Penentuan Pemanfataan Produk Limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Ekonomi Bisnis

Limbah PLTU yang utama adalah fly ash dan bottom ash. Kedua macam limbah ini pada umumnya dihasilkan dalam jumlah melimpah dalam operasional PLTU.  Fly Ash adalah limbah abu yang ditangkap menggunakan alat ESP (Electro Static Precipitator). Sedangkan bottom ash adalah residu pembakaran yang mengendap karena memiliki masa jenis yang relatif lebih tinggi dari fly ash. Fly ash banyak digunakan untuk kebutuhan konstruksi berdasarkan pertimbangan teknis (sifat/karakter bahan fly ash), lingkungan (memanfaatkan limbah untuk tujuan yang bermanfaat), dan ekonomi (menghasilkan produk yang lebih bermanfaat). Beberapa pihak keberatan dengan penggunaan fly ash sebagai salah satu bahan material, selain karena faktor teknis yang sedikit sulit penggabungan materialnya, adalah karena pengaruh zat B3 dalam fly ash.

Baik bottom ash maupun fly ash bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Salah satunya adalah digunakan sebagai Membran filtrasi; produk ini bisa dibuat dengan metode slip casting. Kegunaan abu lainnya adalah untuk batako, batako ringan, dan paving blok. Produk pembuatan batako adalah produk dari bahan bangunan yang lebih kuat dari batu bata pembuatan yang umumnya tersedia di pasaran dan ramah lingkungan karena mengurangi limbah berbahaya yang dihasilkan oleh industri. Keunggulan produk ini adalah bahwa kekuatannya melebihi batu bata pada umumnya. Batu bata yang awalnya memiliki kualitas II dapat ditingkatkan menjadi kualitas I dengan penambahan komposisi fly ash yang optimal.

Bata ringan umumnya digunakan untuk membangun gedung-gedung bertingkat dan bangunan tempat tinggal. Bata ringan memiliki berat yang lebih ringan dari bata merah. Berat yang ringan ini dapat menurunkan beban pada struktur, selain itu bata ringan menjadi mudah mobilisasinya. Produk lainnya yang dapat dihasilkan dari pengolahan FABA adalah paving block. Paving blok adalah sebuah produk terbuat dari beton yang digunakan untuk lantai dengan berbagai keperluan. Penggunaan paving blok bergantung pada kelas kualitasnya, kualitas A dapat digunakan untuk jalan raya, kualitas B digunakan untuk peralatan parkir, kualitas C digunakan untuk pejalan kaki, kualitas D digunakan untuk taman. Pemanfaatan ini sesuai dengan SNI 03-0691-1996. Dalam pembuatan paving balok, fly ash berfungsi untuk menggantikan sebagian semen karena ukuran partikelnya yang kecil dan bersifat pollozonik. Sedangkan bottom ash digunakan untuk menggantikan kerikil yang umumnya menggunakan pasir karena ukurannya yang lebih besar dan teksturnya lebih kasar.

Produk lain yang dapat dihasilkan dari mengolah FABA adalah genteng beton. Genteng beton adalah atap yang terbuat dari campuran portland semen atau sejenisnya dengan kerikil dan air dengan atau tanpa menggunakan pigmen warna. Selain kedap air, ciri khusus dari genteng beton adalah karakter kekuatanya terhadap beban lentur yang mana juga diatur dalam SNI 0096: 2007.

Potensi Limbah FABA (Fly Ash, Bottom Ash) PLTU 350 Mw – 500 Mw

Hasil pembakaran batubara yang tersisa disebut abu (5-10%). Persentase abu (fly ash dan bottom ash) yang dihasilkan adalah fly ash (80-90%) dan bottom ash (10-20%), data ini didapat dari Pembangkit yang ada di PJB Paiton. Sehingga dalam 10 tahun mendatang jumlah Limbah  abu yang dihasilkan oleh PLTU adalah 62.95 – 125.9 miliar ton, dengan rincian limbah fly ash 50,36 – 113,31 miliar ton dan limbah bottom ash 6,295- 25,18 miliar ton.

Aspek Ekonomis

Dalam tinjauan aspek ekonomis, Net Present Value adalah nilai yang digunakan sebagai salah satu acuan. NPV adalah perbedaan antara nilai barang saat dibeli dan saat dijual selama periode waktu tertentu. NPV digunakan dalam penganggaran modal dan perencanaan investasi untuk menganalisis profitabilitas yang diproyeksikan investasi atau proyek. Dalam penelitian yang dilaksanakan NPV yang paling baik dalam semua kelas pembangkit (350 Mw – 500 Mw) adalah pemanfaatan FABA untuk campuran bahan genteng beton, disusul oleh paving blok, lalu bata ringan, mortar, dan yang terakhir adalah batako. Pembangkit dengan kapasitas 500 Mw memiliki NPV paling baik diantara pembangkit lainnya. Hal ini dapat diperkirakan karena pada pembangkit 500 Mw dihasilkan FABA yang cukup banyak, sehingga pemanfaatannya juga dapat maksimal.

Dalam aspek ekonomi lain Pay Back Period, yaitu waktu atau saat modal yang diberi dapat kembali atau nilainya dapat kembali. Semakin cepat Pay Back Period berarti semakin ekonomis nilai suatu barang. Jika ditinjau dari Pay Back Period, nilai yang paling tinggi didapatkan oleh pemanfaatan FABA untuk Membran Filtrasi. Agak berbeda dengan NPV diatas, semakin besar kapasitas PLTU nya maka akan semakin lama Pay Back Periodnya. Hal ini dikarenakan semakin banyak yang diproduksi maka semakin lama pula Pay Back Periodnya. Limbah FABA yang dihasilkan oleh PLTU dapat diolah dan dimanfaatkan ke berbagai produk. Setiap kelas pembangkit memiliki prospek yang berbeda untuk produk yang dihasilkan berdasarkan kapasitas dan nilai ekonomisnya. Hal ini juga didukung oleh PP no 22 tahun 2021 yang telah merivisi FABA bukan lagi limbah B3, yang mana dapat mempermudah proses izin dan produksi pemanfaatan FABA.

Penulis: Wahid Dianbudiyanto

Link jurnal: http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=11089&iid=323&jid=4

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp