Pengaruh Penambahan Hormon Gonadotropin pada Media Pematangan Oosit terhadap Pembelahan Embrio

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas

Perkembangan teknik pembuahan di luar tubuh (fertilisasi in vitro) khususnya yang berkaitan dengan optimalisasi pemanfaatan organ reproduksi sebagai sumber untuk memperoleh sel telur dan sel sperma memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas embrio yang hingga saat ini masih terus dipelajari dan dikembangkan. Salah satu yang berhubungan dengan fertilisasi in vitro adalah proses pematangan sel telur (oosit) secara in vitro yang merupakan salah satu tahapan dalam peristiwa pembuahan untuk mendapatkan embrio yang berkualitas. Pematangan oosit secara in vitro membutuhkan suatu media yang dapat difungsikan sebagai tempat penyuplai nutrien sekaligus sebagai tempat untuk mengeluarkan metabolit nutrien yang yang dibutuhkan untuk metabolisme. Penambahan hormon pada media pematangan diperlukan untuk perkembangan oosit guna meningkatkan kualitas oosit sehingga oosit berpotensi untuk pembuahan dan perkembangan embrio dapat ditingkatkan. Pada proses pematangan in vitro yang tidak sempurna menyebabkan terganggunya pertumbuhan oosit yang tentunya dapat mempengaruhi perkembangan embrio. Penambahan hormon di media oosit in vitro dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas oosit sehingga tingkat kesuburan akan meningkat pada saat pembuahan dilakukan. Faktor hormonal penting untuk proliferasi dan diferensiasi yang secara spesifik berinteraksi antar molekul, oleh karena itu penambahan hormonal pada media pematangan memungkinkan oosit lebih mampu hidup di lingkungannya untuk berkembang pada masa embrio.

Hormon yang sering ditambahkan dalam media pematangan oosit adalah hormon gonadotropin seperti follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang disekresikan oleh kelenjar pituitari. Follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) adalah hormon gonadotropin utama dan utama yang bertanggung jawab untuk perkembangan oosit. Jalur transduksi sinyal utama diaktivasi oleh FSH yang mengikat reseptor membran pada sel granulosa, sedangkan LH berperan penting dalam pematangan folikel dan induksi ovulasi, serta stimulasi sintesis androgen oleh sel teka. Namun penelitian lain menyatakan bahwa penggunaan gonadotropin belum mampu meningkatkan kematangan dan potensi perkembangan embrio, menyebabkan terganggunya perkembangan embrio, dan penggunaan konsentrasi gonadotropin yang tidak tepat menyebabkan efek negatif. Saat ini, gonadotropin telah digunakan untuk mengobati infertilitas. Hormon gonadotropin memiliki peran penting dalam perkembangan oosit, sehingga perlu ditelaah pengaruh penambahan hormon gonadotropin pada pematangan oosit secara in vitro terhadap perkembangan embrio untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi reproduksi berbantuan (assisted reproductive technology, ART). Penelitian ini memfasilitasi pembaca untuk memahami pengaruh penambahan hormon gonadotropin pada media pematangan oosit secara in vitro terhadap perkembangan embrio.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan hormon gonadotropin dalam pematangan oosit secara in vitro terhadap pembelahan embrio. Hormon gonadotropin seperti hMG 0,75 µg / ml danPMSG 15 IU digunakan pada pematangan oosit secara in vitro. Media pematangan dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 perlakuan yaitu Tc0, Tc+, Tc+hMG, dan Tc+PMSG. Setiap perlakuan menggunakan 6 ulangan. Pematangan oosit dilakukan pada setiap 100 µl TC 199 yang diinkubasi selama 24 jam. Pewarnaan oosit yang matang menggunakan aseto orcein dan dilakukan inseminasi in vitro metode dari rosset. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase rata-rata oosit matang adalah 16,67% pada Tc0, 30% pada Tc+, 80% pada Tc+hMG, dan 83,33% pada Tc+PMSG. Persentase pembelahan embrio adalah 5% untuk Tc0, 11.67% untuk Tc+, 43.33% untuk Tc+hMG, dan 46,67% untuk Tc + PMSG. Hasil uji korelasi antara oosit matur dan pembelahan menunjukan nilai 0,932, uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang bermakna, dan hasil uji LSD menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelompok perlakuan Tc0 dan Tc+ dibandingkan dengan kelompok perlakuan Tc+hMG dan Tc+PMSG, baik dalam pematangan maupun pembelahan. Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penambahan gonadotropin yang diperoleh dari hMg dan PMSG ke dalam media pematangan oosit berpengaruh terhadap peningkatan persentase dan pembelahan oosit matur, tidak terdapat perbedaan hasil antara penambahan hMG dan PMSG terhadap persentase oosit matang dan pembelahan, serta terdapat hubungan antara oosit pada pembelahan.

Penulis : Widjiati

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan di

http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2021/03/63-E-M20_1231_Widjiat_Indonesia.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp