Analisis Usaha Budidaya Udang Vaname di Tambak Tradisional Sistem Monokultur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Biota Group

Kegiatan budidaya tambak merupakan pemanfaatan wilayah pesisir sebagai lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk masyarakat dan memperoleh devisa negara. Budidaya monokultur sering kali diterapkan pada budidaya. Sistem monokultur adalah memiliki padat tebar yang cukup tinggi, tergantung pada pakan buatan, memerlukan aerasi tambahan serta perlu memperhatikan air dan sirkulasi air secara teratur. Teknologi budidaya yang dilakukan ditambak hingga saat ini masih terus mengalami perkembangan, mulai dari teknologi yang sederhana hingga yang maju. Tiga sistem budidaya udang yaitu sistem budidaya tradisional yang mana petakan tambak pada system budidaya tradisional memiliki bentuk dan ukuran yang tidak teratur, luas lahannya antara 3 ha hingga 10 ha per petak. Pada tambak tradisional ini tidak diberi pupuk sehingga produktivitas semata-mata tergantung dari pakan alami yang tersebar di seluruh tambak.

Sistem budidaya semi intensif yaitu petakan tambak pada system budidaya semi intensif memiliki bentuk yang lebih teratur dengan maksud agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya. Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1 ha hingga 3 ha per petakan. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan dan pengeluaran air. Pakan udang masih dari pakan alami yang didorong pertumbuhannya dengan pemupukan. Pada tambak semi intensif pengelolaan air cukup baik, sebagian air tambak diganti dengan air baru sehingga kualitas air cukup terjaga dan kehidupan udang sehat. Pemberantasan hama dilakukan pada waktu mempersiapkan tambak sebelum benur ditebar. Sistem budidaya intensif yaitu petakan pada system budidaya intensif dilakukan dengan teknik canggih dan memerlukan masukan biaya yang besar. Petakan umumnya kecil-kecil 0,2 ha hingga 0,5 ha per petakan, dengan tujuan agar lebih muda dalam pengelolaan air dan pengawasannya. Makanan sepenuhnya tergantung dari makanan yang diberikan dengan komposisi yang ideal bagi pertumbuhan. Tambak diberi air untuk menambah kadar oksigen dalam air. Pergantian air dilakukan sangat sering yaitu minimal 1 kali setiap minggu.

Wilayah Pesisir merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik tertentu yang sesuai untuk melakukan budidaya. Hal lain, pesisir juga memiliki daya tarik yang besar sebagai tujuan wisata dan pengembangan kegiatan perikanan serta tujuan lain yang dapat menghasilkan banyak keuntungan finansial. Budidaya perikanan tambak merupakan kegiatan potensial yang mampu mendukung perekonomian masyarakat pesisir Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan subsektor perikanan terbesar yang mencapai lebih dari 40. Kegiatan perikanan di Kabupaten Sidoarjo memiliki budidaya perikanan tambak dengan luas area budidaya udang vaname mencapai 15.531,4 ha. Wilayah Kecamatan Sedati yang aktif dalam pengembangan usaha tambak adalah di desa Tambak Cemandi, Kalanganyar dan Segoro Tambak. Setiap desa memiliki komoditas yang berbeda beda antara lain udang vaname dan ikan bandeng. Usaha tambak di Wilayah Kecamatan Sedati merupakan usaha yang telah lama dilakukan oleh sebagian masyarakat secara turun menurun baik dengan sistem monokultur.

Salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan suatu budidaya adalah dengan analisis usaha. Analisis usaha adalah faktor penting yang bisa menjadi refrensi berharga bagi para pebisnis untuk mengukur potensi usaha atau bisnis. Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan berlangsung. Analisis usaha yang bisa mengalami keuntungan antara lain analisis pendapatan, analisis imbangan penerimaan biaya (R/C ratio), Payback Period (PP), dan Break Event point (BEP). Komponen yang digunakan dalam analisis usaha perikanan adalah biaya produksi, penerimaan usaha dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Pendapatan (keuntungan) adalah penerimaan total dikurangi biaya total (TR-TC). Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga per satuan produk. Biaya dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak berubah dengan berubah output. Biaya variable (variabel cost) adalah biaya yang berubah dengan berubah output.

Analisis pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam menganalisis pendapatan antara lain yaitu penerima adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan uasaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku dipasar, pendapatan bersih adalah penerima kotor yang dikurangi dengan total biaya produksi atau penerima kotor dikurangi dengan biaya variable dan biaya tetap. Serta biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan produksi.  R/C ratio adalah jumlah ratio yang digunakan untuk melihat keuntungan relative yang akan didapatkan dalam sebuah usaha. Pada dasar sebuah usaha akan dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai R/C yang didapatkan lebih besar dari pada satu. Hal ini bisa terjadi karena semakin tinggi nilai R/C dari sebuah usaha, maka tingkat keuntungannya yang akan didapatkan suatu usaha juga akan semakin tinggi.

Payback periode diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang direncanakan. Analisis payback periode bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi, Analisis payback periode dihitung dengan total arus kas yang keluar. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tembahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan. Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi atau impas (penghasilan = total biaya). BEP sangat penting dalam usaha. Diantara manfaat BEP adalah sebagai alat perencanaan untuk hasilkan laba, Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.

ADRIANA MONICA SAHIDU

Department of Marine, Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga, Mulyorejo Street, Surabaya 60115, Indonesia

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/718/1/012030

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp