Apakah Vaksinasi BCG juga Efektif untuk Melindungi dari Penyakit Lepra?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Alomedika

Lepra atau kusta merupakan infeksi kronis yang diakibatkan oleh Mycobacterium leprae. Lepra masih menjadi masalah kesehatan yang penting khususnya di Indonesia karena jumlah pasien lepra di Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Jumlah kasus lepra di Indonesia mencapai 19.938 di tahun 2019 dengan 17.439 merupakan kasus baru dan masih menjadi penyakit endemik di beberapa daerah. Tahun 1991, WHO (World Health Organization) telah merumuskan program eliminasi lepra untuk menurunkan prevalensi lepra di dunia hingga kurang dari 1 kasus dalam 10.000 populasi pada tahun 2000. Namun hingga kini lepra masih menjadi tetap endemik di beberapa negara. Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan bahwa pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Perbedaan ini dapat disebabkan karena underdiagnosis karena faktor sosiokultur pada wanita seperti kurangnya literasi, mobilitas yang terbatas, dan status ekonomi yang rendah. Padahal underdiagnosis ini dapat meningkatkan risiko transmisi lepra di rumah tangga terutama pada anak-anak. Di Indonesia pasien lepra perempuan mencapai 10.741 (61,59%) dan pada anak-anak mencapai 2.009 (11,52%).

Lepra sebenarnya bukan penyakit yang banyak menyebabkan kematian tetapi morbiditas yang diakibatkan penyakit ini cukup banyak, mulai darikulit dan saraf tepi hingga kerusakan jaringan, deformitas, disabilitas, hingga stigma masyarakat. Salah satu faktor risiko yang penting dalam penularan lepra yaitu kontak dekat dan lama terutama dengan pasien tipe multibasiler (MB). Selain itu faktor usia lebih dari 15 tahun, frekuensi penggantian sprei, dan edukasi juga berperan dalam menentukan manifestasi klinis lepra. Sebenarnya Mycobacterium lepra mempunyai virulensi atau kemampuan untuk menimbulkan penyakit yang rendah dan tidak semua orang yang terpapar bakteri lepra akan menjadi sakit lepra. Oleh sebab itu beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun sesorang juga menjadi salah satu faktor risiko untuk terkena penyakit ini, misalnya adanya polimorfisme gen yang berperan dalam imunitas alami dan respon inflamasi. Selain itu adanya koinfeksi dengan virus, terutama virus hepatitis B (HBV), juga dihubungkan dengan lepra dan reaksinya.

Memiliki imunitas yang kuat menjadi salah satu metode untuk mencegah terkena lepra. Beberapa penelitian terdahulu menemukan hasil bahwa vaksinasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG) menawarkan imunitas parsial melawan M. leprae. Namun terdapat variasi besar terhadap efek protektif dari vaksinasi ini yaitu dilaporkan efek proteksinya sebesar 60% pada studi observasional sedangkan pada clinical trial hanya sebesar 40%. Sebagai tambahan, vaksinasi BCG mempunyai efek yang tidak diinginkan yaitu meningkatkan risiko berkembangnya lepra dan reaksinya setelah vaksinasi khususnya pada orang yang telah terpapar dengan myobacteria.

Sebuah penelitian cross sectional dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis status imunitas pada pasien lepra perempuan dan anak-anak melalui riwayat vaksinasi BCG dan imunisasi lain termasuk vaksin hepatitis B. Penelitian ini mengambil subjek di Tuban, Jawa Timur, salah satu daerah endemik lepra di Indonesia, dari Maret hingga Juni 2020. Tahun 2018 terdapat 173 kasus di Tuban dengan 43,35% kasus merupakan kasus maternal dan 5,81% adalah anak-anak. Penelitian ini juga mengambil kelompok kontrol dari daerah yang tidak endemis lepra. Penelitian ini membagi menjadi 5 kelompok yaitu grup A (anak lepra, ibu sehat di daerah endemis), grup B (anak sehat, ibu lepra di daerah endemis), grup C (anak lepra, ibu lepra di daerah endemis), grup D (anak sheet, ibu sehat di daerah endemis), dan grup E (anak sehat, ibu sehat di daerah tidak endemis).

Status imunitas erat kaitannya dengan body mass index (BMI). BMI yang rendah potensial mengganggu sistem imun karena mikronutrisi dan makronutrisi dibutuhkan untuk modulasi cell-mediated immune response. Disregulasi respon imun yang dikarakteristikkan dengan T-cell anergy dapat meningkatkan apoptosis dan ketidakseimbangan antara T helper 1 (Th1) dan Th2 sehingga dapat mengganggu respon imun alami dan adaptif. Oleh sebab itu penelitian ini juga mengumpulkan data BMI dari masing-masing kelompok. Hasilnya anak pada grup B dan E mempunyai BMI yang rendah sedangkan BMI grup lain normal kecuali kelompok A yang memiliki BMI overweight. BMI grup E yang rendah disebabkan karena pasien lepra di Indonesia selain diberikan MDT (multi drugs therapy) juga diberikan suplemen seperti vitamin, zat besi, antioksidan, dan obat neurotropik seperti vitamin B1, B6, dan B12 sedangkan pada grup E tidak mendapatkan tambahan suplemen.

Selain itu terdapat perbedaan signifikan dalam vaksinasi BCG antara grup A dan grup E. Efek protektif BCG melawan bakteri M. leprae disebabkan karena interaksi antara antigen BCG dan sistem imun. Interaksi antigen dengan BCG juga menstimulasi pembentukan memori imun alami yang disebut trained immunity. Nucleotide-binding oligomerization domain 2 (NOD2) diperkirakan memediasi pembentukan trained immunity sehingga meningkatkan produksi TNF-α dan IL-6 oleh makrofag. Aktivasi reseptor NOD2 dan pembentukan trained immunity mungkin memegang peran penting dalam melawan M. leprae, seperti yang dilaporkan beberapa penelitian sebelumnya yaitu variasi genetik pada gen reseptor NOD2 dihubungkan dengan lepra pada beberapa populasi.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam vaksinasi BCG pada perbandingan kelompok kontrol (grup E) dengan grup lain selain kelompok A. Hal ini dapat disebabkan karena efek proteksi vaksin BCG akan menurun sepanjang waktu, setelah 20-25 tahun, vaksin BCG hanya dapat melindungi sekitar 25% dan efikasinya menjadi 1% setelah 25-29 tahun. Selain itu infeksi cacing juga dapat mempengaruhi efek imunogenesitas vaksin BCG sehingga menurunkan efek protektifnya. Penelitian ini juga mengenai efek vaksinasi selain BCG pada lepra namun tidak menemukan perbedaan yang signifikan. Berdasarkan penemuan dalam penelitian ini maka diperlukan penelitian cohort prospektif atau penelitian yang mengikuti dalam beberapa waktu ke depan mengenai efek vaksinasi BCG dan vaksin lainnya terhadap munculnya penyakit lepra.

Penulis : Prof.Dr.Cita Rosita Sigit Prakoeswa,dr.,Sp.KK(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.leprosy-information.org/resource/bcg-vaccination-amongst-maternal-and-child-leprosy-endemic-area-tuban-indonesia

BCG VACCINATION AMONGST MATERNAL AND CHILD LEPROSY

IN ENDEMIC AREA OF TUBAN, INDONESIA

Anang Endaryanto, Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Cita Rosita Sigit Prakoeswa

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp