Peran IL-17, IL-21, dan IL-23 pada Infeksi Helicobacter pylori dan Peradangan Gastrointestinal

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Alodokter

Infeksi Helicobacter pylori (H. pylori) telah menjadi perhatian dunia karena mempengaruhi lebih dari setengah populasi manusia dan telah terbukti menginisiasi jalur karsinogenesis. H. pylori memiliki tingkat rekombinan yang tinggi sehingga merupakan salah satu bakteri dengan variasi yang tinggi terutama pada profil virulensinya. Misalnya, galur H. pylori lebih patogen jika ada gen cagA, yang mungkin menjelaskan beragam gejala dan penyakit yang terkait dengan H. pylori. Meskipun kebanyakan pasien tanpa gejala, sekitar 10% berkembang menjadi tukak lambung, 1-3% berkembang menjadi kanker lambung, dan 0,1% berkembang menjadi mucosa-associated lymphoid tissue (MALT). Risiko tertular penyakit setelah infeksi H. pylori juga dikaitkan dengan wilayah geografis dan etnis; orang di negara-negara Asia memiliki prevalensi kanker lambung tertinggi. Penemuan ini menunjukkan bahwa hasil dari infeksi bergantung pada interaksi host-patogen, respon inflamasi, keragaman genetik pejamu, dan faktor lingkungan.

Reaksi inflamasi kronis terhadap infeksi H. pylori merusak mukosa lambung. Interaksi antara sel T helper (Th) dan antigen presenting cells (APCs) selama infeksi menyebabkan sel imun adaptif menjadi sitokin-polarisasi-Th. Penelitian ini menjelaskan bahwa respons sel T mukosa lambung spesifik H. pylori biasanya dominan Th1, tetapi baru-baru ini, Th17 diyakini sebagai salah satu sel imun pendorong pada infeksi H. pylori. Model Murine menunjukkan bahwa IL-17A dan IL-17 F sitokin berperan dalam perekrutan neutrofil untuk imunitas mukosa terhadap patogen ekstraseluler. Meskipun menguntungkan bagi pertahanan tubuh, aktivasi dan perekrutan neutrofil menjadi fokus pada inflamasi H. pylori.

IL-17 memiliki banyak sitokin terkait, seperti IL-1β, IL-6, IL-21, dan IL-23. Beberapa penelitian telah menegaskan bahwa IL-17, IL-21, dan IL-23 berkaitan dengan penyakit autoimun, alergi, dan kekebalan patogen. Axis IL-17/IL-21 dan IL-17/IL-23 terlibat dalam mempertahankan ekspansi Th17 dan memiliki efek antimikroba dan bahkan beberapa inflamasi dan hematopoietik pada sel epitel, endotel, dan fibroblas. Bersamaan axis sitokin terkait dalam proses gastritis. IL-21 sendiri memiliki aksi pleiotropik pada sel imun adaptif dan bawaan, meningkatkan sitokin proinflamasi yang dilepaskan dari makrofag, meningkatkan proliferasi sel limfoid, dan mendorong diferensiasi sel B, sedangkan ekspresi IL-23 pada pasien dengan infeksi H. pylori meningkat dan berkorelasi positif dengan derajat neutrofil dan infiltrasi monosit.

Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu Toxins. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguraikan interaksi imunitas inang dengan H. pylori, dengan berfokus pada IL-17, IL-21, dan IL-23. Pemahaman terkait hubungan antara sitokin diperlukan untuk lebih memahami patogenesis infeksi H. pylori dan penyakit radang yang berhubungan dengan gastrointestinal. Perkembangan penyakit yang lebih lanjut telah dikaitkan dengan baik dengan peradangan kronis, yang secara signifikan dipengaruhi oleh respons imunitas adaptif dan humoral. Dari perspektif imunitas seluler, tinjauan ini bertujuan untuk memperjelas axis yang rumit antara IL-17, IL-21, dan IL-23 pada penyakit yang berhubungan dengan H. pylori dan patogenesis penyakit radang saluran cerna. Sel CD4 + Th-17, dengan ciri khas sitokin pleiotropik IL-17, dapat mempengaruhi aktivitas antimikroba dan respon imun patogen di lingkungan usus. Keadaan ini tidak dapat dipisahkan, karena keberadaan sitokin yang berafiliasi, termasuk IL-21 dan IL-23, membantu mempertahankan Th17 dan mengakomodasi sel imun humoral. Pemahaman yang komprehensif tentang interaksi dinamis antara respon molekul host pada penyakit yang berhubungan dengan H. pylori dan proses inflamasi dapat memfasilitasi pengembangan lebih lanjut dari terapi berbasis imun.

Beberapa kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini diantaranya Th17 telah menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan penyakit autoimun dan peradangan di saluran pencernaan. IL-17, sebagai sitokin utama dari sel Th17, memiliki efek pleiotropik dalam homeostasis usus yang defensif dan patogen. Pada infeksi H. pylori, IL-17 diperlukan untuk pembersihan bakteri; namun, sifat ganda dari fungsinya menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh peradangan. Bersamaan dengan IL-21 dan IL-23, obat ini berperan dalam pembentukan tempat peradangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari peninjauan sumber sebelumnya, penelitian ini mengidentifikasi interaksi antara sitokin dan mukosa usus yang memerlukan pemahaman lebih lanjut. Karena memiliki peran penting dalam penyakit gastroduodenal, dinamika komprehensif dari modulasi IL-17 perlu dipertimbangkan untuk hasil klinis pasien gastritis dan kanker lambung.

Penulis: Muhammad Miftahussurur

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut :

https://www.mdpi.com/2072-6651/13/5/315

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp