Efek Hemostatik Dari Ekstrak Batang Pisang Ambon

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Indozone

Prosedur pembedahan memiliki berbagai resiko komplikasi, termasuk diantaranya nyeri, cedera saraf, pembengkakan, perdarahan berlebihan, dan infeksi. Perdarahan intraoperatif atau pascaoperasi yang parah adalah salah satu dari sedikit komplikasi yang mengancam jiwa yang mungkin harus ditangani oleh dokter gigi. Gangguan pembekuan darah dapat berupa gagalnya atau tidak terbentuknya bekuan darah (blood cloth). Hal tersebut akan menyebabkan pendarahan yang berlangsung lama, dan memungkinkan akan menjadi pintu masuknya suatu infeksi. Di bidang kedokteran gigi, jika pasca pencabutan tidak terbentuk bekuan darah maka kondisi area luka pencabutan akan terjadi dry socket.

Hemostasis adalah proses kompleks yang mengarah pada pembentukan bekuan darah di lokasi cedera pembuluh darah dan melalui tiga fase yaitu kontraksi pembuluh darah, pembentukan sumbat trombosit, dan koagulasi. Hemostasis primer dimulai segera setelah kerusakan dinding pembuluh darah dengan vasokonstriksi akibat kontraksi lokal sel otot polos pembuluh darah. Faktor von Willebrand (VWF) mengikat kolagen subendotel yang terpapar. Trombosit segera menuju ke tempat cedera (sel endotel) melalui pengikatan VWF ke reseptor glikoprotein Ib dari trombosit.

Dalam prosedur bedah mulut dan maksilofasial, elektrokauter dan ligatur jahitan paling sering digunakan untuk mengontrol perdarahan dari pembuluh darah kecil dan besar. Namun, ketika penggunaan tekanan tidak efektif, penggunaan instrumen bedah listrik dapat membahayakan gigi atau saraf, sehingga diperlukan suatu obat atau agen hemostatik sistemik dan, atau topikal. Studi sebelumnya menunjukkan efektivitas plasma kaya faktor pertumbuhan (Plasma-Rich in Growth Factors) dalam mengontrol perdarahan setelah pencabutan gigi pada pasien dengan hemofilia.

Tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan telah lama digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka dan pereda nyeri gigi oleh masyarakat Desa Trunyan, Bali adalah getah batang pisang ambon. Pada tanaman pisang terdapat senyawa seperti saponin, flavonoid, antrakuinon, dan tanin yang terkandung di dalam buah dan getahnya, serta senyawa lektin yang terdapat pada batang pisang. Lektin berperan dalam menstimulasi sel mitosis yang berdampak pada percepatan penyembuhan luka dan terhentinya perdarahan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin membuktikan tentang efektifitas hemostatik ekstrak batang pisang ambon melalui respon lama waktu perdarahan dan waktu bekuan darah. Pengujian waktu perdarahan dilakukan pada mencit (Mus muscullus) jantan, berat 20-30 gram,  diberi anestesi sampai aktivitas mencit mulai menurun dan kemudian tertidur. Ekor mencit dipotong sepanjang 3 cm dari ujung ekor, darah yang keluar setelah dipotong diteteskan pada kertas serap. Stopwatch mulai berjalan seiring dengan keluarnya darah dari mencit yang telah dipotong. Darah menetes pada kertas penyerap yang seharusnya tidak menyentuh luka. Stopwatch kemudian dihentikan bila darah tidak lagi menetes pada kertas penyerap. Perdarahan yang telah berhenti dari ekor mencit segera diberi antiseptik agar tidak terjadi infeksi dan obat pereda nyeri. Tikus diperlihara kembali dan diberi pakan yang mengandung serat rendah (5%), protein (20%) dan lemak (5-10%) dalam bentuk pelet.

Pengujian waktu bekuan dilakukan pada mencit dengan mengambil darah dari jantung yang telah diberi anestesi, dengan cara pembedahan menggunakan pisau bedah, kemudian diambil darahnya sebanyak 1cc menggunakan jarum suntik tuberkulin langsung dari jantung. Stopwatch dijalankan seiring dengan masuknya darah di spluit. Darah yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam tabung kapiler untuk mengukur waktu pembekuan. Setelah itu, tabung dimiringkan secara perlahan dan ditegakkan kembali dengan interval 10 detik hingga darah di dalam tabung tidak mengalir lagi saat dimiringkan ke sudut kemiringan 900. Stopwatch dihentikan bila darah belum mengalir meskipun tabung dimiringkan dengan sudut 900. Luka bedah kemudian dijahit dan diberikan antibiotik dan analgesik oral.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu perdarahan dan waktu pembekuan pada Kelompok 1 (kontrol) memiliki perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan Kelompok 2 (ekstrak batang pisang ambon konsentrasi 25%), Kelompok 3 (ekstrak batang pisang ambon konsentrasi 25%), kelompok 3 (diberi ekstrak batang pisang ambon pada konsentrasi 50%) dan Kelompok 4 (ekstrak batang pisang ambon pada konsentrasi 100%). Dengan kata lain, pemberian ekstrak batang pisang ambon pada konsentrasi 25%, 50%, dan 100% dapat mempercepat baik waktu perdarahan maupun waktu pembekuan pada mencit. Selain itu, diketahui juga bahwa kelompok kontrol membutuhkan waktu perdarahan yang paling lama dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hal tersebut dapat dikarenakan bahwa ekstrak batang pisang ambon mengandung beberapa senyawa aktif seperti lektin dan tanin. Penggunaan ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var. Sapientum (L.) Kunze) berpotensi sebagai agen hemostatik dengan memperpendek waktu perdarahan dan pembekuan pada mencit.

Penulis: Hendrik Setia Budi

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://journals.ju.edu.jo/JJPS/article/view/14704/8495

Hendrik Setia Budi, Wisnu Setyari Juliastuti, Yuniar Putri Sulistyowati. The bleeding and clotting time analysis of the stem extract of Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunze on hemostatic response. Jordan J Pharm Sci 2021; 14(1): 1-8.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp