Potensi Beras Aroma, Beras Merah dan Beras Hitam sebagai Peredam Radikal Bebas dan Efek Sitotoksiknya terhadap berbagai Sel Kanker

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Alodokter

Berbagai cara untuk meningkatkan produktivitas dan memperbaiki pola tumbuh padi, salah satunya ialah melibatkan penggunaan sarana teknologi untuk mencapai transformasi dari satu kali panen padi menjadi dua hingga tiga kali panen per tahun. Untuk mendukung upaya tersebut dan meningkatkan ketahanan pangan nasional, perlu dikembangkan varietas padi berumur dini dan unggul. Beras memiliki nilai ekonomi yang tinggi ditentukan oleh varietas padi yang dibudidayakan dan teknik budidaya yang digunakan.

Beras adalah makanan pokok yang dikonsumsi secara luas, menyediakan energi dan nutrisi dari sebagian populasi dunia, terutama di Asia. Baru-baru ini, varietas beras berpigmen telah mendapat perhatian lebih dari konsumen karena senyawa bioaktifnya yang tinggi, menghadirkan manfaat antioksidan, antiradang, dan kesehatan lainnya. Polifenol, seperti asam fenolik, antosianin, dan proantosianidin, telah dilaporkan sebagai antioksidan utama dalam beras.

Saat ini varietas beras berpigmen menjadi populer karena kandungan fitokimianya yang tinggi, yang memberikan kualitas antioksidan dan anti-inflamasi serta efek kesehatan bermanfaat lainnya. Varietas beras dikategorikan sebagai beras berpigmen (beras merah dan beras hitam) atau beras non-pigmen berdasarkan warna lapisan luar berasnya (dedak). Beberapa laporan ilmiah menyebutkan bahwa pengujian beras berpigmen dan dedak berwarna mampu menekan perkembangan tumor atau karsinogenesis pada tikus dan beberapa jenis sel kanker pada manusia serta mampu mengurangi oksidatif stres baik secara in vitro maupun pada hewan model. salah satu contoh metabolit sekunder yang terdapat pada lapisan luar beras yaitu antosianin yang merupakan fitokimia utama dalam beras hitam, dan berkontribusi pada warnanya.                    

Pro-antosianidin adalah fitokimia utama dalam beras merah, dan berkontribusi pada warnanya. sianidin 3-O-glukosida dan peonidin 3-O-glukosida, yang merupakan dua dari antosianin utama dalam varietas beras hitam, terdapat di lapisan kulit luar dan aleuron pada biji. Selain itu juga, beras hitam mengandung lebih banyak antosianin dan senyawa polifenol lain lebih banyak daripada beras putih. Umumnya beras putih mengandung asam fenolat terutama, beras merah ditandai dengan adanya prosianidin, sedangkan beras hitam dicirikan dengan adanya antosianin.

Seperti kita ketahui bersama bahwa sel kanker adalah proliferasi dan dediferensiasi yang tidak terkontrol dari sel normal. Kanker, masalah yang sangat serius pada sindrom metabolik manusia, merupakan penyebab utama kematian dan morbiditas di seluruh dunia. Jumlah kasus terus meningkat. Sebagai contoh di negara maju, kanker merupakan penyebab utama kematian kedua setelah gangguan kardiovaskular. Pengobatan kanker melibatkan pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Seiring dengan kemajuan zaman dan semangat untuk back to nature berbagai produk alami dari tumbuhan merupakan sumber besar senyawa kimia baru dan senyawa turunannya untuk kandidat kemoterapi. Kelemahan utama dari praktik kemo-preventif saat ini (kemoterapi dan terapi radiasi) adalah efek samping dan penekanan sistem kekebalan. Hal ini yang menyebabkan perlunya pengembangan suatu substansi yang mampu bekerja secara bersamaan selain hanya sebagai antikanker tetapi juga mampu memberikan efek anti radikal bebas yang berujung pada pelemahan sistem imun.

Sejalan dengan hal tersebut diatas, pengembangan beras berpigmen dan galurnya menjadi fokus penelitian guna mencari altenatif beras yang memiliki potensi mengandung senyawa bioaktif yang berpotensi obat alami. Dalam upaya peningkatan produksi padi dilakukan salah satu upaya yaitu persilangan beberapa padi dengan ciri yang khusus. Hasil persilangan tersebut menghasilkan tiga puluh galur varietas padi. Ekstrak dari 30 variasi jenis galur dari beras warna dilakukan uji fitokimia, aktivitas antioksidan dan evaluasi efek toksisitas 30 variasi jenis galur beras menggunakan 3 sel kanker yaitu sel kanker payudara (MCF-7), sel kanker Caco-2 dan sel kanker OVK-18. Ekstrak dari variasi galur antara beras aroma dengan beras putih dengan kode F2BA201 menunjukkan potensi antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 2,43 µg/mL, dimana kontrol positif yaitu vitamin C memberikan nilai IC50 sebesar 32,9 µg/mL. Pengujian anti kanker dari berbagai sel kanker menunjukkan salah satu ekstrak dari variasi galur beras dengan kode F2LD20 memberikan potensi penghambatan sel kanker OVK-18 sebesar 40,2 % sementara kontrol positif obat kanker 5FU menunjukkan persen penghambatan sebesar 21,2 % pada sel kanker yang sama. Secara umum, penelitian ini memberikan dasar untuk mendefinisikan potensi efek kesehatan terkait dengan konsumsi beras berpigmen dan non-pigmen oleh manusia.

Penulis: Rico Ramadhan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada artikel ilmiah di:

https://smujo.id/biodiv/article/view/7193

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp