Sinergisme Kader Posyandu dan Orang Tua dalam Penurunan Angka Kejadian Stunting

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Tokopedia

Masalah gizi khususnya stunting pada anak merupakan salah satu kondisi gizi buruk yang menjadi perhatian utama di dunia, khususnya di negara berkembang karena berdampak pada lambatnya pertumbuhan anak serta rendahnya tingkat imunitas, kecerdasan, dan produktivitas (Kurniasih D, Hilmansyah H, Astuti M, Imam S, 2-10). Hasil Riset Kesehatan Nasional (Riskedas) 2013 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi stunting dari 35,6% pada 2010 menjadi 37,2% pada 2013. Hal ini menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak Indonesia tergolong stunting. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, prevalensi balita Indonesia yang mengalami stunting masih cukup tinggi yaitu 27,7% dengan perkiraan 28 dari 100 balita mengalami stunting. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan angka stunting di atas rata-rata nasional yaitu 36,81% (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2019). Salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita adalah riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) (TNP2K, 2017). Akibatnya pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu, dan bila keadaan ini terus berlanjut dengan kurangnya asupan makanan bergizi, sering mengalami infeksi, dan perawatan kesehatan yang buruk dapat menyebabkan pertumbuhan anak terhambat. Namun, kejadian stunting secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan jumlah anggota rumah tangga (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Orang tua adalah sosok terdekat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan seorang balita. Sehingga salah satu hal yang dapat mempengaruhi stunting adalah peran orang tua terutama pengaruh pendidikan Ibu terhadap pengetahuan tentang stunting baik deteksi dini, pencegahan dan perawatannya. Melalui program Pengabdian Masyarakat yang dilaksanakan di desa Selogudig Kulon Kabupaten Probolinggo pada tahun 2020 dapat diperoleh gambaran tingkat pengetahuan Ibu dengan balita stunting. Kepada para Ibu diberikan informasi berupa edukasi deteksi dini stunting melalui ceramah dan tanya jawab dan kemudian dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan angket penilaian diri. Hasil menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara faktor pendidikan orang tua dengan pencegahan stunting. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan anak karena pendidikan yang memadai dapat mempengaruhi perilaku merangsang tumbuh kembang anak oleh orang tua. Kurangnya stimulasi pada anak dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak bahkan gangguan persisten (Soetjiningsih & Ranuh 2014). 

Dalam pengabdian masyarakat tersebut juga dilakukan pengumpulan data kader posyandu. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah diberikan ceramah dan pelatihan deteksi dini stunting. Selain itu peningkatan tersebut terlihat dari kemampuan peserta dalam mengukur tinggi badan balita dengan menggunakan poster tinggi badan bagi balita berumur dua tahun;  selimut deteksi dini stunting untuk bayi di bawah satu tahun, dan log book deteksi stunting. Kader posyandu telah menunjukkan perbaikan dalam melakukan rujukan gangguan gizi pada balita dan pendampingan pelayanan kesehatan gizi balita.

Berdasar pengamatan tersebut tampak bahwa selain kader posyandu tentunya orang tua dalam hal ini Ibu memiliki peran yang penting untuk menjaga kesehatan gizi bayi dan balita. Anak yang sehat adalah anak yang tidak rentan terhadap penyakit, termasuk penyakit infeksi yang dominan mempengaruhi kesehatan bayi dan balita. Anak sehat memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga pertumbuhan dan perkembangan berjalan normal yang tampak sebagai berat dan tinggi badan proporsional. Dimana tinggi badan merupakan parameter bayi atau balita stunting.

Maka dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sinergisme antara kader dan orang tua balita sangatlah penting. Kader memiliki peranan sebagai penyedia layanan deteksi dini guna deteksi dini stunting, sedangkan orangtua memiliki peran utama menyediakan gizi seimbang utntuk balita supaya tumbuh sehat. Kolaborasi dengan mengikutsertakan stake-holder dan banyak komponen yang lain tentunya akan menghasilkan perkembagan dan pertumbuhan balita yang juga jauh lebih optimal. Mari bersama Cegah Stunting untuk Indonesia Cemerlang!(Sari et al., 2021)

Penulis: Dr. Gadis Meinar Sari, dr., M.Kes.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/23388

Sari, G. M. et al. (2021) ‘Early Stunting Detection Education As An Effort To Increase Mother’s’, 57(1), pp. 70–75. doi: 10.20473/fmi.v57i1.24668.

http://dx.doi.org/10.20473/fmi.v57i1.23388

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp