Tahukah Anda bahwa Kandungan Zat Aktif pada Propolis Bermanfaat Melawan Bakteri Enterococcus Faecalis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Science.hzbblog.de

Indonesia telah dikenal memiliki berbagai jenis lebah lokal. Salah satu lebah lokal yang dikenal masyarakat adalah lebah madu jenis Apis mellifera spp. Lebah madu menghasilkan beberapa produk yang memiliki kegunaan baik untuk lebah itu sendiri maupun untuk manusia. Hasil produknya antara lain madu, royal jelly, tepung sari atau polen, lem lebah atau propolis, malam lebah atau beeswax, dan racun lebah atau beevenom. Lem lebah atau propolis diketahui memiliki potensi antibakteri yang dapat dimanfaatkan untuk terapi pulpa baik pada gigi sulung maupun permanen. Lebah Apis mellifera spp merupakan salah satu lebah lokal penghasil propolis. Lebah Apis mellifera spp merupakan lebah yang memiliki sengat dan menghasilkan propolis dengan sifat antibakteri yang lebih kuat dibanding lebah yang tidak memiliki sengat seperti lebah Trigona spp.

Propolis merupakan resin lengket yang berasal dari batang pohon atau kulit kayu, dikumpulkan dan diproses dengan sekresi cairan ludah lebah. Setiap jenis lebah memiliki sumber resin tertentu yang ada di daerah masing-masing sehingga komposisi propolis sangat bervariasi. Propolis terdiri dari resin (50%), wax (30%), essential oils (10%), pollen (5%), dan komponen organik (5%). Resin mengandung flavonoid, fenol, dan berbagai bentuk asam. Salah satu ikatan fenol yang ada dalam propolis yaitu Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE). CAPE merupakan sisi aktif flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa kimia yang bersifat antibakteri, antifungal, antiviral, antioksidan dan anti inflamasi.

Karies gigi merupakan salah satu penyakit tertinggi yang dialami penduduk di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan meningkatnya prevalensi masalah gigi dan mulut dari tahun 2007 dan 2013, yaitu dari 23,2% menjadi 25,9% kasus karies (Riskesdas, 2013). Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi yang mengenai jaringan keras gigi. Proses teijadinya kerusakan pada jaringan keras gigi melalui suatu reaksi kimiawi oleh bakteri, dimulai dengan proses kerusakan pada bagian anorganik, kemudian berlanjut pada bagian organik. Bakteri berperan penting pada proses teijadinya karies gigi. Kerusakan akan berlanjut ke dalam system saluran akar gigi dimana terdapat saraf-saraf gigi. Masuknya bakteri ke dalam saluran akar gigi akan mengakibatkan infeksi dan kerusakan pada system saraf gigi. Dalam bidang kedokteran gigi, keradangan yang terjadi pada saraf gigi perlu dilakukan perawatan untuk mengeliminasi bakteri agar kerusakan tidak berlanjut. Medikamen saluran akar gigi digunakan untuk membunuh bakteri. Kandungan bahan aktif Propolis memiliki kemampuan membunuh bakteri saluran akar khususnya Enterococcus Faecalis.

Sebagai bahan alami, propolis terbukti memiliki kemampuan membunuh bakteri Enterococcus Faecalis pada permukaan dentin saluran akar gigi karena adanya bees wax sebagai salah satu unsur kimia yang terkandung dalam propolis. Propolis juga mengandung flavonoid yang diduga dapat menghasilkan kristal jika bereaksi dengan dentin sehingga akan berikatan dan menutup tubulus dentin yang terbuka. Hal ini membuka peluang pemanfaatan Propolis sebagai kandidat bahan antibacterial agent.

PENULIS : Dr Dian Agustin Wahjuningrum, drg.,SpKG(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2021/03/9-E-D20_1312_Dian_Agustin_Wahjuningrum_Indonesia.pdf

Latief Mooduto, Dhea Adittya, Ari Subiyanto, Anuj Bhardwaj3,4, Zoraya Arwidhyan, Setyabudi Goenharto, Dian Agustin Wahjuningrum

The Effectiveness of Propolis Extract against Extracellular Polymeric Substance (EPS) Biofilm Enterococcus Faecalis Bacteria, Journal of International Dental and Medical Research. 2021:14(1) 54-59

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp