mengungkapkan kelelahan dan frustasi merupakan faktor penyebab masyarakat abai terhadap protokol kesehatan (prokes). Sehingga, program edukasi  protokol kesehatan perlu dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

“Anak muda dapat menjadi agent of change dalam membantu edukasi protokol kesehatan, saya yakin anak muda dapat mengembangkan kreativitasnya untuk membuat inovasi,” ungkapnya.

Saat ini Indonesia sedang mengalami bonus demografi dimana keadaan penduduk yang masuk ke dalam usia produktif jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Hal tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk membantu permasalahan di era kebiasaan baru ini. 

“Bonus demografi di Indonesia sekitar 60-70%, ini bisa menjadi aset yang sangat besar untuk membantu dalam edukasi prokes maupun menciptakan inovasi yang lain,” tuturnya.

Kemudian sambung Dr. Diana, anak muda suka akan pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensi dan produktivitas. Sehingga kemampuan kolaborasi, komunikasi, dan interpersonal akan terbentuk jika mereka masuk kedalam suatu komunitas.

“Agar dapat tetap berkarya di masa pandemi, kreativitas anak muda perlu dilatih dengan membentuk suatu komunitas, tentunya hal itu sangat berguna bagi mereka saat terjun di dunia kerja,” ungkapnya.

Gagasan anak muda yang kritis dan kreatif dapat dijadikan sumber inovasi untuk melakukan suatu perubahan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Melatih daya analitik anak muda dapat membentuk suatu pemikiran yang peka terhadap adanya permasalahan serta dapat memutuskan solusi efektif dalam menghadapi suatu fenomena.

“Melawan disini artinya berdamai dengan Covid-19, mungkin mereka dapat mengadakan promosi kesehatan melalui gadget, atau menciptakan suatu alat deteksi Covid-19 dan lain-lain,” tuturnya.

Kemudian lanjut Prof There, anak muda tidak menyukai adanya pembatasan dan penekanan. Ibarat air, semakin ditekan maka akan keluar semakin keras. Sehingga, kebebasan sangat diperlukan untuk anak muda dapat berkreasi dan menuangkan segala ide mereka.

“Virus ini ada, dan virus ini nyata. Sehingga kita harus bisa hidup berdampingan dengan  menerapkan prokes serta menggerakkan kawula muda untuk menciptakan suatu pembaharuan,” pungkasnya.

Penulis: Adelya Salsabila Putri

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp