Potensi Regenerative Medicine pada Stres Inkontinensia Urine

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Health kompas

Uroginekologi adalah layanan yang berfokus fungsi dasar panggul pada wanita. Salah satu kasus uroginekologi yang memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup wanita yaitu stress inkontinensia urine. Meskipun perkiraan prevalensinya sangat bervariasi karena inkonsistensi dalam definisi stress inkontinensia urine serta perbedaan populasi yang diteliti, stres inkontinensia urin sering terjadi dan memengaruhi banyak wanita di seluruh dunia. Studi longitudinal menilai kejadian dan riwayat alami stress incontinence memperkirakan kejadian tahunan dari 4% sampai 10% . Data dari RSUD Dr. Soetomo menunjukkan bahwa pada jumlah kasus tahun 2019 sebanyak 25 kasus dan tahun 2020 sebanyak 12 kasus.

Pengobatan dalam stress inkontinensia urine dituntut untuk berkembang karena terkait kualitas pelayanan kesehatan maupun aspek kepuasan pasien. Regenerative medicine adalah kemajuan besar yang berbeda dalam perawatan medis berdasarkan prinsip-prinsip teknologi sel induk dan rekayasa jaringan untuk menggantikan atau meregenerasi jaringan dan organ manusia dan memulihkan fungsinya. Setelah bertahun-tahun melakukan penelitian dasar, pendekatan ini mulai menunjukkan pilihan pengobatan yang berharga untuk cedera akut, penyakit kronis, dan kelainan bawaan.  

Regenerative Medicine/ Stem Cells berpotensi dalam menunjang perawatan pasien dengan stress inkontinensia urine. Beberapa literature mengemukakan hal serupa meskipun dengan jenis stem cell yang berbeda, pada subjek hewan dan melaporkan efektivitas penggunaan pada Leak Point Pressure (LPP). Nilai-nilai LPP sesuai dengan tingkat keparahan gejala inkontinensia, sebagai indikasi kuantitatif derajat disfungsi uretra.  LPP berpotensi berguna sebagai penanda klinis dan alat penelitian untuk mengevaluasi stress inkontinensia urine pada wanita.

Potensi regenerative medicine dalam tatalaksana stress inkontinensia urine perlu dikembangkan mengingat kasus stress inkontinensia urine terjadi pada perempuan usia lanjut. Regenerasi jaringan tua atau rusak yang khusus untuk anatomi wanita dan saluran kemih bagian bawah dapat dilakukan melalui teknologi berbasis sel. Pada manusia, jaringan yang rusak umumnya digantikan oleh perekrutan dan diferensiasi sel induk secara terus menerus di dalam tubuh dan proses ini berkurang seiring bertambahnya usia.

Penelitian sel punca dan regenerative medicine merupakan bagian integral dari bidang Kebidanan dan Ginekologi. Pemanfaatan regenerative medicine melalui regenerasi jaringan termasuk transplantasi sel mesenkim dewasa atau turunannya dan implantasi perancah yang direkayasa dengan sel-sel ini. Sel induk berpotensi majemuk terinduksi adalah sumber sel autologus yang menjanjikan. Karena sifatnya yang memperbaharui diri, sejumlah besar sel dapat diproduksi untuk transplantasi. Selain itu, status berpotensi majemuknya memungkinkan reduksi beberapa jenis sel sehingga memfasilitasi implementasi bertahap dari injeksi sel sederhana ke matriks yang lebih kompleks dengan beberapa jenis sel dengan potensi regenerasi penuh. Dalam penelitian kedokteran regeneratif melibatkan aspek biomaterial. Biomaterial ini memiliki nilai substansial dalam rekayasa jaringan dan pengobatan regeneratif, tetapi menerjemahkan kemajuan dalam ilmu biomaterial menjadi produk dengan aplikasi klinis melibatkan banyak tantangan, yang biasanya terabaikan ketika pembuktian konsep adalah tujuan utamanya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditekankan adalah meningkatkan peran institusi akademis dalam proses penerjemahan, menghubungkan ilmuwan penelitian dengan ahli dalam pengembangan proses dan komersialisasi, dan membangun kemitraan akademis-industri, untuk mendorong penerjemahan biomaterial yang berhasil ke dalam aplikasi klinis. Efektivitas pengobatan regeneratif dan pelaporan efek samping perlu dikembangkan. Meski sebagian besar dampaknya positif, namun masih perlu penelitian lebih lanjut yang dapat diterapkan serta perbandingan bahan yang cocok sebagai sel punca berdasarkan hasil yang dicapai serta untuk melakukan pengembangan produk dan perbanyakan penelitian pada manusia. Masalah utama yang dihadapi selama penelitian dan pengembangan termasuk tantangan teknis yang tidak terduga untuk manufaktur, keahlian komersialisasi yang terbatas, dan penilaian keselamatan / risiko praklinis yang tidak memadai. Proses pengembangan yang berkelanjutan akan member dukungan potensi pemanfaatan regenerative medicine sehingga dapat digunakan lebih mudah digunakan dan diterapkan sebagai pengobatan jangka panjang.

Penulis: Dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., Sp.OG(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://jddtonline.info/index.php/jddt/article/view/4807/3860

Kurniawati EM, Rahmawati NA, Regenerative Medicine in Urogynecological Services: Opportunities in Cases of Stress Urinary Incontinence, Journal of Drug Delivery and Therapeutics. 2021; 11(3):86-88DOI: http://dx.doi.org/10.22270/jddt.v11i3.4807

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp