Konflik dalam Keluarga dan Kekerasan Suami Tidak Bekerja Terhadap Istri Pencari Nafkah Utama

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kumparan

Pada masyarakat patriarki, pembagian kerja dilakukan secara seksual. Akan tetapi, dalam kenyataan terdapat keluarga dengan suami tidak bekerja dan istri yang bekerja sebagai pencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Realitas ini masih dianggap tidak lazim di Indonesia, terutama pada masyarakat Jawa di mana ideologi patriarki masih mengakar kuat. Ideologi patriarki telah menciptakan suatu konstruksi sosial yang menganggap bahwa perempuan merupakan kaum yang lemah dan dapat dengan mudah untuk disakiti oleh laki-laki, misalnya melalui tindakan kekerasan secara verbal, psikis, fisik. Ideologi patriarki juga menganggap bahwa kekerasan terhadap istri boleh saja dilakukan saat istri dianggap tidak patuh atau tidak mampu memenuhi keinginan dari suami. Studi tentang suami tidak bekerja belum banyak dikaji secara sosiologis. Oleh karena itu, studi ini berupaya untuk mengungkap konflik dan kekerasan yang  dilakukan oleh suami tidak bekerja terhadap istri yang menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga.

Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Dalam studi ini, terdapat 15 informan yang diwawancarai. Latar belakang yang menyebabkan suami tidak bekerja bervariasi. Diantaranya, suami tidak bekerja akibat mengalami sakit sehingga kondisi fisiknya tidak berdaya dan terpaksa berhenti bekerja. Suami tidak bekerja karena mengalami pailit, yaitu mereka yang dulunya memiliki usaha pribadi namun bangkrut. Suami tidak bekerja juga ada yang disebabkan oleh adanya rasionalisasi perusahaan dan tidak menemukan pekerjaan pengganti. Selain itu, suami tidak bekerja karena memang tidak berkeinginan untuk menafkahi keluarga atau malas bekerja. Suami tidak bekerja menyibukkan diri dengan membantu istri melakukan pekerjaan domestik dan mengikuti kegiatan keagamaan untuk mengisi waktu luangnya. Suami yang tidak bekerja akibat mengalami sakit hanya bisa menghabiskan waktu di dalam rumah karena kondisi fisiknya yang belum pulih. Selain itu, suami tidak bekerja juga ada yang hanya menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak produktif seperti cangkruk di warung kopi.

Konflik yang terjadi dalam keluarga dengan suami tidak bekerja, yaitu terkait dengan sosialisasi anak, perekonomian keluarga, pembagian kerja domestik, perbedaan pendapat dalam berbagai hal, konflik dengan extended family, dan berbagai perkara yang dianggap sepele. Konflik yang terjadi dalam keluarga dengan suami tidak bekerja juga terdapat adanya unsur kekerasan. Suami melakukan kekerasan secara verbal, fisik, dan juga psikis terhadap istrinya, meskipun tidak semua suami melakukan hal yang demikian. Suami melakukan perselingkuhan, selain itu istri ditindas dalam bentuk ekspoitasi karena suami selalu menuntut istri untuk melunasi hutang-hutang yang dimilikinya. Suami juga melakukan kekerasan secara fisik sekaligus verbal saat istri tidak mengikuti kemauannya. Kekerasan secara verbal berupa umpatan dan makian kasar juga dilakukan oleh suami terhadap istri saat suaminya punya masalah, marah dan tidak mampu mengendalikan emosi.

Ideologi patriarki dapat menjadikan seorang istri tidak memiliki kebebasan untuk mengambil sikap, sehingga ia cenderung menerima segala perlakuan suami yang ditujukan kepadanya meskipun perlakuan tersebut dianggap buruk karena tidak menghargai posisinya sebagai istri (Sakina & Siti 2017). Dalam teorinya, Walby (2014) telah mengemukakan enam struktur patriarki, yang mana salah satu dari struktur tersebut adalah kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Kekerasan merupakan salah satu bentuk kekuasaan laki-laki atas perempuan. Sikap suami yang semena-mena juga ditunjukkan melalui kebiasaannya yang selalu pulang larut malam tanpa adanya kepentingan yang berarti, serta sikap suami yang tidak menunjukkan kepedulian dan tanggung jawabnya atas keluarga. Hal ini memperlihatkan bahwa ideologi patriarki tetap mengakar kuat dalam keluarga meskipun suami tidak bekerja. Suami menindas, mendominasi, dan mengeksploitasi istrinya. Istri memilih untuk tetap mempertahankan rumah tangganya meskipun dengan berbagai macam konflik yang harus dihadapi akibat dari perlakuan dari suaminya yang terus menerus melakukan kekerasan. Istri selalu mempertimbangkan anak-anaknya dan tidak ingin mereka kehilangan figur seorang ayah. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan masih belum memiliki kebebasan. Meskipun istri yang menjadi sumber ekonomi keluarga, suami tetap pada posisi dominan dalam keluarga. Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi kekerasan dalam keluarga memerlukan dukungan dari banyak pihak, mulai dari perempuan, keluarga, masyarakat dan negara.

Penulis: Siti Mas’udah

Link artikel: https://e-journal.unair.ac.id/DIALEKTIKA/article/view/22071

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp